Tautan-tautan Akses

Obama dan Xi Tegaskan Kerjasama dalam Bidang-bidang Utama


Presiden AS Barack Obama (kiri) dan Presiden China Xi Jinping berjabat tangan sebelum melakukan pertemuan di Hangzhou, Zhejiang, China, Sabtu (3/9).
Presiden AS Barack Obama (kiri) dan Presiden China Xi Jinping berjabat tangan sebelum melakukan pertemuan di Hangzhou, Zhejiang, China, Sabtu (3/9).

Pertemuan kedua pemimpin hari Sabtu (3/9) di Hangzhou, tempat KTT G20 dilaksanakan, sempat diwarnai kekisruhan antara staf Gedung Putih, wartawan Amerika dan petugas keamanan China.

Amerika dan China hari Sabtu (3/9) bertekad untuk bekerja sama lebih erat dalam berbagai isu; keamanan, perdagangan dan kesehatan setelah pembicaran selama lebih dari tiga jam antara Presiden Barack Obama dan mitranya dari China, Xi Jinping.

Namun, kekisruhan antara staf Gedung Putih, wartawan Amerika dan petugas keamanan China pada kedatangan Obama telah mengancam kelancaran pertemuan itu sebelum dimulai.

Setelah pesawat Air Force One mendarat di Hangzhou, petugas-petugas China berteriak pada staf Gedung Putih, karena membiarkan rombongan wartawan Amerika masuk ke wilayah penyambutan di landasan pesawat.

Seorang pejabat dengan sengit berdebat dengan Susan Rice, penasihat keamanan nasional AS. Kemudian, di Westlake Statehouse, di mana kedua pemimpin direncanakan bertemu, para pejabat China dan Amerika berdebat dalam bahasa Mandarin tentang berapa banyak staf dan wartawan yang akan diizinkan masuk.

Pada akhirnya, wartawan mengatakan seorang pejabat China dengan suara keras menyatakan kemarahan atas perlakuan para petugas keamanan China terhadap orang-orang Amerika.

Meskipun demikian, Obama dan Xi melakukan pertemuan kira-kira tiga setengah jam sebelum keduanya berjalan di taman pada malam hari.

Sebuah pernyataan Gedung Putih mengatakan para pemimpin sepakat untuk bekerja sama membangun unit penjaga perdamaian dalam kemitraan 'Dunia Ketiga', di mana Amerika menyediakan segi teknis dan dukungan logistik militer yang akan memastikan pengerahan cepat unit-unit tersebut.

China mengatakan berencana mempersiapkan beberapa unit pasukan penjaga perdamaian sekitar 8 ribu orang yang dijanjikan siap dalam waktu 60 hari.

Kedua Presiden juga berjanji meningkatkan kerjasama dalam berbagi informasi tentang tersangka teroris asing, termasuk informasi biografis dan laporan-laporan tambahannya.

Ditambahkan, menurut pernyataan itu kedua pihak menegaskan kembali niat mereka menerapkan serangkaian kebijakan keamanan dunia maya yang bertujuan menghentikan "kejahatan" peretasan dunia maya dan pencurian kekayaan intelektual.

Kedua pemimpin juga membahas kerjasama militer "dalam bidang kepentingan bersama," termasuk menurut pernyataan tersebut adalah kebijakan-kebijakan "memperdalam rasa saling percaya, meningkatkan keselamatan operasional dan mengurangi risiko antara pasukan bersenjata kita."

Dikatakan kedua pihak juga berjanji melanjutkan pengembangan dan penerapan serangkaian kebijakan-kebijakan pembangunan kepercayaan yang disepakati oleh kedua negara pada bulan November tahun 2014.

Gedung Putih mengatakan pembicaraan itu menyoroti dan menegaskan kembali komitmen memerangi perdagangan gading ilegal, yang menurut para ahli merupakan ancaman mematikan bagi populasi gajah yang terancam di Afrika.

Pernyataan itu mencatat bahwa China melarang impor gading awal tahun ini, dan mengatakan China kini berkomitmen untuk mengumumkan jadwal waktu penghentian perdagangan domestik komersial gading di China pada akhir tahun ini.

Kedua pihak juga menegaskan komitmen sebelumnya untuk mencapai kesepakatan dengan negara-negara lain yang bertujuan membatasi penangkapan ikan komersial yang tidak diatur di laut lepas di Kutub Utara.

Pernyataan itu lebih lanjut mengatakan kedua pihak juga memutuskan untuk mendukung hubungan aktivitas sains baik di Kutub Utara dan Kutub Selatan. [zb]

Recommended

XS
SM
MD
LG