Tautan-tautan Akses

Peneliti Kembangkan Vaksin Semprot untuk Obati Kanker Leher dan Kepala


Peneliti di Universite Paris Descarte, Eric Tartour, mengatakan tidak hanya penting untuk memiliki vaksin kanker yang baik, tetapi juga memiliki cara yang tepat untuk menggunakannya (Foto: dok).
Peneliti di Universite Paris Descarte, Eric Tartour, mengatakan tidak hanya penting untuk memiliki vaksin kanker yang baik, tetapi juga memiliki cara yang tepat untuk menggunakannya (Foto: dok).

Para peneliti Perancis tengah mengembangkan vaksin baru yang diberikan sebagai obat semprot hidung untuk mengobati kanker kepala dan leher.

Ketika seseorang mengidap kanker, tubuh menumpuk imunitas untuk melawan sel-sel penyerang itu. Tetapi, seringkali kekebalan tubuh terlalu lemah untuk menghentikan penyebaran sel-sel itu. Jadi, untuk melengkapi pengobatan radiasi dan kemoterapi, selama ini ilmuwan berusaha membuat vaksin untuk meningkatkan pertahanan alami tubuh terhadap tumor.

Dua vaksin menjanjikan yang sedang dalam pengujian tahap akhir pada manusia diniatkan untuk menyerang kanker prostat dan kanker kulit paling mematikan, disebut melanoma metastatik.

Vaksin lain yang sedang dibuat, diniatkan untuk mengobati tumor padat yang terbentuk dalam jaringan mukosa yang melapisi bagian dalam kepala, leher, paru-paru dan alat kelamin. Jaringan itu memproduksi cairan pelumas tebal mengandung bahan kimia kuat yang biasanya melindungi tubuh dari infeksi. Sayangnya, cairan itu juga memblokir sel-sel kekebalan tubuh yang seharusnya bisa melawan tumor-tumor ganas kanker.

Kini peneliti membuat vaksin yang disemprotkan ke dalam lubang hidung untuk mengatasi resistensi ini, mengaktifkan dan menggerakkan sel kekebalan jenis tertentu, yang disebut CD8 + T-sel, dalam jaringan di lokasi tumor.

Eric Tartour, peneliti pada Université Paris Descarte, memimpin tim yang mempelajari keampuhan semprot intranasal pada tumor mukosa yang solid pada tikus.

Ia mengungkapkan tumor itu membesar setelah tikus itu ditulari jenis virus human papiloma yang diketahui menyebabkan kanker. "Tumor-tumor itu menyusut. Kami juga menganalisis tumor-tumor itu setelah mereka menyusut. Tumor-tumor itu dipenuhi sel-sel kekebalan tubuh yang menghancurkan tumor-tumor itu," ujarnya.

Tartour dan para sejawatnya juga membandingkan keampuhan vaksin buatan mereka ketika disuntikkan, dan mendapati keampuhan vaksin itu tidak sekuat dibandingkan bila diberikan dengan cara disemprotkan ke dalam lubang hidung.

“Yang kami tunjukkan dalam penelitian ini adalah bahwa cara kita menggunakan vaksin, penting. Tidak hanya penting untuk memiliki vaksin kanker yang baik, tetapi juga memiliki cara yang tepat untuk menggunakannya," paparnya.

Tartour mengatakan tujuan peneliti berikutnya adalah mengetahui seberapa ampuh vaksin intranasal, yang telah lima tahun mereka kembangkan, bekerja melawan tumor-tumor yang telah bermetastasis atau menyebar ke tempat-tempat yang jauh dalam tubuh.

Eric Tartour dan para sejawatnya menjelaskan obat anti-kanker dengan cara disemprotkan ke lubang hidung itu dalam artikel yang terbit dalam jurnal Science Translational Medicine.
XS
SM
MD
LG