Tautan-tautan Akses

Menelusuri Jejak Khilafatul Muslimin di Jawa Tengah


Pemimpin Khilafatul Muslimin, Abdul Qadir Hasan Baraja (tengah memakai sorban putih) didampingi para penyidik tiba di Polda Metro Jaya pada Selasa sore setelah dirinya ditangkap Selasa pagi di Teluk Betung, Bandar Lampung. (foto: courtesy)
Pemimpin Khilafatul Muslimin, Abdul Qadir Hasan Baraja (tengah memakai sorban putih) didampingi para penyidik tiba di Polda Metro Jaya pada Selasa sore setelah dirinya ditangkap Selasa pagi di Teluk Betung, Bandar Lampung. (foto: courtesy)

Polda Jawa Tengah telah menangkap tiga pimpinan Khilafatul Muslimin di Brebes terkait aksi konvoi ajakan pendirian khilafah beberapa waktu lalu. VOA menelusuri jejak organisasi itu di Jawa Tengah.

Jalan pintas selebar enam meter yang memasuki sebuah kawasan perkampungan, yang di bagian depannya bertuliskan “Khilafatul Muslimin Kema'sulan” ini tampak biasa saja. Tetapi jalan pintas ini menghubungkan tiga daerah strategis di Jawa Tengah, yaitu Kota Solo, kabupaten Boyolali dan kabupaten Karanganyar. Seorang perempuan berkerudung tampak sedang berada di teras salah satu rumah ketika VOA memasuki kawasan itu, Ia bergegas masuk ke dalam rumah, yang di bagian depannya digunakan untuk berjualan makanan dan minuman.

Dari penelusuran diketahui bahwa papan yang bertuliskan “Khilafatul Muslimin” itu sebelumnya terpasang di tepi jalan raya, di dekat gerbang gapura kawasan itu. Coretan tulisan warna hitam bekas spidol di bagian RT menunjukkan lokasi pindah tak jauh dari rumah yang dipakai sekarang.

Perkampungan serupa juga ada di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Letaknya tak jauh dari jalur Jogja-Solo. Papan dengan lembaran spanduk bertuliskan “Khilafatul Muslimin” wilayah Jawa Tengah terpasang di Belangwetan Klaten Utara. Lokasi rumah itu di ujung jembatan desa. Lagi-lagi, kondisi rumah sepi dan tak ada aktifitas. Rumah itu bercat hijau dan putih.

Satu jaringan Khilafatul Muslimin lain di Laweyan, Solo, diketahui lewat dunia maya. VOA mendatangi kawasan itu pada hari Rabu (8/6), tamak lengang. Papan nama organisasi massa itu diketahui ada dua di satu lokasi, yaitu yang menunjukkan identitas “Khilafatul Muslimin Ummul Quro Solo Kota” dan “Khilafatul Muslimin Kema'sulan Laweyan.” Lokasi ini di tak jauh dari kantor DPRD Solo.

Wakil Wali Kota Solo, Teguh Prakosa, hari Rabu (8/6) mengatakan pemerintah kota, tokoh agama, tokoh masyarakat dan aparat TNI/Polri di Solo akan membentuk tim khusus dengan model pendekatan yang persuasif pada kelompok tersebut.

"Khilafatul Muslimin di Solo ternyata ada kantornya. Informasi kami ada di kaqasan belakang kantor DPRD Solo. Akan segera kita cek. Nanti akan ada tindakan dalam rapat khusus pemkot, TNI POLRI, Kementerian Agama, dalam rangka mengantisipasi ajaran kelompok itu, kegiatan mereka supaya tidak berdampak. Atau malah jangan sampai muncul kegiatan mereka. Kita lakukan komunikasi terus, lintas sektor, nanti ada tim khusus. Semua demi kondisi yang kondusif dan kenyamanan masyarakat Solo", ungkap Teguh, Rabu (8/6).

Tak hanya di lokasi, VOA juga menelusuri dunia maya untuk mendapatkan informasi tentang Khalifatul Muslimin, organisasi pimpinan Abdul Qadir Baraja, mantan narapidana dalam dua kasus terorisme pada Januari 1979 dan pemboman Candi Borobudur tahun 1985. Namun kini situsnya tak lagi dapat diakses.

Khilafatul Muslimin Brebes

Polda Jawa Tengah pada awal pekan telah menangkap tiga pimpinan organisasi Khilafatul Muslimin Brebes terkait aksi konvoi anggota kelompok tersebut. Video yang beredar di media sosial menunjukkan konvoi kendaraan anggota kelompok tersebut pada 29 Mei lalu sambil membagikan selebaran dan ajakan tentang khilafah.

Pernyataan pers Polda Jawa Tengah Senin lalu (6/6) menunjukkan ketiganya sudah berstatus tersangka. Polisi juga telah memeriksa 14 saksi dan mengumpulkan barang bukti. Ketiga dijerat dengan Pasal 14 ayat 1 dan atau Pasal 15 UU Nomor 1 tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana, dan pasal 107 jo Pasal 53 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara. [ys/em]

Recommended

XS
SM
MD
LG