Tautan-tautan Akses

Orangutan Sumatera di Aceh Buta Usai Ditembak, 24 Peluru Bersarang di Tubuh


Orangutan Sumatera bernama Paguh yang mengalami kebutaan setelah ditembak senapan angin. Kamis (21/11) (courtesy: YEL-SOCP)
Orangutan Sumatera bernama Paguh yang mengalami kebutaan setelah ditembak senapan angin. Kamis (21/11) (courtesy: YEL-SOCP)

Satu individu orangutan Sumatera di Aceh mengalami kebutaan setelah ditembak oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.Bahkan, 24 peluru senapan angin juga bersarang di tubuh orangutan Sumatera tersebut.

​Peristiwa memilukan kembali dialami oleh orangutan Sumatera yang ada di Provinsi Aceh. Setelah orangutan Sumatera bernama Hope yang dihujani 74 peluru senapan angin pada 10 Maret 2019, kini kejadian serupa kembali terjadi. Orangutan Sumatera yang diberi nama Paguh (dalam bahasa karo berarti ‘kuat dan tangguh’) mengalami nasib sama. Orangutan Sumatera jantan berusia 25 tahun tersebut mengalami kebutaan setelah dihujani 24 peluru senapan angin.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Agus Aryanto mengatakan pada Rabu (20/11) pihaknya bersama masyarakat dan Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Centre (YOSL-OIC), melakukan evakuasi terhadap satu individu orangutan yang terluka akibat luka tembak senapan angin di Desa Gampong Teungoh, Kecamatan Trumon Aceh Selatan, Provinsi Aceh.

"Teman-teman dari Seksi Konservasi Wilayah II Subulussalam yang sedang melakukan kegiatan patroli mendapatkan laporan adanya orangutan yang terluka. Setelah dilakukan pengecekan memang benar ada satu individu orangutan jantan yang terluka akibat senapan angin," katanya kepada VOA, Rabu (27/11).

Orangutan Sumatera bernama Paguh saat menjalani perawatan medis di Stasiun Karantina Orangutan Batu Mbelin Sibolangit, Sumatera Utara, Kamis (21/11). (Courtesy: YEL-SOCP).
Orangutan Sumatera bernama Paguh saat menjalani perawatan medis di Stasiun Karantina Orangutan Batu Mbelin Sibolangit, Sumatera Utara, Kamis (21/11). (Courtesy: YEL-SOCP).

Agus mengungkapkan, dari observasi di lapangan sebelum dilakukan upaya anestesi oleh tim dari YOSL-OIC terlihat bahwa orangutan tersebut mengalami permasalahan di penglihatan dan berjalan di atas tanah. Kemudian orangutan tersebut langsung dievakuasi ke Stasiun Karantina Orangutan Batu Mbelin Sibolangit, Sumatera Utara yang dikelola oleh Yayasan Eko Lestari (YEL), Sumatera Orangutan Conservation Programme (SOCP) dan tiba pada hari Kamis (21/11) untuk mendapatkan penanganan medis.

Saat ini BKSDA Aceh bersama kepolisian masih menggali informasi di lapangan untuk mengetahui pelaku penembakan terhadap orangutan Sumatera tersebut.

"Terkait dengan ini kita telah berkoordinasi dengan pihak kepolisian wilayah setempat untuk penanganan kasusnya. Sejauh ini masih proses mencari informasi keterangan karena memang saat ditemukan posisinya di perkebunan masyarakat yang kondisinya sedang berjalan mencari pohon," ungkap Agus.

Sementara itu dokter hewan dari YEL-SOCP, Meuthya Sr dalam keterangan tertulisnya mengatakan awalnya mereka berharap mata Paguh tidak rusak total atau paling tidak salah satu mata masih berfungsi. Namun hasil pemeriksaan kesehatan ditemukan bahwa kedua mata Paguh buta, di mana bola mata kanan tampak merah. Sedangkan bola mata kiri keruh diduga karena cedera yang terjadi lebih dahulu dibanding bola mata kanan.

Orangutan Sumatera saat dievakuasi di Desa Gampong Teungoh, Kecamatan Trumon Aceh Selatan, Provinsi Aceh, Rabu (20/11). (Courtesy: BKSDA Aceh)
Orangutan Sumatera saat dievakuasi di Desa Gampong Teungoh, Kecamatan Trumon Aceh Selatan, Provinsi Aceh, Rabu (20/11). (Courtesy: BKSDA Aceh)

"Dari hasil X- Ray juga teridentifikasi 24 peluru yang tersebar di seluruh tubuhnya. 16 peluru dibagian kepala, empat peluru di bagian kaki dan tangan, tiga peluru di daerah panggul dan satu peluru di daerah perut. Kita telah mengeluarkan tiga peluru dari bagian kepala. Perawatan intensif akan terus kami berikan kepada Paguh sampai kondisinya membaik," jelas Meuthya.

Menurut Supervisor Program Rehabilitasi dan Reintroduksi Orangutan YEL- SOCP, Citrakasih Nente, ini bukan pertama kali pihaknya menerima orangutan dengan puluhan peluru. Bahkan ada yang sampai lebih dari seratus peluru di dalam tubuhnya. Penggunaan senapan angin untuk berburu satwa liar masih terus terjadi, dan hanya dalam kurun waktu 10 tahun YEL-SOCP sudah menerima sekitar 20 orangutan yang menjadi korban penembakan dengan senapan angin. Diperkirakan jika kondisi Paguh mulai membaik orangutan buta tersebut tidak mungkin bisa dilepasliarkan kembali ke habitatnya.

"Kami sangat prihatin ketika kembali dihadapkan dengan kondisi seperti ini, apalagi Paguh tidak mungkin bisa dilepasliarkan kembali karena buta. Perlu keseriusan dari pihak berwenang untuk menertibkan penggunaan senapan angin sesuai peraturan yang telah ada, untuk memastikan keadaan seperti Paguh dan Hope tidak terus berulang," tuturnya. [aa/lt]

Recommended

XS
SM
MD
LG