Tautan-tautan Akses

Menteri Kesehatan AS Sangkal Pemerintah Gagal Atasi Pandemi Corona


Alex Azar, Menteri Kesehatan dan Layanan Publik AS
Alex Azar, Menteri Kesehatan dan Layanan Publik AS

Amerika menjadi negara dengan jumlah korban meninggal akibat virus corona terbesar di dunia, yaitu lebih dari 90.000 orang, tetapi menyangkal anggapan bahwa pemerintah gagal mengatasi pandemi ini.

“Kita tidak bisa merasa berhasil walaupun hanya ada satu korban jiwa,” ujar Menteri Urusan Kesehatan dan Layanan Publik Alex Azar pada CNN, tetapi menambahkan “hal ini bisa menjadi jauh lebih buruk.”

Presiden Donald Trump mencuit di Twitter, “(pemerintah) sangat sukses secara medis, untuk mengatasi situasi (wabah) virus corona. Ini akan terjadi!”

Azar mengatakan dalam dua bulan terakhir ini Amerika telah “berhasil menurunkan laju perebakan” virus corona sehingga para petugas medis dapat menangani pasien yang membutuhkan perawatan.

“Meskipun bebannya berat dan tragis, hal ini sudah bisa dikendalikan,” ujar Azar. Namun ditambahkannya, “kita memiliki risiko kesehatan yang lebih besar di Amerika” dari orang-orang yang menderita obesitas, tekanan darah tinggi dan diabetes.

Meskipun jumlah korban meninggal di Amerika diperkirakan akan mencapai 147.000 orang pada Agustus nanti, Azar mengatakan “kita kini berada dalam posisi di mana kita dapat mulai kembali mengaktifkan kegiatan ekonomi di negara ini.”

Empat puluh delapan negara bagian telah melonggarkan pembatasan pada toko-toko, bisnis, restoran dan pabrik, sehingga dapat beroperasi kembali; meskipun tetap diserukan untuk menjaga jarak sosial setidaknya dua meter di antara orang-orang dan keharusan mengenakan masker.

Azar mengatakan “ada masalah kesehatan serius yang membuat kita menghentikan kegiatan ekonomi. Kini kita harus menghidupkannya kembali.”

Tetapi karena adanya jutaan warga Amerika yang menderita “cabin fever” setelah diperintahkan berada di rumah selama dua bulan ini, pengoperasian kembali bar dan restoran di negara bagian Ohio dan Wisconsin telah memicu orang-orang berkerumun dan bersosialiasi seolah-olah tidak ada masalah kesehatan akibat pandemi ini. “Cabin fever” adalah gejala lekas marah dan merasa tidak berdaya akibat isolasi di dalam ruangan yang umumnya terjadi pada musim dingin.

Gubernur Ohio Mike DeWine, yang melihat terjadinya kerumunan warga tanpa mengindahkan pedoman menjaga jarak ketika restoran-restoran dibuka, mengatakan “kita harus tetap menjaga jarak. Ini saat yang penting,” ketika 90 persen perekonomian di negara bagian itu dibuka kembali.

“Kita harus mulai aktif lagi tetapi tetap waspada” untuk mencegah terjadinya kembali pandemi ini. “Apakah kita dapat membuka kembali sekolah-sekolah bulan Agustus nanti tergantung pada apa yang kita lakukan sekarang. Ini tergantung pada kita semua.”

Sementara, Gubernur California Gavin Newsom mengatakan 75 persen kegiatan ekonomi di negara bagian itu sudah dimulai kembali, tetapi kewaspadaan terhadap munculnya lagi virus corona masih harus dipatuhi. Ditambahkannya, hampir tidak mungkin melangsungkan pertandingan futbol (American football) di stadion-stadion yang dipadati 80.000 penggemar pada musim gugur nanti.

Penasehat Gedung Putih urusan perdagangan Peter Navarro, sebagaimana Trump, menyalahkan China karena tidak memperingatkan soal virus dari Wuhan ini sejak awal sehingga akhirnya meluas ke Eropa dan kemudian ke Amerika. “Ya saya menyalahkan China,” ujar Navarro dalam program “This Week” di stasiun televisi ABC. Ia mengatakan “selama dua bulan, di balik perlindungan Organisasi Kesehatan Dunia WHO, China menyembunyikan virus itu dari dunia.” “Mereka bisa saja mengekang virus itu di Wuhan,” tambahnya, “tetapi mereka membiarkannya menjadi pandemi.” [em/ii]

XS
SM
MD
LG