Tautan-tautan Akses

Penembakan di Sekolah Texas Tampaknya Belum akan Mengubah UU Senjata Api AS


Seorang ayah menenangkan putrinya yang histeris, di lokasi di mana para siswa dievakuasi dari Sekolah Dasar "Robb" pasca penembakan yang menewaskan 19 siswa dan 2 orang guru di kota Uvalde, Texas, AS (24/5). (Foto: Reuters)
Seorang ayah menenangkan putrinya yang histeris, di lokasi di mana para siswa dievakuasi dari Sekolah Dasar "Robb" pasca penembakan yang menewaskan 19 siswa dan 2 orang guru di kota Uvalde, Texas, AS (24/5). (Foto: Reuters)

Pada Rabu (25/5), kurang dari 24 jam setelah seorang remaja pria bersenjata membantai 19 anak dan dua guru dan menyebabkan lainnya terluka parah di dalam sekolah dasar di Uvalde, Texas, pemimpin fraksi Demokrat yang mayoritas di Senat, Chuck Schumer menyatakan tidak akan mengadakan pemungutan suara untuk dua langkah pengendalian senjata api yang telah disetujui DPR.

Schumer mengatakan tak ada gunanya mengemukakan langkah-langkah itu karena fraksi Republik di Senat akan menggunakan aturan filibuster untuk mencegah pemungutan suara. Dia juga mengatakan bahwa pendukung undang-undang yang lebih ketat untuk memiliki senjata api mungkin harus menunggu sampai pemilihan paruh waktu pada November. Ia mengatakan, "Orang Amerika dapat memberikan suara pada November untuk senator atau anggota Kongres yang mencerminkan bagaimana sikapnya untuk senjata, untuk masalah ini."

Sejumlah orang tampak berduka setelah penembakan di Sekolah Dasar Robb, di Uvalde, Texas, AS, 24 Mei 2022. (Foto: REUTERS/Marco Bello)
Sejumlah orang tampak berduka setelah penembakan di Sekolah Dasar Robb, di Uvalde, Texas, AS, 24 Mei 2022. (Foto: REUTERS/Marco Bello)

Namun, setelah diserang secara sengit di media sosial oleh para pendukung upaya pengendalian yang lebih ketat terhadap senjata api, Schumer kemudian menyatakan: "Saya tegaskan bahwa kami akan melakukan pemungutan suara untuk undang-undang senjata api."

Namun, belum jelas kapan pemungutan suara akan dilakukan dan apakah itu akan mengubah status quo. Tercatat, sudah terjadi lebih dari 200 penembakan massal di Amerika sejak awal 2022.

Politik Kepemilikan Senjata yang Rumit

Sikap Schumer yang terkesan menyerah terlebih dahulu dalam memperjuangkan pengaturan senjata yang lebih ketat, yang mengharuskan pemeriksaan pada latar belakang si pembeli, menggambarkan sulitnya aturan kepemilikan senjata untuk lolos pada Kongres AS.

Sikapnya yang tiba-tiba berubah juga mencerminkan dukungan terhadap pemeriksaan yang lebih ketat terhadap para pemilik senjata yang sebenarnya juga telah disuarakan sebagian besar warga Amerika.

Hasil survei yang dilakukan lembaga riset Pew pada April 2021 menunjukkan bahwa sebanyak 81 persen warga Amerika dewasa, termasuk di dalamnya 71 persen pendukung Partai Republik, mempercayai bahwa pemeriksaan latar belakang harus pula mencakup penjualan senjata untuk kepentingan pribadi dan juga senjata yang dijual di acara pameran.

Filibuster Memblokade Aturan Kepemilikan Senjata yang Ketat

Dua rancangan undang-undang (RUU) yang mengatur pemeriksaan latar belakang para pembeli senjata berhasil lolos di DPR AS pada awal tahun lalu. Kedua RUU tersebut mendapat mayoritas dukungan dari para anggota Partai Demokrat dan sebagian kecil anggota Partai Republik.

Senapan gaya AR-15 yang sedang dijual di Firearms Unknown, toko senjata di Oceanside, California, AS, 12 April 2021. (Foto: REUTERS/Bing Guan)
Senapan gaya AR-15 yang sedang dijual di Firearms Unknown, toko senjata di Oceanside, California, AS, 12 April 2021. (Foto: REUTERS/Bing Guan)

Walaupun RUU serupa diperkenalkan kepada Senat pada Maret 2021, tetapi tidak ada dari RUU tersebut yang maju ke fase pemungutan suara. Semua itu terjadi akibat aturan filibuster yang berlaku di Senat, yang mengharuskan 60 dari 100 senator untuk menyetujui masuknya RUU tersebut ke dalam fase pengambilan suara.

