Tautan-tautan Akses

Meski Biden Memimpin dalam Jajak Pendapat, Hambatan Masih Ada


Mantan Wapres AS Joe Biden di Wilmington, Delaware, 12 Maret 2020 (kiri) dan Presiden Donald Trump di Gedung Putih, Washington D.C., 5 April 2020.
Mantan Wapres AS Joe Biden di Wilmington, Delaware, 12 Maret 2020 (kiri) dan Presiden Donald Trump di Gedung Putih, Washington D.C., 5 April 2020.

Pemilihan presiden AS kurang dari 100 hari lagi, sejumlah jajak pendapat menunjukkan kandidat Demokrat, Joe Biden unggul di atas sepuluh persen dari Presiden Donald Trump, yang tingkat kepercayaan publiknya menurun karena kematian akibat virus corona di AS terus meningkat.

Namun, sebagaimana dilaporkan wartawan VOA Brian Padden, senjang ini bisa menyempit ketika pemilih tidak menganggap pemilihan presiden ini sebagai referendum atas kinerja Presiden Trump lagi tetapi lebih mengarah pada pilihan antara Trump dan Biden. Rekam jejak dan proposal kebijakan Biden akan semakin dicermati ketika secara resmi dia ditunjuk sebagai calon dari Demokrat pada Agustus 2020.

Tingkat kepercayaan publik terhadap Presiden Trump semakin menurun selama pandemi virus corona yang berkepanjangan di AS, resesi ekonomi, dan kerusuhan sipil di Amerika Serikat.

Amerika Kini: Biden Pitfalls
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:04:03 0:00

Kandidat presiden Partai Demokrat, Joe Biden, yang menjabat sebagai Wapres semasa kepresidenan Barack Obama, kini memimpin di atas sepuluh persen dalam berbagai jajak pendapat.

Peningkatan itu sebagian besar disebabkan oleh sebuah kampanye yang kalem tetapi disiplin. Kampanye ini tidak jemu-jemunya mengkritik pengelolaan krisis pandemi oleh Trump dan mengecam pesan-pesan Trump yang tidak jelas, termasuk penolakannya untuk bertanggung jawab atas upayanya yang gagal mengatasi pandemi di Amerika.

“Coba bayangkan, sebagai presiden dan mengatakan, itu bukan tanggung jawab saya, saya tidak bertanggung jawab. Sungguh tak dapat dipercaya,” jelasnya.

Meskipun data polling yang suram, beberapa pendukung Trump menyatakan, jika tingkat infeksi virus corona mengalami penurunan atau vaksin yang efektif tersedia sebelum pemilu November, prospek Presiden AS itu dapat meningkat.

Patrick Basham, pengamat Konservatif dari Democracy Institute mengemukakan, “Semakin besar fokusnya pada pandemi, semakin baik posisi Biden. Jadi, setiap isu atau kombinasi isu yang beralih fokusnya dari pandemi itu, kemungkinan akan merugikan Biden dan membantu Trump.”

Pendukung presiden AS itu juga melihat peluang ketika demo tuntutan atas keadilan rasial diwarnai oleh aksi kekerasan, kata mereka penerapan "hukum dan ketertiban," yang dicanangkan Trump akan bergaung ke pemilih ketika kerusuhan terus berlanjut di beberapa kota di Amerika. Biden sangat berhati-hati dan tidak memberi dukungan terhadap seruan para pendemo untuk membubarkan dan menghentikan pendanaan polisi.

Biden, yang beraliran moderat, mengusulkan rencana ekonomi, lingkungan, dan layanan kesehatan yang luas dan membutuhkan banyak dana. Rancangan kebijakan seperti itu akan diserang oleh Partai Republik karena dinilai sebagai paham sosialis dan dapat menghapuskan lapangan pekerjaan.Kritik seperti itu diharapkan akan menarik dukungan dari para pemilih independen yang pro-bisnis.

Pada saat yang sama, oposisi kuat presiden terhadap aborsi, pengawasan kepemilikan senjata, dan imigrasi ilegal dinilai akan meraih antusiasme yang tinggi dari basis pendukungnya.

Pilihan Biden untuk mendampinginya sebagai kandidat wakil presiden perempuan yang akan diumumkan dalam hari-hari mendatang, diharapkan akan menarik bagi sebagian besar konstituensi Demokrat. Tetapi ada juga kemungkinan, pihak moderat merasa dipinggirkan kalau ternyata kandidat wapresnya terlalu progresif, atau sebaliknya kalau kelompok sayap kiri menilai pilihannya tidak cukup progresif.

Bagi Biden yang berusia 77 tahun, yang terkenal sering masuk perangkap dalam perdebatan, debat kepresidenan mendatang juga beresiko. Namun pendukungnya menyatakan Biden siap menghadapi serangan dari Trump.

Salah seorang pengamat, Jared Leopold dari Evergreen Mission menjelaskan, “Dia tahu benar apa yang menjadi fokusnya, ekonomi, layanan kesehatan, dan pandemi. Ketika terjun ke dalam perdebatan, isu-isu itulah yang akan jadi pusat perhatiannya.”

Jajak pendapat tahun 2016 kebanyakan salah memperkirakan Trump akan kalah dari kandidat Partai Demokrat waktu itu, Hillary Clinton. Oleh karena itu, sejumlah ahli strategi baik dari partai Demokrat maupun Republik sepakat, polling saat ini sama sekali tidak menjamin terciptanya sebuah kemenangan Biden pada November mendatang. [mg/jm]

XS
SM
MD
LG