Tautan-tautan Akses

PBB: Perubahan Iklim Akibatkan Lebih Banyak Bencana Akibat Cuaca 


Kantor Badan Meteorologi Dunia (WMO) di Jenewa, Swiss, 17 Oktober 2016. (Foto: dok).
Kantor Badan Meteorologi Dunia (WMO) di Jenewa, Swiss, 17 Oktober 2016. (Foto: dok).

Menyusul gelombang panas, pemanasan global, kebakaran hutan, badai, kemarau dan peningkatan jumlah topan, badan cuaca PBB memperingatkan bahwa jumlah orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan internasional dapat meningkat sebesar 50 persen pada tahun 2030 dibandingkan dengan 108 juta orang yang membutuhkan bantuan pada tahun 2018.

Dalam sebuah laporan baru yang dirilis bersama mitra-mitranya hari Selasa (13/10), Badan Meteorologi Dunia (WMO) menyatakan semakin banyak bencana terkait cuaca terjadi setiap tahun. Menurut WMO, lebih dari 11.000 bencana telah dikaitkan dengan cuaca, iklim dan fenomena seperti tsunami yang terkait dengan air selama 50 tahun terakhir, menyebabkan 2 juta kematian dan menimbulkan kerugian ekonomi sebesar 3,6 triliun dolar.

Dalam suatu perkembangan yang memberi harapan selama periode itu, jumlah rata-rata kematian dari masing-masing bencana cuaca menurun sepertiga setiap tahun, meskipun jumlah bencana dan kerugian ekonomi meningkat.

Laporan Kondisi Iklim tahun 2020, yang disusun oleh 16 lembaga internasional dan institusi keuangan, menyerukan kepada pemerintah untuk memberikan lebih banyak dana bagi sistem peringatan dini sehingga dapat meningkatkan kemampuan negara-negara dalam mempersiapkan, menanggapi dan dapat mengurangi dampak dari bencana alam.”

Petteri Taalas, di Jenewa, 24 Oktober 2016. (Foto; dok).
Petteri Taalas, di Jenewa, 24 Oktober 2016. (Foto; dok).

“Sementara COVID-19 menyebabkan krisis kesehatan internasional dan ekonomi yang besar, yang membutuhkan waktu beberapa tahun untuk pulih, adalah penting untuk mengingat bahwa perubahan iklim akan terus menimbulkan dan meningkatkan ancaman terhadap kehidupan manusia, ekosistem, ekonomi dan masyarakat dalam berabad-abad yang akan datang,” kata Sekjen Badan Meteorologi Dunia, Petteri Taalas.

“Pulih dari pandemi COVID-19 merupakan kesempatan untuk bergerak maju di sepanjang jalur yang lebih bertahan lama menuju ketahanan dan adaptasi dalam menghadapi perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia,” tambahnya. [lj/uh]

XS
SM
MD
LG