Masing-masing dari Partai Demokrat dan Republik memegang 50 kursi di Senat dan tidak ada seorang pun anggota Partai Republik yang rela memberikan suaranya agar RUU tersebut dapat melangkah ke fase pemungutan suara. Partai Demokrat memiliki kontrol terhadap Senat hanya karena terdapat aturan yang membolehkan Wakil Presiden Kamala Harris, yang merupakan anggota Partai Demokrat, untuk menentukan suara akhir jika tercapai posisi imbang 50-50.

Satu suara tambahan tersebut tidak cukup untuk menjegal aturan filibuster yang berlaku.

Diego Esquivel, kiri, dan Linda Klaasson saling menghibur saat menghormati para korban tewas dalam penembakan di Sekolah Dasar Robb di Uvalde, Texas, Rabu, 25 Mei 2022. (Foto: AP)
Diego Esquivel, kiri, dan Linda Klaasson saling menghibur saat menghormati para korban tewas dalam penembakan di Sekolah Dasar Robb di Uvalde, Texas, Rabu, 25 Mei 2022. (Foto: AP)

Kemungkinan Kompromi Bipartisan

Dalam pidato yang berapi-api yang disampaikan di Senat pada Rabu (25/5) pagi, Schumer mengecam rekannya dari Partai Republik dengan menggambarkan mereka yang terlalu “menyembah” kepada Asosiasi Senjata Nasional (NRA), sebuah organisasi pelobian senjata yang telah mengeluarkan jutaan dolar bagi sejumlah anggota Kongres.

Walaupun terdengar sangat kesal, Schumer tetap menyatakan kemungkinan adanya diskusi bipartisan yang dapat berujung pada masuknya beberapa pengaturan kepemilikan senjata ke fase pemungutan suara dari kedua partai.

Namun, ia mengatakan bahwa, “Saya rasa kemungkinannya sangat kecil. Sangat-sangat kecil. Kami telah gagal sebelumnya. Namun hal ini sangat penting. … Kami harus mencobanya kembali, bahkan mengajak (anggota) Partai Republik untuk bergabung.”

McConnell Berbicara

Setelah Schumer berbicara pada Rabu pagi, pemimpin minoritas Senat Mitch McConnell juga mengutarakan pendapatnya dalam pidato yang berdurasi kurang dari sekitar empat menit.

“Negara kita bersedih dan marah atas tindakan keji yang terjadi di Sekolah Dasar Robb di Uvalde, Texas, kemarin,” ucap McConnell.

Pemimpin Minoritas Senat Mitch McConnell dari Kentucky, berbicara di lantai Senat, Rabu, 25 Mei 2022 di Capitol di Washington. (Foto: via AP)
Pemimpin Minoritas Senat Mitch McConnell dari Kentucky, berbicara di lantai Senat, Rabu, 25 Mei 2022 di Capitol di Washington. (Foto: via AP)

Ia menjabarkan beberapa siswa yang menjadi korban dalam insiden penembakan tersebut dan mengucapkan bela sungkawa bagi para korban luka dan juga keluarga dari korban yang tewas.

“Yang terutama, hati seluruh negeri terluka untuk jatuhnya korban dan keluarga mereka. Kata-kata tak cukup untuk menggambarkan luka tersebut.”

McConnel tidak menyebutkan fakta bahwa senjata api digunakan dalam pembunuhan tersebut dan ia juga tidak merespons kritik Schumer terhadap Partai Republik yang menjegal lolosnya rancangan undang-undang pemeriksaan latar belakang bagi pemilik senjata.

Ia juga tidak menanggapi soal kemungkinan adanya persetujuan bipartisan untuk mengurangi kekerasan akibat pemakaian senjata api.

Dora Flores dan cucunya tiba di SD Robb dengan membawa bunga, sehari setelah seorang pria bersenjata membunuh 19 anak dan dua guru di sekolah tersebut di Uvalde, Texas, AS, 25 Mei 2022. (Foto: REUTERS/Marco Bello)
Dora Flores dan cucunya tiba di SD Robb dengan membawa bunga, sehari setelah seorang pria bersenjata membunuh 19 anak dan dua guru di sekolah tersebut di Uvalde, Texas, AS, 25 Mei 2022. (Foto: REUTERS/Marco Bello)

Prospek Kompromi

Pada Selasa (24/5), Senator Chris Murphy, yang mewakili negara bagian Connecticut, tampak marah seraya meminta rekannya dari Partai Republik untuk berkompromi mengenai masalah kepemilikan senjata.

