Tautan-tautan Akses

Pasca Penyelidikan, UNAIDS Pecat Pelapor Rahasia 


Kantor Badan PBB Urusan Penanganan AIDS DI Jenewa, Swiss, 8 April 2019.
Kantor Badan PBB Urusan Penanganan AIDS DI Jenewa, Swiss, 8 April 2019.

Badan PBB Urusan Penanganan AIDS telah memecat dua staf karena pelanggaran keuangan dan seksual. Salah satu staf itu adalah seorang pelapor rahasia (whistleblower) yang tuduhannya telah memicu kekacauan selama berbulan-bulan di badan tersebut.

Martina Brostrom, Maret lalu, secara terang-terangan menuduh seorang direktur senior UNAIDS telah menciumnya secara paksa dan mencoba menyeretnya keluar dari lift di Bangkok pada 2015. Ditambahkannya bahwa direktur itu telah beberapa kali melecehkannya secara seksual dalam kesempatan lain.

Associated Press April lalu melaporkan sebelum tuduhan itu dipublikasikan, Brostrom sendiri dan seorang penyelia telah diselidiki oleh pejabat-pejabat PBB karena pelanggaran keuangan dan seksual mereka sendiri.

Menurut pengacaranya, Edward Flaherty, segera setelah serangan itu terjadi, pada bulan Mei tahun yang sama Brostrom juga telah melaporkan serangan itu kepada keluarga dan teman-temannya, juga kepada pejabat senior UNAIDS dalam beberapa kesempatan pada 2015 dan 2016.

Sejumlah dokumen internal yang diperoleh Associated Press menunjukkan para pejabat PBB memiliki “bukti” bahwa Brostrom dan seorang penyelia telah ikut ambil bagian dalam “praktik penipuan dan penyalahgunaan dana perjalanan.” Dakwaan lainnya adalah teguran terhadap keduanya karena “menyalahgunakan keistimewaan PBB dengan meminta tarif khusus PBB untuk memesan kamar hotel bagi hubungan seksual mereka.”

Tim penyelidik PBB juga menulis bahwa mereka menemukan bukti yang menunjukkan bahwa keduanya secara rutin menggunakan email kantor untuk “saling tukar pesan dengan bahasa seksual yang eksplisit, tidak senonoh dan ketelanjangan.”

Brostrom mengatakan ia dipecat dari UNAIDS pekan lalu sebagai pembalasan karena melaporkan pelecehan seksual yang dialaminya. “Saya berbicara tentang apa yang terjadi pada saya dan pada UNAIDS. Sebagai konsekuensinya, saya sangat menderita,” ujarnya dalam sebuah pernyataan.

Penyelia Brostrom juga dipecat.

Brostrom sebelumnya dipuji sebagian orang karena memulai gerakan #MeToo di PBB, juga karena laporan serangan seksual yang dialaminya memicu dua penyelidikan PBB yang menyimpulkan bahwa tidak ada bukti yang cukup untuk mendukung klaimnya. Sementara sebuah kajian independen oleh manajemen UNAIDS mendapati adanya budaya kebal hukum dan “kepemimpinan yang cacat.”

Dalam sebuah email pada Sabtu lalu (14/12) yang tidak mengidentifikasi nama Brostrom, juru bicara UNAIDS Sophie Barton-Knott mengatakan “dua staf diberhentikan dari UNAIDS setelah penyelidikan independen yang menyimpulkan tanpa keraguan bahwa keduanya telah menyalahgunakan dana dan sumber daya UNAIDS, serta terlibat dalam pelanggaran lain, termasuk pelanggaran seksual.”

Ditambahkan, penyelidikan itu dimulai delapan bulan sebelum salah seorang staff yang diberhentikan menyampaikan tuduhan serangan seksual. Barton-Knott menggarisbawahi bahwa klaim apapun bahwa staf yang dipecat itu merupakan pembalasan karena melaporkan serangan seksual, “tidak berdasar dan menyesatkan.”

Pengacara Brostrom mengatakan kliennya akan mengajukan banding atas pemecatannya itu. [em/pp]

XS
SM
MD
LG