Tautan-tautan Akses

Peluncuran Biopik PM Modi Karya Sutradara Bollywood Ditunda


kepala pemerintahan negara bagian Maharashtra, Devendra Fadnavis (kiri) dan aktor Bollywood Vivek Oberoi berpose di depan poster film "PM Narendra Modi," di Mumbai, India, 7 Januari 2019. (Foto: dok).
kepala pemerintahan negara bagian Maharashtra, Devendra Fadnavis (kiri) dan aktor Bollywood Vivek Oberoi berpose di depan poster film "PM Narendra Modi," di Mumbai, India, 7 Januari 2019. (Foto: dok).

Sebuah biopik mengenai Perdana Menteri India Narendra Modi karya seorang sutradara Bollywood seharusnya mulai beredar hari Jumat ini. Akan tetapi pemutaran perdananya ditunda karena peluncurannya berlangsung di tengah kontroversi politik yang berkecamuk di negara itu .

Partai-partai oosis yang marah telah mengecam film tersebut sebagai propaganda terang-terangan dan mempertanyakan mengapa peluncurannya dilangsungkan hanya beberapa hari sebelum India mulai memilih pemerintah baru. Para kritikus film menyebut film itu tidak menggambarkan Modi secara proporsional dan banyak menyanjungnya.

Persinggungan Bollywood dengan politik India bukan hal baru. Setiap musim pemilu, rakyat menyaksikan sejumlah aktor bergabung dalam politik atau menggunakan daya tarik mereka dalam kampanye. Tetapi ini baru pertama kalinya sebuah film yang diproduksi Bollywood yang memiliki pengaruh besar terhadap massa, menjadi sorotan.

Film tersebut mengikuti perjalanan pemimpin India itu dari seorang penjaja teh sederhana ke pucuk pimpinan tertinggi negara itu. Salah satu adegan paling dramatis dalam film PM Narendra Modi memperlihatkan ia sedang melambai-lambaikan bendera raksasa India seraya berseru bahwa “India tidak akan takut pada teror, teror takut pada India.”

Itu adalah tema-tema yang ditegaskan Modi dalam kampanyenya. Setelah permusuhan belakangan ini dengan Pakistan, ia memproyeksikan dirinya sebagai seorang pemimpin yang mengambil sikap lebih keras terhadap terorisme dibandingkan dengan pemerintah sebelumnya dan dapat melindungi negara.

Seraya mengecam biopik yang disebut sebagai upaya politik dan bukan karya artistik, oposisi utama, Partai Kongres, menyatakan film itu dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan tambahan dalam pemilu. Meskipun Komisi Pemilu gagal mengintervensi setelah oposisi menyatakan peluncurannya seharusnya dicegah, Mahkamah Agung setuju untuk mendengarkan pernyataan pemimpin Partai Kongres pekan depan.

Sementara kontroversi terus berlangsung, kabar mengenai penundaan itu muncul dalam cuitan produser film tersebut, Sandip Ssingh, yang mengukuhkan bahwa film itu tidak dirilis pada 5 April. Produser film tersebut tidak memberi alasan penangguhannya, tetapi tampaknya Badan Sensor masih harus memberikan izin bagi peluncurannya. [uh]

Recommended

XS
SM
MD
LG