Tautan-tautan Akses

Oksigen KRI Nanggala Menipis, Kekhawatiran akan Nasib Kru Memuncak


Para awak kapal selam TNI Angkatan Laut, KRI Nanggala-402, berjajar di dek kapal saat tiba di Surabaya, Jawa Timur, 6 Februari 2012. (Foto: M Risyal Hidayat/Antara Foto via Reuters)
Para awak kapal selam TNI Angkatan Laut, KRI Nanggala-402, berjajar di dek kapal saat tiba di Surabaya, Jawa Timur, 6 Februari 2012. (Foto: M Risyal Hidayat/Antara Foto via Reuters)

Kapal-kapal milik TNI Angkatan Laut menjelajahi perairan Bali pada Jumat (23/4), berpacu dengan waktu untuk menemukan KRI Nanggala 402 yang hilang dua hari lalu. Kapal itu hanya memiliki persediaan oksigen kurang dari satu hari bagi 53 awaknya.

KRI Nanggala 402 hilang setelah penyelaman terakhir yang dilaporkan pada Rabu (21/4) di perairan Bali. Kekhawatiran memuncak bahwa kapal selam itu mungkin tenggelam terlalu dalam untuk dapat dijangkau atau dievakuasi. Kepala Staf TNI Angkatan Laut mengatakan kapal selam itu diperkirakan kehabisan oksigen sekitar pukul 03.00 waktu setempat pada Sabtu (24/4).

"Kami akan memaksimalkan upaya hari ini, hingga batas waktu besok pukul 03.00," kata Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Mayjen Achmad Riad kepada wartawan.

Belum ada tanda-tanda kehidupan kapal selam tersebut, tapi Achmad menolak untuk berspekulasi mengenai nasibnya.

Sebanyak 24 kapal milik TNI AL dan lainnya serta sebuah pesawat patroli sedang dimobilisasi untuk pencarian pada Jumat (23/4). Pencarian tersebut difokuskan pada area di mana tumpahan minyak ditemukan setelah kapal selam tersebut menghilang saat latihan. Tim penyelamat melakukan pencarian besar-besaran dalam dua hari terakhir.

Sebuah kapal perang Australia yang dilengkapi dengan perangkat sonar dan helikopter akan tiba pada Jumat (23/4) malam. Kapal perang Australia yang kedua dan kapal penyelamat Singapura dan Malaysia juga diharapkan akan tiba dalam beberapa hari mendatang.

Tumpahan minyak tampak di lokasi di mana kapal selam KRI Nanggala 402 yang membawa 53 orang terlihat terakhir kali sebelum ijin menyelam jam 3 WIB hari Rabu (21/4). (Foto: TNI Angkatan Laut)
Tumpahan minyak tampak di lokasi di mana kapal selam KRI Nanggala 402 yang membawa 53 orang terlihat terakhir kali sebelum ijin menyelam jam 3 WIB hari Rabu (21/4). (Foto: TNI Angkatan Laut)

"Kedua kapal Australia ini akan membantu memperluas area pencarian dan memperpanjang durasi upaya pencarian," kata Laksamana Muda Angkatan Laut Australia Mark Hammond.

Tidak ada bukti konklusif bahwa tumpahan minyak itu berasal dari kapal selam. Kepala Staf TNI AL Laksamana Yudo Margono mengatakan minyak bisa saja tumpah dari celah di tangki bahan bakar kapal selam atau awak kapal bisa melepaskan bahan bakar dan cairan untuk mengurangi berat kapal sehingga bisa naik ke permukaan.

Margono mengatakan terdapat obyek tak dikenal dengan daya magnet tinggi terletak di kedalaman 50 hingga 100 meter dan para pejabat berharap itu adalah KRI Nanggala.

TNI AL juga meyakini kapal selam itu tenggelam hingga kedalaman 600-700 meter, jauh lebih dalam daripada collapse depth atau batas kedalaman dengan tekanan air yang bisa menghancurkan lambung kapal. Perusahaan Korea Selatan yang memperbaiki kapal tersebut pada 2009-2012 memperkirakan kapal itu memiliki collapse depth hingga 200 meter.

Penyebab hilangnya kapal selam itu masih belum jelas. TNI AL mengatakan masalah bisa mengakibatkan kapal selam tidak dapat menjalankan prosedur darurat untuk naik kembali ke permukaan.

Ahn Guk-hyeon, seorang pejabat dari Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering Korea Selatan, mengatakan kapal selam itu akan rusak jika melewati kedalaman sekitar 200 meter karena tekanan. Ia mengatakan perusahaannya meningkatkan sebagian besar struktur dan sistem internal kapal selam Indonesia itu tetapi tidak memiliki informasi terbaru tentang kapal tersebut.

Terkait belum ditemukannya kapal selam itu, Juru Bicara Pentagon John Kirby, mengatakan kepada VOA,“Kami sangat sedih mendengar berita hilangnya kapal selam Indonesia, dan pikiran kami tertuju pada para pelaut Indonesia itu dan keluarga mereka. Atas undangan pemerintah Indonesia, kami mengirimkan aset bantuan udara untuk membantu pencarian kapal selam yang hilang."

"Menteri (Pertahananan) Austin dijadwalkan berbicara dengan Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto besok pagi, untuk menyampaikan kesedihan kami dan membahas bagaimana lagi Amerika Serikat dapat membantu,” imbuhnya

Kecelakaan kapal selam seringkali menjadi bencana.

Para tentara Angkatan Laut Singapura menaiki Kapal Swift Rescue di Singapura untuk memulai operasi penyelamatan kapal selam TNI AL, KRI Nanggala-402, Rabu, 21 April 2021. (Foto: Ng Eng Hen/Facebook via Reuters)
Para tentara Angkatan Laut Singapura menaiki Kapal Swift Rescue di Singapura untuk memulai operasi penyelamatan kapal selam TNI AL, KRI Nanggala-402, Rabu, 21 April 2021. (Foto: Ng Eng Hen/Facebook via Reuters)

Pada tahun 2000, kapal selam nuklir Rusia Kursk mengalami ledakan internal dan tenggelam saat bermanuver di Laut Barents. Sebagian besar dari 118 awaknya tewas seketika, tetapi 23 orang melarikan diri ke kompartemen belakang sebelum mereka meninggal karena tidak bisa bernapas. Pada November 2017, sebuah kapal selam Argentina hilang dengan 44 awaknya di Atlantik Selatan, hampir setahun sebelum bangkai kapal ditemukan di kedalaman 800 meter.

Namun pada tahun 2005, tujuh orang di dalam kapal selam mini Rusia diselamatkan hampir tiga hari setelah kapal mereka tersangkut jaring ikan dan kabel di Samudra Pasifik. Mereka hanya memiliki enam jam oksigen yang tersisa sebelum mencapai permukaan.

Kementerian Pertahanan mengatakan KRI Nanggala 402, yang bertenaga diesel buatan Jerman itu, telah beroperasi di Indonesia sejak 1981 dan membawa 49 awak kapal dan tiga penembak serta komandannya. [ah/au/ft, ab/uh/es]

Recommended

XS
SM
MD
LG