Tautan-tautan Akses

Penembakan Pendeta di Intan Jaya, Pimpinan Gereja Papua Desak Pembentukan Tim Independen


Sejumlah pimpinan gereja di Papua mendesak pemerintah membentuk tim independen untuk mengungkap pelaku penembakan pendeta Yeremia Zanambani di Intan Jaya, Papua. (Foto: ilustrasi).
Sejumlah pimpinan gereja di Papua mendesak pemerintah membentuk tim independen untuk mengungkap pelaku penembakan pendeta Yeremia Zanambani di Intan Jaya, Papua. (Foto: ilustrasi).

Sejumlah pimpinan gereja di Papua mendesak pemerintah membentuk tim independen untuk mengungkap pelaku penembakan yang menewaskan pendeta Yeremia Zanambani di Intan Jaya, Papua.

Ketua Sinode Gereja Kristen Injili (GKI) Tanah Papua, pendeta Andrikus Mofu mengatakan pemerintah harus membentuk tim independen untuk melakukan investigasi atas kematian Yeremia Zanambani, seorang pendeta penerjemah Alkitab ke dalam bahasa Moni, salah satu suku di Bumi Cenderawasih.

"Peristiwa penembakan yang terjadi, saya mengingatkan supaya segera dibentuk tim independen guna melakukan investigasi secara adil, dan seimbang, untuk mengungkap peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini di Papua," kata Mofu dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (24/9).

Mofu melanjutkan, tim independen yang dibentuk dalam kasus kematian pendeta Yeremia juga harus diberi tanggung jawab untuk mengangkat setiap peristiwa yang berkaitan dengan soal pelanggaran kemanusiaan di Papua. "Kita tidak bisa mengabaikan peristiwa yang terjadi dan merenggut jiwa masyarakat termasuk anggota TNI-Polri," ujarnya.

Ketua Sinode Gereja Kristen Injili (GKI) Tanah Papua, pendeta Andrikus Mofu, Kamis, 24 September 2020. (Foto: screenshot).
Ketua Sinode Gereja Kristen Injili (GKI) Tanah Papua, pendeta Andrikus Mofu, Kamis, 24 September 2020. (Foto: screenshot).

Selain membentuk tim independen, pemerintah didesak untuk segera membuka ruang dialog dengan semua pihak di Papua dan tidak membatasi kelompok-kelompok tertentu.

"Hari ini yang seperti kita saksikan ada berbagai rekayasa untuk menghadirkan tokoh-tokoh untuk berbicara atas nama Papua. Tapi ini tidak akan menyelesaikan permasalahan di Papua, karena itu saya minta supaya hal-hal seperti ini bisa diselesaikan dengan baik," ucapnya.

Masih kata Mofu, penempatan atau penambahan pasukan TNI-Polri di Papua, yang masih terus dilakukan, juga harus dievaluasi. Pasalnya, penambahan pasukan keamanan di Bumi Cenderawasih justru menimbulkan masalah baru.

Penembakan Pendeta di Intan Jaya, Pimpinan Gereja Papua Desak Pembentukan Tim Independen
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:40 0:00

"Karena itu, ketegangan dari dua belah pihak ini harus diselesaikan. Kita tidak bisa menyelesaikan masalah di Papua dengan langkah pendekatan operasi militer. Kepada pemerintah pusat bersungguh-sungguh secara serius untuk memberi perhatian dalam rangka untuk penyelesaian Papua sehingga kita berharap ke depan tidak ada lagi jiwa manusia yang menjadi korban sia-sia," ujarnya.

Kematian pendeta Yeremia yang tewas ditembak menimbulkan aksi saling tuding di antara dua pihak yakni kelompok separatis bersenjata (KSB) atau yang dikenal sebagai Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) dengan satuan tugas gabungan TNI-Polri.

Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III, Kolonel Czi IGN Suriastawa mengatakan pendeta Yeremia tewas ditembak KSB, sedangkan juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom menuding TNI sebagai pelaku penembakan itu.

Ketua Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Sinode Wilayah Papua, pendeta Petrus Bonyadone juga yakin Yeremia tewas ditembak anggota TNI. "90 persen bahwa berita (penembakan) ini diduga kuat dilakukan oleh anggota TNI dapat dibenarkan, karena informasi kami terima langsung dari lapangan dan masih ada saksi-saksi," ungkap saat konferensi pers secara virtual terkait penembakan pendeta Yeremia.

Sementara itu, Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVII/Cenderawasih, Letkol Arm Reza Nur Patria mengatakan belum bisa memberikan hasil laporan investigasi dari tim yang telah diberangkatkan ke Intan Jaya, Papua, untuk menyelidiki insiden penembakan pendeta Yeremia.

Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol Arm. Reza Nur Patria (foto: courtesy).
Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol Arm. Reza Nur Patria (foto: courtesy).

"Masih berlangsung proses investigasinya," katanya melalui pesan singkat kepada VOA, Kamis (24/9) sore. Penembakan yang menewaskan pendeta Yeremia asal suku Moni, di Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, terjadi pada Sabtu (19/9) sekitar pukul 18.15 waktu setempat.

Menurut kronologi dari sejumlah pendeta di Papua, sebelum terjadi penembakan Yeremia dan istri pergi ke kandang babi yang berjarak 300 meter dari rumahnya untuk memberi makan ternaknya. Setelah hampir sampai ke kandang babi pasangan suami istri itu bertemu dengan anggota TNI. Kemudian para anggota TNI bertanya kepada Yeremia dan istrinya mau ke mana dan dijawab ingin memberi makan ternak babi.

Setelah memberi makan ternak babi, istri Yeremia mengajaknya untuk pulang. Namun dia menolak, dan Yeremia meminta istrinya agar pulang lebih dahulu. Tak berselang lama setelah istri Yeremia sampai di rumah terdengar suara tembakan yang berasal dari kandang babi.

Lalu, istri Yeremia memberanikan diri ke kandang babi. Sampai di kandang babi dia melihat Yeremia sudah tergeletak dengan luka tembak. Saat itu Yeremia sempat mengatakan sesuatu kepada istrinya. "Aduh mama, saya ditembak," ucap Yeremia.

Kemudian, istri Yeremia kembali ke rumah untuk memberitahukan penembakan tersebut kepada beberapa rekan sesama pendeta guna mencari bantuan. Keesokan harinya, para pendeta datang ke kandang babi dan mendapati Yeremia telah meninggal. [aa/em]

Recommended

XS
SM
MD
LG