Tautan-tautan Akses

Pakar Pemerintah AS Desak Standar Baru Pengujian Bedak Tabur 


Seorang pekerja menutup lemari berisi botol-botol bedak tabur untuk bayi produksi Johnson & Johnson di sebuah toko obat di Kalkuta, India, 20 Desember 2018. (Foto: Reuters)
Seorang pekerja menutup lemari berisi botol-botol bedak tabur untuk bayi produksi Johnson & Johnson di sebuah toko obat di Kalkuta, India, 20 Desember 2018. (Foto: Reuters)

Sebuah tim yang dibentuk oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), telah mengesahkan standar pengujian kandungan asbes untuk kosmetik. Langkah itu berpihak pada otoritas kesehatan masyarakat dan para pakar dalam berbagai oleh para penderita kanker. Mereka menduga produk bedak tabur atau talk yang terkontaminasi menyebabkan kanker yang mereka derita.

Rekomendasi paling signifikan dari panel ahli pemerintah tersebut adalah bahwa partikel mineral dalam produk bedak talk, yang berukuran cukup kecil hingga bisa terhirup ke dalam paru-paru, dianggap berpotensi berbahaya. Industri kosmetik sendiri enggan menyebut partikel tersebut sebagai asbes.

Karena baik mineral asbes maupun mineral yang mirip diduga menyebabkan "hasil patologi yang serupa, perbedaannya tidak relevan," kata panel ahli dalam ringkasan rekomendasi awal yang diunggah di situs web FDA.

Panel itu juga menggarisbawahi pandangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan otoritas kesehatan publik lainnya bahwa tidak ada tingkat paparan asbes yang diketahui aman. Mereka juga menyarankan bubuk bedak dan kosmetik untuk diuji dengan metode paling sensitif yang tersedia.

Menurut FDA, rekomendasi - yang datang dari para ahli dari delapan lembaga pemerintah, termasuk Survei Geologi AS dan Institut Nasional untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja- akan ditetapkan pada 4 Februari di kampus FDA di Silver Spring, Maryland. Ini akan menjadi sidang FDA pertama yang berfokus pada metode pengujian asbestos dalam talk dan kosmetik sejak 1971.

Menurut laporan Reuters pada Desember, dalam pertemuan pad akhir 2018 yang disponsori FDA yang tertutup untuk umum, sejumlah pakar yang memiliki hubungan dengan industri meremehkan potensi bahaya kontaminasi bedak dengan mineral mirip asbes. Pertemuan itu dan laporan yang dihasilkan menuai kritik dari ilmuwan lain, lembaga advokasi konsumen, anggota kongres dan pengacara penggugat.

Badan tersebut, Jumat (10/1/2020), menolak untuk mengomentari tentang substansi rekomendasi baru sebelum pertemuan. Dalam sebuah pernyataan, FDA mencatat bahwa panel ahli pemerintahnya "bekerja secara independen dan belum meminta rekomendasi dari produsen kosmetik, kelompok industri atau kelompok non-pemerintah lainnya."

Seorang juru bicara Johnson & Johnson, yang memimpin pangsa pasar bedak tabur, mengatakan perusahaan menantikan " tinjauan menyeluruh tentang cara yang paling efektif dan dapat diandalkan untuk menguji asbes dalam bedak kosmetik."

Pada Oktober, FDA mengumumkan bahwa mereka telah menemukan kandungan asbes dalam sebotol Johnson's Baby Powder. Penemuan itu mendorong penarikan 33 ribu botol bedak tabur dari pasaran. Langkah itu menandai untuk pertama kalinya perusahaan itu menarik merek ikonik itu karena dugaan kontaminasi asbes. Selain itu, hal tersebut juga pertama kalinya regulator AS mengumumkan temuan asbes dalam produk.

Setelah itu, J&J menyewa laboratorium di luar untuk melakukan serangkaian tes. Perusahaan kosmetik itu mengatakan berdasarkan hasil tes tidak ditemukan kandungan asbes dalam bedak taburnya.

Metode pengujian J&J melebihi standar industri. Baru-baru ini, 155 pengujian oleh laboratorium pihak ketiga menggunakan metode canggih menunjukkan tidak ada asbes dalam talk, kata Jake Sargent. [an/ft]

XS
SM
MD
LG