Tautan-tautan Akses

Kapal Selam RI yang Hilang Mungkin Tenggelam Terlalu Dalam


Kapal selam KRI Nanggala-402 (Foto courtesy: Kemenhan RI)
Kapal selam KRI Nanggala-402 (Foto courtesy: Kemenhan RI)

Kapal-kapal milik Angkatan Laut, Kamis (22/4), secara intensif masih mencari kapal selam yang kemungkinan tenggelam terlalu dalam sehingga akan menyulitkan penyelamatan. Banyak pihak menyatakan peluang bertahan hidup bagi 53 orang di dalamnya menipis. Negara-negara tetangga bergegas mengerahkan kapal-kapal penyelamat mereka untuk mendukung operasi penyelamatan rumit tersebut.

KRI Nanggala 402 yang bertenaga diesel sedang berpartisipasi dalam sebuah latihan, Rabu (21/4), ketika diketahui tidak melakukan panggilan pelaporan sesuai jadwal. Sejumlah pejabat melaporkan adanya lapisan minyak dan bau bahan bakar diesel di dekat posisi terakhir penyelaman kapal itu, sekitar 96 kilometer dari Pulau Bali, meskipun belum ada bukti konklusif bahwa semua itu terkait dengan kapal selam yang hilang itu.

Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono saat menggelar konferensi pers di Jakarta, Senin (4/1/2021). (Foto: screenshot)
Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono saat menggelar konferensi pers di Jakarta, Senin (4/1/2021). (Foto: screenshot)

Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono mengatakan kepada wartawan, persediaan oksigen di kapal selam akan habis pada Sabtu (24/4) pukul 03.00. Ia mengatakan tim penyelamat menemukan benda tak dikenal dengan kekuatan magnet tinggi di kawasan itu dan para pejabat berharap itu merupakan kapal selam.

Angkatan Laut mengatakan, mereka yakin kapal selam itu tenggelam ke kedalaman 600-700 meter -- jauh lebih dalam dari posisi kedalaman yang diperkirakan oleh perusahaan yang meningkatkan kemampuan kapal tersebut pada 2009-2012, yakni 200 meter.

Ahn Guk-hyeon, seorang pejabat dari Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering Korea Selatan, mengatakan kapal selam itu akan rusak jika melewati kedalaman sekitar 200 meter karena tekanan. Ia mengatakan perusahaannya meningkatkan sebagian besar struktur dan sistem internal kapal selam Indonesia itu tetapi tidak memiliki informasi terbaru tentang kapal tersebut.

Frank Owen, dari Submarine Institute of Australia juga mengatakan kapal selam itu mungkin tenggelam terlalu dalam sehingga akan menyulitkan tim penyelamat untuk mengoperasikannya jika ditemukan.

“Sebagian besar sistem-sistem penyelamatan kapal selam hanya bisa beroperasi hingga kedalaman sekitar 600 meter. Kapal selam bisa masuk lebih dalam dari itu karena memang memiliki margin keselamatan yang dibangun di dalam desainnya, tetapi pompa dan sistem-sistem lain yang terkait dengannya mungkin tidak memiliki kapasitas untuk beroperasi. Jadi kapal itu bisa bertahan di kedalaman itu, tapi belum tentu bisa beroperasi," katanya.

Owen, yang mengembangkan sistem penyelamatan kapal selam Australia, mengatakan KRI Nanggala 402 yang sedang dicari itu tidak dilengkapi kursi penyelamat di sekitar pintu keluar yang dirancang untuk penyelamatan bawah air. Ia mengatakan kapal selam penyelamat perlu membuat koneksi kedap air ke kapal selam yang rusak melalui rongga yang dihubungkan ke kursi penyelamat itu sehingga pintunya dapat dibuka tanpa kapal selam yang rusak dibanjiri air.

Para tentara Angkatan Laut Singapura menaiki Kapal Swift Rescue di Singapura untuk memulai operasi penyelamatan kapal selam TNI AL, KRI Nanggala-402, Rabu, 21 April 2021. (Foto: Ng Eng Hen/Facebook via Reuters)
Para tentara Angkatan Laut Singapura menaiki Kapal Swift Rescue di Singapura untuk memulai operasi penyelamatan kapal selam TNI AL, KRI Nanggala-402, Rabu, 21 April 2021. (Foto: Ng Eng Hen/Facebook via Reuters)

Pemerintah mengatakan bahwa kapal-kapal Angkatan Laut, kapal-kapal selam, dan pesawat-pesawat udara sedang dikerahkan untuk mencari di daerah tempat kapal selam itu terakhir kali terdeteksi. Sebuah kapal survei hidrooseanografi yang dilengkapi dengan kemampuan deteksi bawah air juga sedang dalam perjalanan menuju lokasi di sekitar tumpahan minyak.

Kapal-kapal penyelamat dari Singapura dan Malaysia diharapkan tiba antara Sabtu (24/4) dan Senin (26/4). Indonesia mengatakan Australia, Amerika Serikat, Jerman, Prancis, Rusia, India, dan Turki juga telah menawarkan bantuan. Korea Selatan mengatakan juga menawarkan bantuan. [ab/uh]

Recommended

XS
SM
MD
LG