Tautan-tautan Akses

Penyintas Genosida di Auschwitz Ingatkan Meningkatnya Sentimen Anti-Yahudi


Para penyintas Holocaust menghadiri peringatan di kamp kematian Nazi Auschwitz-Birkenau, di Oswiecim, Polandia, Senin, 27 Januari 2020.
Para penyintas Holocaust menghadiri peringatan di kamp kematian Nazi Auschwitz-Birkenau, di Oswiecim, Polandia, Senin, 27 Januari 2020.

Para penyintas kamp konsentrasi Auschwitz-Birkenau, Senin (27/1/2020) memanjatkan doa dan menitikkan air mata dalam peringatan 75 tahun pembebasan kamp itu.

Para penyintas kembali ke kamp di mana mereka kehilangan seluruh anggota keluarga dan memperingatkan akan meningkatnya sentimen anti-Yahudi dan kebencian di dunia.

“Bersama kita ikut hadir sejumlah penyintas yang masih hidup hingga saat ini, yang merasakan dan melihat langsung Holocaust dengan mata kepala mereka sendiri,” ujar Presiden Polandia Andrzej Duda dalam pidato peringatan pembebasan kamp itu. Acara itu juga dihadiri oleh sejumlah pemimpin agama Yahudi, Kristen dan Yahudi.

“Buruknya kejahatan yang terjadi di tempat ini menakutkan, tetapi kita tidak boleh berpaling dari hal ini dan tidak pernah boleh melupakannya,” tegas Duda.

Sekitar 200 penyintas kamp Auschwitz ikut hadir. Sebagian besar adalah warga lansia Yahudi dan non-Yahudi yang datang dari Israel, Amerika, Australia, Peru, Rusia, Slovenia, dan beberapa negara lain. Banyak yang kehilangan orang tua dan kakek-nenek mereka di kamp Auschwitz dan kamp-kamp Nazi lain selama Perang Dunia II, dan mereka datang ditemani anak-anak, cucu dan bahkan cicit.

Para hadirin berkumpul di sebuah tenda yang sangat besar dan panas yang membentang di atas rel kereta api yang pernah digunakan untuk mengangkut orang-orang ke Birkenau, bagian dari kompleks sangat luas di mana sebagian besar orang Yahudi dibunuh kamar-kamar gas dan kemudian dikremasi.

Kamp Auschwitz dibebaskan oleh tentara Uni Soviet pada 27 Januari 1945.

Presiden World Jewish Congress, Ronald Lauder, membuat banyak orang menangis ketika menyampaikan kisah seorang penyintas yang terpisah dari keluarganya. Laki-laki itu menyaksikan anak perempuannya yang mengenakan mantel berwarna merah berjalan untuk menjemput kematiannya. Dia terus berjalan jauh di tengah kerumunan hingga hanya tampak seperti titik kecil berwarna merah, sebelum akhirnya hilang untuk selamanya.

Setelah perang berakhir, ketika “dunia akhirnya dapat foto-foto bagian dalam kamar gas, tidak ada satu orang waras pun yang ingin dikaitkan dengan Nazi,” ujarnya.

“Tetapi kini ia melihat sesuatu yang tidak pernah diperkirakan akan terjadi dalam hidup saya, yaitu meluasnya kebencian anti-Yahudi secara terbuka dan terang-terangan.”

“Jangan berdiam diri! Jangan berpuas diri! Jangan biarkan hal ini terjadi lagi terhadap siapa pun!” tegas Lauder. [em/pp]

XS
SM
MD
LG