Tautan-tautan Akses

Mengapa Brazil Selalu Dapat Giliran Pidato Pertama di Sidang Umum PBB?


Presiden Brazil Dilma Rousseff berpidato pada Sidang Majelis Umum PBB di kantor PBB, Senin, 28 September 2015.
Presiden Brazil Dilma Rousseff berpidato pada Sidang Majelis Umum PBB di kantor PBB, Senin, 28 September 2015.

Senin ini (28/9) Markas Besar PBB di New York tumpah ruah dengan pemimpin dan pejabat 193 negara anggota PBB. Selama beberapa hari ke depan, serangkaian pidato digelar dengan urutan kepala negara atau pemerintah, diikuti wakilnya dan kemudian menteri luar negari atau pejabat setara. Pertanyaannya, mengapa Brazil selalu dapat urutan bicara nomor satu? Jawaban singkatnya adalah karena sudah tradisi, sejak pembentukan PBB tahun 1947. Sejak itu pemimpin Brazil selalu membuka sidang.

Berbagai faktor membentuk tradisi ini. Yang pertama adalah karena antusiasme dan sumbangsih Brazil dalam masa pembentukan PBB. Tahun 1947, menteri luar negeri Brazil Oswaldo Aranha memimpin Sidang Khusus Pertama Majelis Umum PBB dan Sesi Kedua Sidang Majelis Umum PBB. Menghargai upaya Brazil di awal pembentukannya, lembaga dunia ini selalu menyediakan podium pertama bagi pemimpin negara Amerika Selatan ini, membuat Presiden Dilma Rousseff menjadi perempuan pertama yang membuka forum ini di tahun 2011. Sebagian pihak beranggapan, kehormatan ini diberikan juga sebagai hadiah hiburan karena meskipun sangat aktif, Brazil tidak diberi kursi tetap dalam Dewan Keamanan PBB. Ada pula yang berpandangan, bahwa pidato Brazil berfungsi memanaskan Sidang Majelis sebelum pidato kedua yang selalu disampaikan oleh Amerika Serikat selaku tuan rumah, ibaratnya opening act dalam konser musik.

Selaku tuan rumah, Presiden Obama mendapat jatah waktu pidato 45 menit, bukan 15 menit seperti yang harus dipatuhi pemimpin dunia lainnya. Pidato Presiden Amerika Serikat secara tradisi diikuti oleh tiga pesaing globalnya, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden China Xi Jinping dan Presiden Iran Hassan Rouhani. Dan seperti tahun-tahun sebelumnya, pidato para pemimpin ini juga menjadi forum menumpahkan keluh kesah dan kritik atas satu sama lain, disertai seruan untuk mengatasi berbagai masalah internasional.

Karena tahun 2015 ini Indonesia tidak mengirimkan Presiden melainkan Wakil Presiden, Bapak Jusuf Kalla harus menunggu lima hari sampai semua kepala negara dan pemerintahan selesai berpidato, baru mendapat giliran. Meski sudah berada di New York sejak 23 September, Jusuf Kalla baru akan berpidato Jumat, 2 Oktober sebelum bertolak kembali ke tanah air. [dw]

XS
SM
MD
LG