Tautan-tautan Akses

Masyarakat Aplikasikan Teknologi Baru Pemberantasan DBD


Upacara penempatan telur nyamuk Aedes Aegypti yang mengandung bakteri Wolbachia di Yogyakarta, Senin, 8 Desember 2014 (Foto: VOA/Nurhadi)
Upacara penempatan telur nyamuk Aedes Aegypti yang mengandung bakteri Wolbachia di Yogyakarta, Senin, 8 Desember 2014 (Foto: VOA/Nurhadi)

Upaya pemberantasan nyamuk Aedes aegypti dengan bakteri Wolbachia, kini semakin diterima masyarakat. Apalagi, potensi serangan demam berdarah dengue (DBD) meningkat seiring datangnya musim hujan di Indonesia.

Demam berdarah adalah masalah yang datang setiap tahun di Indonesia terutama di musim hujan. Begitu pula bagi Rusmiyati, seorang ibu rumah tangga di Desa Jomblangan, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Setiap tahun, selalu ada saja warga di sekitar rumahnya yang harus masuk rumah sakit karena demam berdarah. Kondisi itulah yang membuat dia dengan sukarela menyediakan rumahnya sebagai salah satu lokasi penempatan telur nyamuk Aedes aegypti.

Tentu saja, telur nyamuk ini tidak berbahaya karena sudah dibekali dengan bakteri Wolbachia di dalamnya. Justru, nyamuk yang lahir dari telur-telur itu, akan berdampak baik, karena menjadi perantara penularan Wolbachia yang menghapus kemampuan nyamuk Aedes aegypti menyebarkan virus demam berdarah.

Ibu Rusmiyati mengaku percaya sepenuhnya, pada teknologi baru yang kini juga diujicobakan di Vietnam, Australia, China, Kolombia dan Brazil ini.

“Sebagai warga saya setuju-setuju saja, untuk kesehatan masyarakat. Kan sudah ada yang berhasil menjalankan program ini, dan kita sendiri kan baru mulai berjalan. Mudah-mudahan hasilnya baik, mudah-mudahan bisa. Kalau saya percaya saja karena ini ditangani oleh orang-orang pintar, dan sudah menjalankan program ini baik di luar negeri maupun di Indonesia sini,” kata Rusmiyati.

Peletakan telur di Desa Jomblangan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta ini merupakan pengembangan pelaksanaan program Eliminate Dengue Project (EDP) oleh Pusat Kedokteran Tropis, Fakultas Kedokteran UGM di Indonesia.

Sebuah ember kecil berisi sekitar 100 butir telur nyamuk diletakkan di depan rumah, dan akan menetas empat hari kemudian. Nyamuk dari setiap ember ini akan efektif untuk mengendalikan serangan demam berdarah di empat rumah.

Pramudi, pejabat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, berharap program ini merupakan jawaban dari upaya pemberantasan demam berdarah yang selama ini sudah dilakukan tetapi hasilnya tidak maksimal. Sosialisasi akan terus dilakukan untuk mencegah penolakan oleh masyarakat yang belum memahami keunggulan teknologi baru ini.

“Penolakan itu cuma kecil sebetulnya. Masyarakat sudah kita kumpulkan, kemudian kita datangi masing-masing rumah, dan kita tawarkan ini ada program semacam ini setuju atau tidak. Jika memang menolak, tentu tidak kita bagikan ember telur ini. Kegiatan ini sudah ditangani di tingkat provinsi, karena Gubernur juga sudah setuju,” kata Pramudi.

Kabupaten Bantul masih memiliki kasus demam berdarah yang cukup tinggi. Tahun lalu, ada lebih ari 1.200 kasus dengan korban meninggal delapan orang. Secara nasional, selama tiga tahun terakhir ada lebih dari 150 ribu kasus demam berdarah di Indonesia, dan 1.321 korban diantaranya meninggal dunia.

Recommended

XS
SM
MD
LG