Tautan-tautan Akses

Pembelajaran Daring Hadapi Tantangan Gangguan Teknologi


Siswa kelas 4 di Cottage Lake Elementary mencoba mencari tahu instruksi penugasan di laptop-nya saat pembelajaran online yang diterapkan di Distrik Northshore School selama dua minggu akibat corona, di Woodinville, Washington, AS, 11 Maret. 2020. (Foto: R
Siswa kelas 4 di Cottage Lake Elementary mencoba mencari tahu instruksi penugasan di laptop-nya saat pembelajaran online yang diterapkan di Distrik Northshore School selama dua minggu akibat corona, di Woodinville, Washington, AS, 11 Maret. 2020. (Foto: R

Di seluruh Amerika, tahun ajaran baru telah dimulai, dan bagi banyak orang, ini berarti pembelajaran jarak jauh dilakukan secara online atau daring dari hari ke hari. Lalu, bagaimana para siswa dan orang tua menghadapi pendidikan di era Covid-19 ini?

Bagi banyak orang, sekolah melalui komputer berarti harus menghadapi masalah internet macet dan koneksi yang buruk. Pada hari pertama sekolah, sebagian besar siswa di distrik terbesar di Texas, Houston Independent School District, tidak dapat masuk ke jaringan pembelajaran “Its Learning,” sistem manajemen pendidikan jarak jauh yang menggunakan alat Microsoft Office.

“Guru dan siswa sangat frustrasi karena mereka tidak dapat mengakses kelas mereka. Ponsel and email para guru, telepon sekolah, tentu saja kewalahan karena semua orang mencoba menghubungi mereka, untuk mengabarkan mereka tidak bisa mengakses kelas," kata Dr. Claudia Morales, Direktur Pengembangan Profesi dari Persatuan Guru Houston.

Tracey Pucci dan putranya, Foxton Harding, 12, menonton video latihan yang dibuat oleh para guru Foxton di Northshore Middle School ketika sekolah beralih ke pembelajaran online selama dua minggu di rumah mereka di Bothell, Washington, AS, 11 Maret 2020.
Tracey Pucci dan putranya, Foxton Harding, 12, menonton video latihan yang dibuat oleh para guru Foxton di Northshore Middle School ketika sekolah beralih ke pembelajaran online selama dua minggu di rumah mereka di Bothell, Washington, AS, 11 Maret 2020.

Pada akhir minggu, banyak masalah telah berhasil diatasi. Namun, siswa di seluruh negeri mengalami kesulitan dengan pembelajaran jarak jauh, yang sering kali menyebabkan frustrasi.

Azucena Itule Ramos memasuki tahun pertamanya di sekolah menengah atas, di Berkeley, California. Ini adalah tahun kritis bagi siswa yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi. Dia berharap bisa kuliah di Brown University yang bergengsi, dan dia merasakan tekanan untuk berprestasi bahkan selama pandemi. Dia belajar melalui aplikasi Zoom selama tiga jam setiap pagi, diikuti dengan jam-jam pekerjaan rumah.

“Sering kali mata saya sakit pada penghujung hari, terutama dengan kelas biologi, yang berlangsung dua kali lebih cepat dan saya harus mengerjakan pekerjaan rumah sendiri selama enam jam setelah sekolah,” kata Azucena.

Salah seorang gurunya bergumul dengan masalah teknis, seperti dikatakan oleh Azucena Itule Ramos.

Phoebe Seip (18 tahun), kanan, pelajar SMU Torrey Pines dan saudara perempuannya, Sydney, menyaksikan mantan presiden Barack Obama memberikan pidato secara online untuk kelulusan pelajar SMU, di San Diego, California, 16 Mei 2020. (Foto: Reuters)
Phoebe Seip (18 tahun), kanan, pelajar SMU Torrey Pines dan saudara perempuannya, Sydney, menyaksikan mantan presiden Barack Obama memberikan pidato secara online untuk kelulusan pelajar SMU, di San Diego, California, 16 Mei 2020. (Foto: Reuters)

“Dia tidak bisa membuka Zoom dan dia tidak tahu cara memperbaikinya atau seperti kata sandinya tidak berfungsi dan kemudian dia terkunci di luar kelas daring, dan dia selalu mengatakan, "oh, saya tidak tahu harus mengatakan apa kepada kamu. Masih ada waktu, tapi saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan jika sampai saya tidak berhasil.”

Pembelajaran jarak jauh bukanlah hal baru. Sebagian orang Amerika belajar melukis dari acara televisi tahun 1980-an yang menampilkan artis Bob Ross. Para milenial tumbuh dengan belajar dari YouTube. Namun, mengajar dari jarak jauh untuk seluruh siswa dalam satu kelas mendatangkan tantangan unik yang hanya dapat diatasi sepenuhnya oleh sejumlah lembaga, termasuk Khan Academy.

Salman Khan mendirikan Khan Academy pada tahun 2004, sebuah situs web pendidikan online yang menampilkan kursus dalam berbagai mata pelajaran dalam lebih dari 40 bahasa, dan semuanya gratis. Saat ini, Khan Academy memiliki lebih dari 100 juta pengguna di seluruh dunia, mulai dari anak-anak prasekolah hingga mahasiswa.

“Distrik berusaha mentransplantasikan apa yang mereka lakukan di dunia fisik dan langsung memasukkannya ke dunia maya melalui konferensi video, Ini baru permulaan, tapi saya pikir kita melakukan kesalahan terlalu banyak sekarang. Guru merasa kewalahan karena mereka harus melakukan semua yang mereka lakukan sebelumnya (dalam pembelajaran langsung), dan sekarang mereka menghadapi dimensi tambahan mengenai bagaimana cara memvirtualisasikannya," kata Salman Khan.

Kahn Academy memiliki panduan sumber daya untuk guru tentang cara mengajar yang lebih baik secara online dan memastikan para siswa tetap terlibat secara aktif.

Seorang mahasiswa tengah belajar dengan menggunakan laptopnya. (Foto: AP/Jay LaPrete)
Seorang mahasiswa tengah belajar dengan menggunakan laptopnya. (Foto: AP/Jay LaPrete)

“Situasi yang parah adalah jika 20 hingga 30 persen anak didik tidak terlibat secara aktif. Mereka tidak hanya tidak belajar, tetapi juga tidak berkembang dan mereka melepaskan diri dari pembelajaran secara umum. Guru dan sekolah, jika memungkinkan, harus mampu merancang proses belajar-mengajar yang menyenangkan, karena jika anak-anak tidak merasa didukung secara emosional dan mental sekarang, pencapaian akademis akan menjadi jauh lebih sulit," kata Salman Khan.

Salman Khan mengatakan, untuk mendapatkan hasil maksimal dari pembelajaran daring, guru dan peserta didik perlu sering beristirahat. Ketika situs pembelajaran macet, dia menyarankan agar guru dan siswa menjauhinya untuk sementara, dan seperti yang sering diperlukan selama pandemi, menarik napas dalam-dalam. [lt/jm]

XS
SM
MD
LG