Tautan-tautan Akses

Pemandu Wisata Bali Berharap COVID-19 Segera Usai


Pantai Pandawa yang terlihat kosong di tengah penyebaran COVID-19 di Kuta Selatan, Bali, 23 Maret 2020. (Foto: REUTERS/Johannes P. Christo)
Pantai Pandawa yang terlihat kosong di tengah penyebaran COVID-19 di Kuta Selatan, Bali, 23 Maret 2020. (Foto: REUTERS/Johannes P. Christo)

Sosok pemandu wisata di Pulau Dewata itu, tampak mini dibanding patung Dewa Wisnu setinggi gedung berlantai 21. Dia mengatakan sedang menatap Tahun Baru Imlek yang suram saat virus corona menjadi malapetaka bagi industri pariwisata.

“Dalam 10 bulan terakhir, tidak ada pemasukan, karena tidak ada pengunjung,” kata Effendy, mengenakan ikat kepala merah khas tradisional Bali dan sarung batik. Ia berdiri di taman seluas 60 hektar yang sepi.

Selama 30 tahun bekerja sebagai pemandu wisata, Effendy yang lancar berbahasa Mandarin mengatakan puncak periode liburan Tahun Baru Imlek, yang dimulai pada 12 Februari tahun ini, biasanya menarik banyak wisatawan dari China, Hong Kong, dan Taiwan.

“Harapan terbesar saya adalah kita bisa cepat sembuh dari pandemi ini… dan semua aktivitas bisa kembali normal lagi,” tambah Effendy, 65, seorang etnis Tionghoa yang juga menggunakan nama Lin Wen Hui.

Pemerintah memvaksinasi 50 orang setiap hari, tetapi angka penularan dan kematian malah meningkat daripada sebelumnya. Para ahli khawatir penghitungan angka positif COVID-19 sebenarnya melebihi satu juta kasus dan 31 ribu kematian.

Adanya larangan kedatangan turis asing untuk mencegah penyebaran virus membuat Effendy saat ini menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berlatih seni bela diri kung fu di rumah. Ia juga membantu istrinya menjual beras kemasan untuk mendapatkan uang.

Pasangan itu bahkan harus menjual beberapa barang berharga, seperti cincin dan kalung, untuk menopang kehidupan mereka.

Saat normal, kata Effendy, setiap orang dalam grup wisatawan yang terdiri dari 10 hingga 30 orang, menghabiskan sekitar Rp2 juta selama kunjungan selama tiga hingga tujuh hari.

Namun selama taman itu tidak dikunjungi pengunjung, masa-masa sulit akan terus berlanjut. Tampak deretan kursi yang berdiri kosong di amfiteater di taman itu, padahal sebelumnya panggung tersebut menyelenggarakan sejumlah acara, seperti konserIron Maiden dan pertunjukan musik dan tarian tradisional setiap hari.

“Kami akan mengalami krisis ekonomi karena pandemi ini, dan kami tidak bisa berbuat apa-apa,” tambah Effendy.

Di bawah serangan pandemi, Indonesia mengalami kontraksi ekonomi pertama dalam lebih dari dua dekade. [na/ah]

Recommended

XS
SM
MD
LG