Tautan-tautan Akses

PBB Imbau Rusia dan Turki Cegah Meluasnya Pertempuran di Idlib, Suriah


Kendaraan militer Turki melakukan patroli dekat kota Saraqib, provinsi Idlib, Suriah bulan lalu.
Kendaraan militer Turki melakukan patroli dekat kota Saraqib, provinsi Idlib, Suriah bulan lalu.

Seorang pejabat tinggi PBB mengimbau Rusia dan Turki sebagai penjamin dalam Perjanjian De-eskalasi di propinsi Idlib, Suriah, agar mencegah pertempuran di daerah kantong pemberontak ini tidak bertambah marak. Pejabat itu memberi taklimat kepada wartawan di Jenewa tentang rapat Kelompok Internasional Pendukung Satuan Tugas Akses Kemanusiaan di Suriah.

Lebih dari 3 juta warga sipil tinggal propinsi Idlib, Suriah barat laut. Sebagian besar terkurung di daerah kantong itu tanpa bisa pergi ke mana pun sekiranya pecah perang terbuka antara pasukan Suriah dukungan Rusia dan pemberontak.

Perjanjian zona de-eskalasi tahun 2018 yang dirundingkan Rusia, Turki dan Iran berhasil mempertahankan perdamaian yang rapuh di kawasan yang panas itu tetapi sekarang tampaknya mulai berantakan.

Penasihat senior PBB bidang kemanusiaan untuk Suriah Najat Rochdi mengatakan, dalam beberapa pekan terakhir PBB menerima laporan yang merenyahkan tentang meningkatnya kegiatan militer dan serangan di Idlib. Menurut Rochdi sejak Februari ada 106 ribu orang yang mengungsi dan 190 orang tewas sebagai akibat langsung dari pertempuran yang meningkat.

"Kami mempunyai rencana regional bagi sampai 900 ribu orang yang mungkin terkena dampak jika aksi militer terbatas terjadi di Suriah barat laut. Serangan besar militer di sana akan menempatkan ribuan jiwa terancam dan berdampak pada jumlah besar orang dan sangat mungkin membikin para mitra kemanusiaan kami kewalahan," kata Najat Rochdi.

Rochdi mengatakan, pembicaraan belum lama ini antara Rusia dan Turki untuk melanjutkan patroli di kawasan sana memberinya semacam harapan bentrokan yang membinasakan dapat dielakkan.

Rochdi juga mengatakan satu lainnya yang amat menggusarkan ialah krisis kemanusiaan yang tengah menguak di kamp al-Hol di propinsi Al-Hasakah, Suriah timur laut. Kamp yang dimaksudkan untuk 41 ribu orang itu kini dihuni lebih dari 73 ribu orang.

Sebagian besar yang tiba di kamp itu adalah pengungsi dari propinsi Deir ez-Zor kubu terakhir negara Islam ISIS. 92% penghuni kamp adalah perempuan, anak-anak dan orang lanjut usia. Tidak ada lelaki di atas umur 15 tahun.

Seterusnya Rochdi mengatakan, orang luarbiasa rentan dan yang tiba di al-Hol kekurangan gizi dan menderita berbagai macam penyakit. Rumah sakit rujukan kewalahan dan tidak lagi dapat menerima pasien. Kebutuhan lain yang mendesak, katanya, adalah tempat berlindung, air dan sanitasi. (al)

XS
SM
MD
LG