Tautan-tautan Akses

Penderita HIV Sumbangkan Satu Ginjalnya


Dr. Dorry Segev menjawab pertanyaan tentang proses transplantasi hati pertama dari pasien yang positif HIV di RS Johns Hopkins 30 Maret 2016, Baltimore (foto: AP Photo/Gail Button)
Dr. Dorry Segev menjawab pertanyaan tentang proses transplantasi hati pertama dari pasien yang positif HIV di RS Johns Hopkins 30 Maret 2016, Baltimore (foto: AP Photo/Gail Button)

Untuk pertama kalinya seorang pengidap HIV menyumbangkan satu ginjalnya kepada seorang penderita HIV lainnya. Satu tim dari John Hopkins Medicine di Baltimore melakukan operasi itu pada 25 Maret lalu.

Pengidap HIV hingga saat ini tidak diijinkan untuk menyumbangkan organ tubuh mereka, bahkan kepada pengidap HIV lainnya. Operasi itu dianggap terlalu berisiko bagi calon donor.

Tetapi pengobatan HIV telah banyak berubah sejak penyakit itu pertama kali terdeteksi tahun 1980an, sehingga dua dokter di John Hopkins Medicine di Baltimore memutuskan sudah waktunya menjelajahi kemungkinan itu. Dalam transplantasi ginjal dari satu penderita HIV kepada penderita HIV lainnya itu, pakar bedah Dr. Dorry Segev, yang berbicara dengan VOA melalui Skype mengatakan prosedur itu lebih dari sekedar transplantasi ginjal.

“Minggu ini untuk pertama kalinya seorang pengidap HIV menjadi donatur ginjal dan menyumbangkannya kepada orang lain untuk menyelamatkan nyawanya. Ini menjadi semacam perayaan bahwa HIV telah beralih dari penyakit yang 30 tahun lalu dianggap sebagai hukuman mati, menjadi kondisi yang sangat terkontrol. Berkat pengobatan modern, seorang pengidap HIV dapat menyelamatkan nyawa orang lain dengan menyumbangkan ginjalnya,” ujar Segev.

Pengidap HIV yang terkontrol dapat hidup secara sehat dan normal. Dorry Segev mengevaluasi sepenuhnya donor tersebut sebelum mengijinkannya menjalani prosedur transplantasi.

“Nina Martinez adalah pengidap HIV yang menyumbangkan ginjalnya. Ia sehat dan menjalani perawatan HIV secara cermat, walhasil HIV-nya terkontrol dengan baik. Ia tidak memiliki risiko penyakit jantung, penyakit paru-paru, penyakit ginjal; hal-hal yang membuat orang tidak dapat menyumbang organ tubuhnya. Sementara penerima adalah seorang pengidap HIV dengan penyakit ginjal tahap akhir yang membutuhkan transplantasi,” papar Segev.

Operasi itu berlangsung pada 25 Maret lalu. Segev mengatakan donor dan penerima kini berada dalam kondisi baik. Ditambahkannya, yang paling penting adalah operasi ini meningkatkan jumlah donor ginjal potensial dan jumlah orang yang hidupnya dapat diselamatkan.

“Donasi organ yang dilakukan Nina dan minat untuk menjadi pengidap HIV pertama yang menjadi donor ginjal di dunia, membuka pintu bagi semua orang untuk melakukan hal ini,” ujar Segev.

Saat ini transplantasi organ hanya dapat dilakukan dari pengidap HIV kepada pengidap HIV lainnya. Tetapi Dr. Christine Durand yang bekerjasama dengan Segev mengatakan suatu saat nanti pengidap HIV mungkin dapat menyumbangkan organ tubuh mereka kepada orang yang tidak memiliki penyakit.

“Jika saya membutuhkan transplantasi organ dan ada potensi donor HIV positif, tetapi saya harus minum obat HIV seumur hidup saya; maka mungkin saya akan melakukannya,” ujar Durand.

Kedua dokter itu mengatakan operasi transplantasi ini mengubah citra HIV dan semoga saja akan mengurangi stigma terhadap pengidap HIV menjadi hal yang positif. [em]

XS
SM
MD
LG