Tautan-tautan Akses

Pembunuhan Meningkat Tajam di Kota-Kota Amerika


Direktur Biro Penyelidik Federal (FBI), James Comey (foto: dok).
Direktur Biro Penyelidik Federal (FBI), James Comey (foto: dok).

Polisi federal berusaha mencari tahu mengapa terjadi lonjakan pembunuhan baru-baru ini di 24 lebih kota di Amerika.

Data yang dirilis baru-baru ini oleh Major Cities Chiefs Association menunjukkan pembunuhan pada kuartal pertama meningkat di kira-kira separuh dari 63 departemen kepolisian yang terwakili dalam laporan itu, dibanding periode yang sama tahun lalu.

Di lembaga-lembaga kepolisian lainnya tingkat pembunuhan tidak berubah atau di bawah tingkat tahun lalu.

Peningkatan tajam kasus pembunuhan terjadi di Chicago, Dallas, Las Vegas dan Los Angeles, mendorong berbagai penjelasan dari para pakar kriminal dan aparat penegak hukum.

"Saya tidak tahu jawabannya, tapi jelas kita memiliki masalah," kata Direktur FBI James Comey kepada wartawan hari Rabu di Washington.

James Comey mengatakan peningkatan pembunuhan itu mungkin diakibatkan oleh "efek Ferguson," sebuah istilah yang mencuat setelah seorang polisi kulit putih menembak mati seorang laki-laki tidak bersenjata, Michael Brown usia 18 tahun di Ferguson, Missouri tahun 2014. Brown adalah warga kulit hitam Amerika.

Pembunuhan itu, yang disusul berbagai protes, telah menciptakan era baru pengawasan atas polisi, yang diyakini oleh James Comey telah membuat polisi menjadi kurang agresif.

Darrel Stephens, direktur eksekutif kelompok yang merilis laporan itu, mengakui bahwa James Comey "bukan satu-satunya yang berpandangan seperti itu," tapi ia menambahkan, "hal itu bukan bagian dari laporan kami."

Pernyataan direktur FBI itu juga menarik reaksi dari Juru Bicara Gedung Putih Josh Earnest. Dalam jumpa pers dengan wartawan hari Jumat, ia mengatakan, "Pemerintah membuat kebijakan yang berdasarkan pada bukti, yang berpedoman pada ilmu pengetahuan."

Josh Earnest mengatakan walaupun tingkat pembunuhan dipastikan meningkat di beberapa kota di Amerika, "belum ada bukti untuk efek video viral, atau efek Ferguson."

Para pejabat polisi dan pakar kriminal lainnya tidak yakin mengapa ada lonjakan tajam dalam kasus pembunuhan di beberapa kota, tapi mereka yakin faktor penyebabnya termasuk kenaikan kecanduan heroin dan mudahnya mendapat senjata api gelap oleh para anggota geng.

Namun, para pakar lainnya menyatakan kesimpulan tidak bisa diambil dengan data dari tiga bulan pertama tahun 2016 dan jumlah pembunuhan tetap pada tingkat terendah dalam sejarah, meskipun terjadi kenaikan baru-baru ini.

Darrek Stephens menekankan angka itu tidak memberi gambaran tingkat pembunuhan nasional karena informasinya dikumpulkan dari 63 lembaga kepolisian yang mewakili hanya kota-kota dan kabupaten terbesar di Amerika.

Di kota-kota yang mengalami kenaikan terbesar dalam kasus pembunuhan, banyak yang berpusat di lingkungan tertentu, dan karenanya ini adalah "sebuah masalah yang sebagian besar tidak diperhatikan oleh Amerika," kata Comey. "Ini terjadi di daerah-daerah tertentu, dan orang-orang yang mati terbunuh hampir seluruhnya laki-laki kulit hitam dan latin Amerika, dan kita tidak bisa menutup mata atas masalah ini," tambahnya. [zb/ii]

XS
SM
MD
LG