Tautan-tautan Akses

Jelang Akhir Masa Jabatan, Obama Hadapi Tantangan Kuat di Kongres


Presiden Barack Obama melakukan pertemuan dengan pimpinan Kongres AS, Ketua DPR John Boehner (kiri), Senator Harry Reid dan Senator Mitch McConnell di Gedung Putih (7/11). Partai Republik menguasai kedua badan Kongres AS mulai Januari 2015.
Presiden Barack Obama melakukan pertemuan dengan pimpinan Kongres AS, Ketua DPR John Boehner (kiri), Senator Harry Reid dan Senator Mitch McConnell di Gedung Putih (7/11). Partai Republik menguasai kedua badan Kongres AS mulai Januari 2015.

Mulai bulan Januari 2015, Presiden AS Barack Obama yang selama ini harus mengatasi berbagai masalah domestik dan global, juga akan berhadapan dengan faksi Republik yang menguasai kedua badan Kongres AS pasca pemilu 4 November lalu.

Ketika Barack Obama memasuki dua tahun terakhir masa kepresidenannya, VOA mengamati bagaimana pemimpin Amerika itu berusaha meninggalkan warisan jabatan yang baik, meski harus berhadapan dengan tentangan kuat di Kongres.

Para pemilih sudah menentukan pilihan pada tanggal 4 November lalu, dan hasilnya adalah Partai Demokrat yang selama ini menguasai kursi mayoritas Senat kalah, memberi kesempatan pada Partai Republik untuk menguasai Kongres secara keseluruhan.

Sehari setelah pemilu sela, Presiden Obama berdiri di hadapan wartawan Gedung Putih, menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang posisinya sebagai pemimpin yang kian lemah dan apakah ia akan melakukan perubahan dalam dua tahun terakhir kepresidenannya.

“Sasaran utama saya – karena saya tidak akan mencalonkan diri lagi dan tidak punya aspirasi politik lebih jauh – maka sasaran utama saya adalah mengabdi sebisa mungkin pada rakyat Amerika dalam dua tahun terakhir kepemimpinan saya,” papar Obama.

Mantan pejabat pemerintahan Obama – Carmel Martin – yang kini bekerja untuk Center for American Progress mengatakan.

“Obama telah menyelamatkan kita dari jurang dalam yang disebut “Resesi Besar”. Kita menikmati pertumbuhan lapangan kerja selama lebih dari 50 bulan, 10 juta lapangan kerja baru di sektor swasta dan tingkat pengangguran terendah dalam enam tahun. Jadi saya kira untuk selanjutnya ia akan terus memusatkan perhatian pada ekonomi,” kata Martin.

Tetapi meskipun ekonomi mengalami kemajuan, tingkat kepopuleran Presiden Obama menjelang tahun 2015 justru menurun.

Dosen sejarah pada American University Prof. Allan Lichtman mengatakan, “Tidak ada penurunan dalam ekonomi. Tidak ada skandal yang memalukan. Masa-masa ini sudah lumayan, tetapi masih saja ada orang yang tidak puas. Kadang-kadang saya berpikir rakyat Amerika menuntut terlalu banyak dari Presiden mereka”.

Lebih jauh Prof. Allan Licthman mengatakan dalam hal yang menyangkut warisan kepemimpinan, tingkat kepopuleran itu tidak berarti banyak,

Presiden Barack Obama kemungkinan besar akan menggunakan Keputusan Presiden pada tahun 2015 dan 2016 untuk menghindari berurusan dengan Kongres dan berusaha meninggalkan kinerja kebijakan luar negeri yang positif.

“Ia sudah berhasil membuat China menyepakati sebuah perjanjian perubahan iklim, sesuatu yang semula sama sekali tidak mau dilakukan negara itu. Ini terobosan besar. Akan menjadi kemenangan besar bagi Obama jika ia juga berhasil mencapai persetujuan nuklir yang kredibel dengan Iran. Ini akan setara dengan perjanjian Camp David antara Israel dan Mesir yang dihasilkan Jimmy Carter,” tambah Licthman.

Analis-analis mengatakan dua tahun masih cukup lama bagi presiden untuk mewariskan sesuatu yang lebih langgeng dampaknya, dan kemampuan Barack Obama untuk melakukan hal itu – khususnya di tingkat dunia – seharusnya tidak dianggap remeh.

(Aru Pande/VOA).

XS
SM
MD
LG