Tautan-tautan Akses

Pembangunan Pulau dan Sarana Militer China di Laut China Selatan Hampir Selesai


Gambar satelit yang dirilis oleh Inisiatif Transparansi Maritim Asia CSIS tanggal 9 Maret 2017 ini menampilkan konstruksi bangunan di Karang Fiery Cross, kepulauan Spratly, Laut Cina Selatan. (CSIS/AMTI DigitalGlobe/Handout via REUTERS).
Gambar satelit yang dirilis oleh Inisiatif Transparansi Maritim Asia CSIS tanggal 9 Maret 2017 ini menampilkan konstruksi bangunan di Karang Fiery Cross, kepulauan Spratly, Laut Cina Selatan. (CSIS/AMTI DigitalGlobe/Handout via REUTERS).

Pulau-pulau buatan China dan sarana pesawat tempur yang sudah hampir selesai di Spratly Islands akan memberi kekuatan tambahan bagi negara itu untuk membuat negara-negara lain menjauhi Laut China Selatan yang disengketakan atau mendapat izin dari China untuk menggunakannya, kata para analis.

Beijing sudah hampir menyelesaikan sarana angkatan laut, udara, radar dan sarana lain di pulau-pulau “tiga besar” kepulauan Spratly Laut China Selatan itu, menurut Asia Maritime Transparency Initiative, satu proyek penelitian kebijakan Pusat Pengkajian Strategi dan International.

Pemantauan pusat pengkajian Amerika itu selama dua tahun ini menunjukkan hampir selesainya pembangunan infrastruktur militer dan sarana sipil-militer yang besar di Subi, karang Mischief dan Fiery Cross yang dikuasai China di Spratly, menurut situs internetnya dan menambahkan Beijing sekarang dapat mengerahkan pesawat tempur dan peluncur misil yang dapat dipindah-pindah ke Spratly Islands setiap waktu.

Infrastruktur tersebut akan memberi kepada China kehadiran 24 jam untuk menegakkan klaimnya di laut seluas 3,5 juta kilometer per segi itu, kata direktur Initiative Gregory Poling.

China mengklaim lebih dari 90 persen laut yang kaya sumber alam itu yang mulai dari barat-daya Taiwan hingga Singapura. Klaim China itu tumpang tindih dengan klaim Brunai, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam yang juga menyebutnya milik mereka. [gp]

XS
SM
MD
LG