Tautan-tautan Akses

Muslim di Amerika Khawatir dengan Gelombang Baru Islamofobia


Islamofobia Kembali Warnai Kampanye Pilpres AS
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:43 0:00

Islamofobia Kembali Warnai Kampanye Pilpres AS

Gelombang Islamofobia itu dipicu oleh dua kandidat calon presiden paling populer dari Partai Republik, Donald Trump dan Ben Carson.

Umat Muslim di Amerika menanggapi dengan campuran rasa frustrasi, kekesalan dan kemarahan atas apa yang banyak orang lihat sebagai peningkatan gelombang Islamofobia, yang dipicu oleh dua kandidat calon presiden paling populer dari Partai Republik, Donald Trump dan Ben Carson.

Di Institut Islam Orange Country, yang mengelola sebuah masjid dan sebuah sekolah di Anaheim, California selatan, ketegangan sudah memuncak sejak sekelompok pria kulit putih meneriaki para ibu dan anak-anak yang tiba di tempat itu pada peringatan serangan 11 September 2001. Pria-pria itu menyebut mereka pengecut yang tidak layak ada di Amerika.

Banyak dari Muslim Amerika yang jumlahnya mencapai 2,8 juta orang itu mengatakan bahwa ketegangan-ketegangan semacam itu dapat memburuk dalam pemilihan presiden yang mereka takutkan akan memicu kemarahan dan sikap fanatik.

"Cukup menyulitkan bahwa seorang kandidat calon presiden dapat membuat klaim-klaim seperti itu," ujar Zuhair Shaath, seorang Amerika keturunan Palestina, mengenai Carson, pensiunan dokter bedah syaraf yang pada hari Minggu mengatakan Muslim tidak pantas untuk jadi presiden AS.

Kubu kampanye Carson membela pernyataannya hari Senin, mengatakan bahwa ia tidak menyarankan larangan untuk seorang Muslim menjadi presiden. Namun pihak kampanyenya mengatakan ia tidak akan mendorong orang tersebut menjadi pemimpin dan tidak akan mendukungnya.

Kemudian hari Senin, Carson mengatakan ia "betul-betul" memegang pernyataannya tapi terbuka dengan kandidat Muslim moderat yang mengecam Islamis radikal.

Pernyataan Carson, yang ada di posisi hampir puncak dalam jajak-jajak pendapat untuk kandidat capres Republik untuk pilpres 2016, menyusul kegagalan miliarder Trump untuk menyanggah komentar seorang pendukung Jumat lalu yang menyebut Presiden Barack Obama seorang Muslim.

Trump kemudian mengklarifikasi hal tersebut, dengan mengatakan ia tidak berkewajiban mengoreksi para hadirin, dan bahwa "isu lebih besar adalah bahwa Obama berperang melawan orang-orang Kristen di negara ini. Umat Kristiani perlu dukungan di negara ini. Kebebasan beragama mereka sedang dipertaruhkan."

Kandidat calon presiden Partai Republik Ben Carson (kiri) dan Donald Trump, berbincang saat jeda iklan dalam debat presiden di CNN (16/9).
Kandidat calon presiden Partai Republik Ben Carson (kiri) dan Donald Trump, berbincang saat jeda iklan dalam debat presiden di CNN (16/9).

Sejumlah Muslim mengatakan bahwa mereka takut pernyataan-pernyataan tersebut dapat memperkuat daya tarik Carson dan Trump, yang masih populer meski pernyataan-pernyataannya misoginis dan xenofobik.

Pernyataan-pernyataan tersebut juga muncul setelah seorang remaja pria berusia 14 tahun dari Texas ditahan dan diborgol minggu lalu karena membawa jam buatan sendiri ke sekolahnya di Dallas karena diduga sebuah bom.

Penahanan Ahmed Mohamed memicu dugaan penyaringan rasial dan membuat sekolah itu obyek kemarahan yang memuncak dengan langkah Obama mengundang Mohamed ke Gedung Putih.

Nihad Awad, direktur eksekutif Dewan Hubungan Amerika-Islam, mendesak Carson untuk "mundur dari pencalonan kandidat presiden karena ia tidak pantas menjadi pemimpin, karena pandangannya tidak konsisten dengan Konstitusi Amerika Serikat."

Di lingkungan Anaheim yang dikenal sebagai “Little Arabia”, Abdallah Soueidan mengatakan pernyataan-pernyataan tersebut kana menimbulkan masalah.

"Mereka memperkeruh keadaan," ujar Soueidan, 57, yang pindah dari Lebanon 37 tahun yang lalu.

Putranya yang berusia 18 tahun, Radwan -- seorang pemain bola voli universitas -- mengatakan ia membaca pernyataan anti-Muslim yang dipenuhi kebencian di Internet setiap saat. Namun, terkait Carson, ia mengatakan: "Saya tidak mengerti bagaimana seorang kandidat presiden dapat mengatakan hal seperti itu. Sama sekali tidak terdengar seperti orang Amerika."

"Kami juga Pemilih"

Meski Konstitusi AS melarang tes agama bagi mereka yang ingin menjadi pejabat publik, politik agama dan kepresidenan masih menjadi campuran yang mudah meledak.

Tahun 2007, ketika capres Republik Mitt Romney berkampanye untuk nominasi partainya, ia menghadapi ketakutan di antara Kristen Penginjil karena keyakinan Mormonnya. Thaun 1960, John F. Kennedy menekankan pemisahan gereja dan negara ketika menjadi presiden AS pertama yang beragama Katolik Roma.

Aicha Fokar, 20, mengatakan pernyataan-pernyataan Carson melanggengkan "stereotipe sangat buruk yang telah menempel dengan sendirinya dalam budaya Amerika."

"Ini membuat anak-anak muda Muslim enggan membela haknya atau bangga dengan agamanya," ujar mahasiswi dari Lubbock, Texas itu.

"Setiap orang hanya mencoba mengeluarkan pernyataan untuk mendapatkan sebanyak mungkin suara. Saya tidak yakin mereka paham apa yang terjadi dengan kami. Mereka tidak mengerti bahwa kami juga pemilih."

Di Dearborn, daerah pinggiran kota Detroit dengan populasi Muslim yang besar, Marshal Shameri mengatakan Trump seharusnya melakukan lebih banyak untuk menghapus konsepsi yang salah tentang Islam. Namun ia tidak melihat pernyataan-pernyataan itu sebagai serangan atas agamanya.

Ketegangan-ketegangan anti-Muslim telah terlihat di pinggiran kota Detroit lainnya, Sterling Heights, dimana para pejabat kota bulan ini menolak permintaan sebuah kelompok Islam untuk membangun masjid di daerah permukiman. Para pendukung masjid menghadapi protes dan memasukkan petisi hari Senin ke Departemen Kehakiman AS, meminta penyelidikan apakah hak-hak sipil mereka dilanggar.

Di Kentucky, ketegangan muncul minggu lalu ketika para preman mencoret-coret masjid dengan cat semprot merah terang dengan tulisan "Muslim - Jauhi Yahudi," "Ini untuk Perancis" dan "Nazi Bisa Bahasa Arab."

Waheed Ahmad, presiden Pusat Islamis Louisville, tidak menganggap serius vandalisme tersebut, dengan mengatakan bahwa itu dilakukan oleh anak-anak nakal yang mabuk atau semacam itu.

​Di Texas Tech University, Saba Nafees, 23, melihat ironi dalam pernyataan-pernyataan Carson.

​"Yang digambarkan di media adalah ekstremisme. Itu yang disalahpahami tentang Islam, padahal itu keliru," ujarnya. [hd/eis]

XS
SM
MD
LG