Tautan-tautan Akses

Partai Erdogan Kalah di Istanbul, Perubahan Politik di Turki?


Presiden Turki Erdogan (kiri) dan Walikota terpilih Istanbul, Ekrem Imamoglu.
Presiden Turki Erdogan (kiri) dan Walikota terpilih Istanbul, Ekrem Imamoglu.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan hari Minggu (23/6) tak dinyana kalah dan lawan politiknya merebut kendali atas kota asalnya, Istanbul.

Kemenangan Ekrem Imamoglu dalam pemilihan ulang untuk walikota Istanbul memberi oposisi kesempatan pertama untuk bersukacita dalam puluhan tahun. Orang-orang berdansa hingga larut malam, merayakan berakhirnya kekuasaan Presiden Recep Tayyip Erdogan selama 25 tahun atas kota itu.

Di distrik Besiktas, Istanbul, kubu oposisi, 83 % orang memilih Imamoglu.

Pihak oposisi kini melihat Imamoglu sebagai orang yang mampu mengalahkan Erdogan dalam pemilihan presiden, seperti diungkapkan seorang pendukungnya.

"Kami mencintainya. Saya mengharapkan kemenangan seperti ini dalam beberapa tahun, ia akan menjadi Presiden. Saya mempercayainya dan mempercayai proyeknya dan segalanya dan saya percaya padanya, dan tadi malam kami bersukacita, dan kami sangat gembira," kata seorang warga Istanbul.

Ekrem Imamoglu merayakan kemenangan bersama ribuan pendukungnya di Istanbul, Turki.
Ekrem Imamoglu merayakan kemenangan bersama ribuan pendukungnya di Istanbul, Turki.

Di seberang jalur air Bosphorus adalah distrik Uskudar, Istanbul, rumah dan selama ini menjadi kubu Erdogan. Tetapi bahkan di sini, orang-orang memilih Imamoglu.

Di kalangan pendukung Partai AK yang berkuasa, ada perasaan campur aduk.

Seorang pendukung partai AK mengungkapkan, "Secara pribadi, saya sedih. Saya selalu memilih Tayyip sejak pemilihan pertamanya untuk walikota Istanbul pada tahun 1994."

Tetapi pendukung Partai AK lainnya mengatakan kekalahan Istanbul adalah sinyal bahwa partai tersebut, dan Erdogan, telah kehilangan arah.

"Pertama, saatnya berdamai dengan rakyat. Ia harus berhenti memenjarakan para intelektual dan mengembalikan kebebasan menyatakan pendapat. Kedua, mereka harus mendengar rakyat mereka sendiri. Mereka harus bertanya apa yang harus saya lakukan untuk meremajakan ekonomi," ujarnya.

Erdogan mempertaruhkan gengsi politiknya ketika berkampanye untuk kandidatnya, Binali Yildirim.

Menurut pengamat, kekalahan presiden akan memperkuat kritik di dalam partainya yang mengatakan AK telah keluar dari basis inklusifnya yang dulu luas.

Mesut Yegen, profesor Sosiologi pada Sehir University di Istanbul mengatakan, "Mereka yang menjalankan partai AK tidak mewakili keragaman kaum konservatif, kaum konservatif dan agamis di Turki. Jadi, itu berarti mereka yang akan membangun partai baru ini, pada dasarnya akan memberi tahu rakyat Turki bahwa 'OK kita perlu semacam partai liberal konservatif yang lebih beragam atau jauh lebih inklusif.'"

Istanbul memberi Erdogan kemenangan pertamanya sebagai walikota pada tahun 1994 dan merupakan batu loncatan baginya untuk mendominasi politik Turki. Kekalahan hari Minggu di kota yang pernah dikuasainya bisa menjadi titik balik yang besar.(ka/al)

Recommended

XS
SM
MD
LG