Tautan-tautan Akses

Mantan Tahanan ISIS: Kisah Seorang Gadis Yazidi


Sarah Said Haydar, 16 tahun, dengan ayahnya sebelum ditangkap militan ISIS Agustus tahun lalu.
Sarah Said Haydar, 16 tahun, dengan ayahnya sebelum ditangkap militan ISIS Agustus tahun lalu.

Sarah Said Haydar, 16 tahun, adalah salah seorang dari ribuan warga minoritas Yazidi yang melarikan diri dari pembantaian massal oleh ISIS di Irak bagian utara Agustus 2014.

Gadis ini dan keluarganya berhasil meninggalkan kota mereka, Tal Qasab, menuju gunung Sinjar ketika ISIS menyerang. Namun Sarah, saudara perempuan dan sepupunya tertangkap.

Empat tentara ISIS melemparkan mereka ke dalam truk bersama dengan puluhan perempuan dan anak-anak Yazidi lainnya dan bergerak menuju Tal Afar, di mana mereka akan dijual sebagai budak. Tapi truk lalu mogok.

Dipukuli, diperkosa

Para tentara ISIS memerintahkan para perempuan yang mereka culik untuk mengucapkan syahadat. Mereka lalu dipukuli dan diperkosa.

Sarah ingat salah seorang dari tentara itu, seorang pria dengan janggut merah panjang.

Sarah Said Haydar (kiri), ditampilkan di foto ini bersama dengan seorang aktivis Yazidi, menderita luka bakar di lebih dari separuh tubuhnya dalam upaya bunuh diri.
Sarah Said Haydar (kiri), ditampilkan di foto ini bersama dengan seorang aktivis Yazidi, menderita luka bakar di lebih dari separuh tubuhnya dalam upaya bunuh diri.

Setelah malam tiba, para perempuan itu melarikan diri.

Mereka bersembunyi di desa tetangga. Selama enam hari, keempat tentara ISIS itu mencari mereka, pencarian yang tidak membuahkan hasil. Para hari ketujuh, Sarah, kakaknya Samira dan para perempuan lainnya lepas dari keadaan bahaya.

Sarah dan keluarganya tinggal di Khanke, sebuah kamp bagi pengungsi di Dohuk.

Tanda-tanda depresi

Walaupun begitu, ia menunjukkan tanda-tanda depresi, kemungkinan gangguan stres pasca trauma. Ia pergi ke dokter, tapi kondisinya tidak membaik.

"Ini sangat sulit karena tidak tersedia dukungan psikologis dan sosial bagi mereka," kata Zainab Hawa Bangura, utusan PBB untuk urusan kekerasan seksual dalam konflik.

Tanggal 26 Januari, ISIS menyerang kamp Khanke tempat Sarah tinggal.

Sarah sedang mendengarkan musik ketika bom pertama meledak, menghancurkan rumah seorang tetangganya.

"Dalam pikiran saya, mereka datang dan mereka akan menyiksa saya lagi," katanya.

Sarah merasa seolah-olah ia terperosok dalam jurang. "Saya takut sekali dan seluruh badan saya gemetaran," katanya. "Saya ingin mati saja. Saya sudah tidak tahan lagi."

Dohuk, Irak
Dohuk, Irak

Bantuan kakaknya

Kakaknya Samira, 18 tahun, mencoba membantu Sarah. Samira mengingatkan Sarah bahwa anak-anak perempuan lainnya juga mengalami tragedi yang sama. Ia tidak sendiri, Samira mencoba meyakinkannya. Sarah harus bersyukur ia selamat.

Karena tidak semua orang 'seberuntung' Sarah.

Militan ISIS menewaskan ratusan, bahkan ribuan laki-laki Yazidi pada pembantaian massal Agustus tahun lalu. Ratusan orang lagi diduga tewas setelah itu.

Lalu banyak pula yang tewas akibat kekejaman ISIS dengan cara lain.

Bangura mengatakan banyak anak perempuan Yazidi yang tertangkap menggantung dirinya sendiri menggunakan jilbab mereka. Begitu seringnya, sehingga tentara ISIS menyita semua jilbab.

Bangura mengatakan ia juga bertemu dengan seorang bekas tahanan ISIS yang memberi racun kepada anak perempuan berumur 14 tahun agar ia dapat bunuh diri.

Setelah serangan di Khanke, Sarah semakin larut dalam depresi.

"Saya tidak dapat menghilangkan pria itu dari ingatan saya," ujar Sarah, menyebut pria berjanggut merah, salah satu tentara yang menangkapnya. "Saya ingat bagaimana ia menyentuh saya, kakak saya, sepupu-sepupu saya dan gadis-gadis lain."

Kamp di Khanke, beberapa kilometer dari perbatasan dengan Turki di provinsi Dohuk (foto: dok).
Kamp di Khanke, beberapa kilometer dari perbatasan dengan Turki di provinsi Dohuk (foto: dok).

Ia hanya bisa berpikir satu hal. "Tidak ada jalan keluar lain."

Sarah menyiram bensin ke seluruh tubuhnya. Dengan menggunakan korek api, ia membakar diri hidup-hidup.

Ibu Sarah dan Samira berusaha menyelamatkan Sarah, menutupi tubuhnya dengan selimut dan tanah untuk membantu memadamkan api.

Lebih dari separuh tubuh Sarah terbakar, termasuk wajahnya.

Sarah menghabiskan 75 hari di rumah sakit dan 10 hari di unit operasi plastik.

Bantuan internasional

Air Bridge Iraq, sebuah lembaga kemanusiaan Jerman, membantunya mendapatkan perawatan di Stuttgart.

Sarah sekarang mempersiapkan diri untuk operasi transplantasi kulit dan operasi-operasi lainnya untuk memperbaiki kerusakan fisik. Ia juga mendapat terapi psikologis.

"ISIS telah menjadikan isu kekerasan seksual dan kebrutalan terhadap perempuan sebagai institusi," kata Bangura. "Mereka telah menjadikannya tujuan strategis kunci dari kampanye meraka. Ini sudah menjadi bagian dari ekonomi politik perang."

Setahun telah berlalu sejak serangan ISIS terhadap tanah Yazidi. Sarah masih kesakitan akibat luka bakar, tapi berbicara lewat telepon dari Stuttgart, ia terdengar ceria. Ia menanti untuk dapat kembali hidup dengan normal.

XS
SM
MD
LG