Tautan-tautan Akses

Penembakan di Las Vegas Picu Lagi Debat Kepemilikan Senjata


John Jackson, salah satu pemilik toko senjata api Capitol City Arms Supply menunjukkan senapan serbu AR-15 untuk dijual di toko miliknya di Springfield, Ill. (Foto: Dok)
John Jackson, salah satu pemilik toko senjata api Capitol City Arms Supply menunjukkan senapan serbu AR-15 untuk dijual di toko miliknya di Springfield, Ill. (Foto: Dok)

Ditengah-tengah ucapan belasungkawa dan jumlah korban tewas akibat penembakan massal Senin (2/10) di Las Vegas, Nevada yang terus bertambah, seorang senator Amerika mengungkapkan kemarahan kepada rekan-rekan sesama senator di Capitol Hill.

“Sikap pengecut Anda tidak bisa dihilangkan lewat ucapan belasungkawa dan doa-doa,” kata Chris Murphy, senator Partai Demokrat dalam cuitan di Twitter. “Tragedi seperti ini tidak akan berakhir, kecuali kalau kita melakukan sesuatu.”

Murphy mewakili Connecticut, di mana seorang bersenjata senapan semi otomatis membantai 20 anak-anak berusia 6 dan 7 di Sekolah Sandy Hook pada 2012.

Kongres pada saat itu tidak berhasil meloloskan undang-undang yang membatasi kepemilikan senjata api beberapa bulan setelah kejadian itu. Undang-undang itu juga tidak diloloskan bahkan setelah terjadi serangkaian penembakan massal berikutnya, termasuk penembakan masal di sebuah kelab malam di Orlando, Florida, yang menewaskan 49 orang pada 2016.

“Belasungkawa dan doa-doa harus dilengkapi tindakan,” kata Murphy kemudian di ruang Senat. “Keberadaan kita adalah untuk bertindak, mengubah undang-undang negara ini, untuk menanggapi tantangan yang dihadapi konstituen kita.”

Baik di DPR maupun Kongres, Demokrat berupaya untuk memulai dialog dan berharap akan memicu langkah legislatif dengan dukungan publik kuat. Langkah seperti itu antara lain bisa mencakup cek latar belakang pembeli senjata, serta mengawasi secara lebih ketat penjualan pada pameran senjata api.

Sejauh ini, kebanyakan anggota Republik berusaha menghindar dari pembicaraan topik ini. [jm]

XS
SM
MD
LG