Tautan-tautan Akses

Menlu Rusia Kunjungi Mali untuk Tingkatkan Kerja Sama di Tengah Isolasi Barat


Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov (kiri) bersama Menlu Mali Abdoulaye Diop di Bamako, hari Selasa (7/2) .
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov (kiri) bersama Menlu Mali Abdoulaye Diop di Bamako, hari Selasa (7/2) .

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada hari Selasa (7/2) berjanji Rusia akan terus membantu Mali meningkatkan kemampuan militernya dalam konferensi pers gabungan yang disiarkan televisi pemerintah.

Sambil berdampingan di podium bersama Menteri Luar Negeri Mali Abdoulaye Diop, diplomat tertinggi Rusia itu menggembar-gemborkan pengiriman sejumlah jet tempur dan helikopter pada Agustus 2021 lalu, sambil menjanjikan bantuan militer lainnya.

“Kami telah mengirimkan pesawat yang sangat penting,” ujarnya, “dan ini telah sangat meningkatkan kapasitas angkatan bersenjata Mali untuk memberantas ancaman teroris.”

Dukungan Rusia bagi negara Afrika Barat itu dalam memerangi Al-Qaida dan para militan yang terkait ISIS selama puluhan tahun telah meningkat sejak penarikan pasukan Prancis dari Mali tahun lalu.

Angkatan bersenjata Prancis melakukan intervensi di Mali pada 2013, setelah wilayah utara negara itu dikuasai para militan. Akan tetapi, tahun lalu Prancis menarik mundur pasukannya, di tengah kekhawatiran bahwa pemerintahan militer Mali bekerja sama dengan kelompok tentara bayaran Wagner yang disokong Kremlin.

Peningkatan kemitraan Moskow dan Bamako telah memicu kekhawatiran Barat. Mali berada di bawah pengawasan dunia internasional karena bekerja sama dengan kelompok tentara bayaran Wagner asal Rusia sejak tahun lalu, di mana PBB dan sejumlah organisasi HAM internasional menyerukan penyelidikan terhadap pembantaian yang dilakukan para tentara bayaran, yang bekerja sama dengan tentara Mali.

Lavrov dan Diop sama-sama menyinggung upaya PBB untuk menyelidiki pelanggaran HAM di Mali. Keduanya menggambarkan upaya tersebut sebagai “neokolonialisme,” di mana Diop mengklaim bahwa itu semua merupakan upaya untuk “mendestabilitasi” negaranya.

Kelompok-kelompok HAM dan jurnalis beberapa kali melaporkan dugaan pelanggaran HAM oleh tentara bayaran Rusia tahun lalu. Setelah melakukan suatu penyelidikan, media penyiaran Prancis dilarang memasuki negara itu.

Minggu lalu pakar PBB menyerukan penyelidikan terhadap “tindak kejahatan internasional” yang dilakukan Wagner Group di Mali.

Menyusul kesaksian pada pertemuan Dewan Keamanan PBB 27 Januari lalu, pemerintahan militer Mali mengusir kepala misi PBB untuk divisi HAM Mali karena tindakan “destabilisasi dan subversif” terhadap pemerintahan Mali.

Aksi kekerasan terus meluas ke sisi selatan Mali dalam beberapa tahun terakhir, di mana sejumlah serangan di dekat Bamako beberapa bulan terakhir dikaitkan dengan para militan. Juli tahun lalu, markas militer utama Mali di Kati, 15 kilometer dari Bamako, diserang oleh para militan.

Kunjungan Lavrov ke Mali dilakukan ketika Moskow berusaha mempertahankan hubungan Rusia dengan para sekutu, ketika Barat mengisolasinya karena invasi ke Ukraina.

Kantor berita Rusia RIA mengutip Lavrov yang mengatakan bahwa Moskow berharap dapat segera memulai pengiriman produk gandum, pupuk dan minyak ke Mali.

Lavrov telah mengunjungi serangkaian negara Afrika baru-baru ini ketika Moskow, yang dihantam sanksi Barat akibat perangnya di Ukraina, menjalin hubungan dagang dan kemitraan strategis dengan negara lain. [rd/jm]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG