Tautan-tautan Akses

NASA Luncurkan Misi Bersejarah Jelajah Objek Luar Angkasa Terjauh


Tim misi Ultima Thule (kiri-kanan), antara lain penyelidik utama New Horizons, Alan Stern, dari Southwest Research Institut (SwRI) dan manajer proyek Helene Winters dari Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory, dalam konferensi pers di Maryland, 31 Desember 2018.
Tim misi Ultima Thule (kiri-kanan), antara lain penyelidik utama New Horizons, Alan Stern, dari Southwest Research Institut (SwRI) dan manajer proyek Helene Winters dari Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory, dalam konferensi pers di Maryland, 31 Desember 2018.

Sebuah pesawat luar angkasa nir awak milik NASA diluncurkan pada Tahun Baru untuk menjelajah obyek luar angkasa bernama Ultima Thule, yang merupakan peninggalan dari awal sistem tata surya.

Berjarak empat miliar mil (6,4 miliar kilometer), New Horizons siap diluncurkan pada pukul 12:33 pagi pada 1 Januari, pada jarak 2.200 mil dari Ultima Thule, kantor berita AFP melaporkan.

Jarak itu tiga kali lebih dekat dari saat New Horizons melakukan misi ke Pluto pada 2015.

Apa sebenarnya obyek luar angkasa itu yang diberi nama pulau mistis dalam literatur abad pertengahan dan punya lagu nasional sendiri yang dimainkan oleh gitaris Queen, Brian May?

“Ini obyek luar angkasa paling primitif yang pernah ditemui oleh pesawat luar angkasa,” kata Hal Weaver, ilmuwan dalam proyek tersebut dari John Hopkins Applied Physics Laboratory.

Ukurannya relatif kecil. Bahkan, para ilmuwan tidak yakin berapa ukuran pastinya.

Tapi mereka yakin ukurannya sekitar 100 kali lebih kecil daripada Pluto, yang berdiameter hampir 1.500 mil (2.414 kilometer)

Ultima Thule juga terletak di sebuah area membeku di luar angkasa, yang mengindikasikan mungkin masih terawat dengan baik.

Ditemukan saat peneropongan dengan Teleskop Hubble pada 2014, Ultima Thule berada di Sabuk Kuiper, sebuah wilayah yang terbentuk dari hari-hari awal pembentukan planet-planet.

Foto “Ultima Thule” salah satu obyek Sabuk Kuiper yang ditandai di tengah dengan bintang-bintang di sekitarnya, 16 Agustus 2018, yang diabadikan oleh pesawat luar angkasa New Horizons.
Foto “Ultima Thule” salah satu obyek Sabuk Kuiper yang ditandai di tengah dengan bintang-bintang di sekitarnya, 16 Agustus 2018, yang diabadikan oleh pesawat luar angkasa New Horizons.

Sabuk Kuiper bermula sekitar tiga miliar mil (4,8 miliar kilometer) di luar Matahari, melewati orbit Neptunus, planet terjauh dari Matahari.

Misi ke Ultima diharapkan bisa memberikan informasi mengenai luar angkasa dari masa permulaan.

“Sabuk Kuiper penuh dengan miliaran komet, jutaan obyek seperti Ultima yang disebut planetesimal, yang membangun formasi planet dan kumpulan kecil – sejumlah planet kerdil seukuran benua, seperti Pluto,” kata Alan Stern, penyelidik utama pada New Horizons.

“Sangat penting bagi kami di ilmu tentang planest karena kawasan dalam sistem tata surya itu, yang sangat jauh dari Matahari, mempertahankan kondisi asli dari empat miliar tahun lalu,” kata Stern.

“Dengan melintas Ultima, kami bisa melihat bagaimana kondisi pada saat awal.”

Ultima Thule pertama kali ditemukan oleh Teleskop Luar Angkasa Hubble pada 2014.

Para ilmuwan menduga pada 2017 Ultima Thule bentuknya tidak bulat, mungkin memanjang. Bahkan mungkin dua obyek.

Ultima Thule juga tidak mengeluarkan cahaya berpendar berulang kali yang para ilmuwan berharap melihat dari obyek-obyek kosmik yang berputar. Hal ini menimbulkan pertanyaan.

Apakah Ultima Thule dikelilingi debu kosmik? Dibungkus oleh banyak bulan-bulan mungil? Diposisikan dalam arah tertentu hingga kutubnya menghadap pesawat luar angkasa yang mendekati?

NASA berharap misi ini bisa memberikan jawaban.

Gambar pertama diharapkan akan didapat pada 1 Januari petang, dan akan dirilis pada 2 Januari.

Foto-foto dengan resolusi tinggi akan menyusul.

Meski tidak ada siaran langsung citra Ultima Thule pada jarak ini, NASA berencana menyiarkan secara online selama misi berlangsung. Siaran online itu akan menampilkan video animasi dan musik dari gitaris Queen, Brian May, yang punya gelar akademik bidang astrofisika. Brian May merilis musik untuk peluncuran misi itu

“Saya terinspirasi oleh ide bahwa ini jangkauan terjauh yang dilakukan Tangan Manusia,” kata May. [ft]

XS
SM
MD
LG