“Saya tahu saya memiliki rekan kerja dari Partai Republik,” ujarnya. “Saya tahu ada 10 anggota Partai Republik yang akan memberikan suara untuk tujuan yang baik, dengan kepemimpinan yang baik.”

“Saya tidak mengerti mengapa orang-orang berpikir kita tidak memiliki kekuatan. … Saya rela jungkir balik agar bisa mencapai kesepakatan,” tambahnya.

Namun, anggota Senat lainnya dari Partai Demokrat Dick Durbin tampak sedikit pesimis.

“Kami tidak bisa membuat anggota Partai Republik mengalah barang satu inci saja pada isu mengenai aturan senjata,” ujarnya kepada Politico.

Anggota Partai Republik Serukan Kehati-hatian

Beberapa anggota Senat dari Partai Republik menyerukan untuk berhati-hati dalam merespons penembakan di Texas. Mereka berpendapat bahwa salah besar jika hak warga Amerika untuk memiliki dan membawa senjata api dibatasi.

“Kalian melihat banyak anggota Partai Demokrat dan sejumlah orang lainnya di media sosial yang mengungkapkan bahwa solusi tercepat adalah membatasi hak konstitusi para warga yang taat akan hukum,” ujar Senator asal Texas, Ted cruz.

“Hal tersebut tidak akan berhasil. Itu tidak efektif karena tidak mencegah timbulnya tindak kejahatan. Kita tahu bahwa apa yang dapat mencegah tindakan kriminal adalah memburu para penjahat dan buronan dan mereka yang mengalami gangguan jiwa yang serius,” tambahnya.

Cruz juga menyerukan agar semakin banyak penjaga sekolah yang dibekali dengan senjata.

Sementara yang lainnya berpendapat bahwa aturan baru tidak akan menghentikan pelaku penembakan massal yang sudah bertekad bulat untuk melancarkan aksinya.

Dalam wawancaranya dengan HuffPost, Senator Steve Daines, anggota Partai Republik yang mewakili Montana, mengatakan ia telah mempelajari insiden penembakan massal dari tragedi yang terjadi di Sekolah Menengah Atas Columbine di Littleton, Colorado, di mana 12 siswa tewas terbunuh.

“Kita melihat kembali serangkaian pelaku keji ini. Tidak ada aturan yang berlaku yang dilanggar (oleh mereka) dan untuk kebanyakan kasus, aturan baru tidak akan dapat mencegah kekerasan untuk terjadi,” kata Daines.

Uskup Agung San Antonio, Gustavo Garcia-Siller, menghibur keluarga di luar Civic Center menyusul penembakan mematikan di Sekolah Dasar Robb di Uvalde, Texas, Selasa, 24 Mei 2022. (Foto: AP)
Uskup Agung San Antonio, Gustavo Garcia-Siller, menghibur keluarga di luar Civic Center menyusul penembakan mematikan di Sekolah Dasar Robb di Uvalde, Texas, Selasa, 24 Mei 2022. (Foto: AP)

Partai Republik Mengusulkan Aturan

Pada Rabu siang, Senator dari Partai Republik Ron Johnson, yang mewakili wilayah Wisconsin, berupaya mendapatkan persetujuan dari Senat untuk meloloskan undang-undang yang mengharuskan pemerintah federal untuk mempersiapkan praktik “pembersihan” bagi keamanan sekolah untuk semua pengurus sekolah di seantero negeri.

Praktik tersebut telah ada sebelumnya. Undang-undang itu, jika lolos, akan mengharuskan praktik tersebut untuk terus diterapkan walaupun tidak tampak ada bahaya yang akan muncul.

Schumer sendiri mengatakan akan menolak permintaan persetujuan akan undang-undang tersebut.

“Apa yang warga Amerika Butuhkan saat ini adalah solusi nyata terhadap epidemi kekerasan bersenjata yang dialami oleh negeri ini,” ujarnya. “Kita sudah terlalu banyak mengheningkan cipta, terlalu banyak ucapan bela sungkawa. Semua orang di ruangan ini sudah muak akan hal itu.” [rs/ka/ah]

XS
SM
MD
LG