Tautan-tautan Akses

Mantan Napi Abu Tholut Imbau Warga Poso Tidak Terpengaruh Propaganda ISIS 


Abu Tholut, mantan Napi kasus Terorisme hadir sebagai pembicara dalam pertemuan Silaturahmi dengan tokoh masyarakat Poso yang digelar di Kota Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. (Foto: VOA/Yoanes)
Abu Tholut, mantan Napi kasus Terorisme hadir sebagai pembicara dalam pertemuan Silaturahmi dengan tokoh masyarakat Poso yang digelar di Kota Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. (Foto: VOA/Yoanes)

Abu Tholut mantan Napi kasus Terorisme dihadirkan BNPT sebagai pembicara dalam pertemuan Silaturahmi dengan tokoh masyarakat Poso yang digelar di Poso, Kota Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggelar pertemuan Silaturahmi dengan 100 warga masyarakat termasuk diantaranya beberapa orang napi kasus terorisme Poso yang telah bebas.

Pertemuan yang digelar di Gedung Torulemba, Rumah Jabatan Bupati Poso (17/6) itu menghadirkan pembicara Abu Tholut, mantan Napi kasus terorisme yang pernah di hukum selama delapan tahun penjara oleh pengadilan Negeri Jakarta Barat pada 13 Oktober 2011. Ia kemudian mendapatkan pembebasan bersyarat pada 20 Oktober 2015 setelah menjalani dua pertiga masa hukuman delapan tahun di lembaga Pemasyarakatan Klas I Kedungpane Semarang, Jawa Barat.

Dalam pertemuan itu, Abu Tholut yang juga merupakan mantan ketua Mantigi III Jemaah Islamiyah tersebut, mengingatkan warga masyarakat di Poso untuk tidak mudah terbujuk oleh paham paham yang menyesatkan agar tidak salah dalam berjihad, termasuk propaganda ISIS yang disebutnya sebagai kelompok sesat. Ia menyayangkan ada warga Negara Indonesia yang kemudian menjual propertinya lalu keluarga negeri untuk bergabung dengan kelompok itu di Suriah.

“Beberapa kawan yang menjual tanahnya, propertinya berangkat ke Suriah sana bergabung dengan ISIS, itulah sebabnya karena ketidaktahuan mereka membawa anak anaknya yang masih kecil kesana. Itu persoalan sehingga mereka karena ketidak tahuan kemudian datang pendukung ISIS, mendengarkan tentang ISIS kemudian ikut,” kata Abu Tholut.

Kepada VOA di Poso, Abu Tholut yang pernah dihukum delapan tahun penjara karena terbukti melakukan pemufakatan tindak pidana terorisme itu mengatakan, selain untuk bersilaturahmi, kedatangannya di Poso bersama BNPT itu diantaranya juga untuk mengajak warga masyarakat di wilayah itu untuk memahami jihad yang benar, sehingga tidak salah melangkah untuk melakukan apa yang disebutnya sebagai Jihad yang tidak sah.

“Niat saya untuk datang kemari untuk Silaturahmi, karena saya juga tentunya banyak teman teman yang saya kenal disini, untuk menjalin Silaturahmi dalam bulan puasa ini. Kemudian yang kedua adalah untuk pemahaman mereka bahwasanya bagaimana sebenarnya jihad yang benar itu, supaya mereka ini tidak melakukan suatu aksi. Aksi yang sebenarnya secara Islam itu bukan jihad, tapi mereka mengira itu Jihad yang sah. Nah ini yang menjadi persoalan,” lanjutnya.

Mengenai kelompok Santoso yang kini diburu aparat keamanan dalam operasi TInombala 2016, Abu Tholut berpendapat di tubuh kelompok itu kini sedang terjadi friksi atau perpecahan sebagaimana pengakuan dari anggota kelompok itu yang telah ditangkap atau menyerahkan diri yang mengaku tidak sepaham dengan Santoso.

Abu Tholut mengatakan upaya aparat keamanan untuk meminta kelompok itu menyerah sepertinya tidak akan ditanggapi oleh Santoso meskipun imbauan untuk menyerah itu dimaksudkan untuk mencegah kembali jatuhnya korban jiwa atau luka, khususnya dari kelompok Santoso yang sejauh ini telah kehilangan 12 anggotanya yang tewas sepanjang pelaksanaan operasi Tinombala 2016.

“Yah, itu memang suatu bagian dari usaha, kita berharap supaya tidak ada korban kan, tapi kan, ternyata berpulang kepada yang bersangkutan. Kalau kita lihat daripada Santoso sendiri, dia merilis pernyataan dia, dia menyatakan tidak mau menyerah, itu dari pihak dia sendiri, adapun orang orang yang ikut dia di bawahnya kemungkinan tidak sepakat juga dengan dia, seperti itu, mungkin,” imbuhnya.

Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol Hamidin menjelaskan pertemuan yang menghadirkan Abu Tholut dalam kegiatan Silaturahmi dengan warga Poso dan mantan Napi Poso itu, merupakan upaya dari BNPT untuk melakukan penggalangan kepada masyarakat, termasuk terhadap Kelompok Santoso yang hingga kini masih bertahan di hutan agar bersedia kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

“Hari ini kita lakukan di sini adalah bertemu antara mantan-mantan napi kemudian masyarakat. Kita bicara di sini, silahkan keluarkan unek uneknya, Harapan kita, dengan kegiatan ini dilakukan di sini, kita panggil yang senior, sebagai nara sumber, kita harapkan (dapat) menumbuhkan kesadaran, kemudian untuk melakukan penggalangan kepada kelompok yang di atas, Santoso dan kawan kawan untuk sebetulnya bukan judulnya menyerahkan diri, tapi mari bergabung kepada teman teman yang sekarang sudah bersama kita,” jelas Brigjend Pol Hamidin (Direktur Pencegahan BNPT).

Penanganan kasus terorisme di Poso sebagai daerah bekas konflik, menurut Hamidin juga harus dilakukan dengan pendekatan yang lembut untuk mereduksi radikalisme yang mungkin berkembang di wilayah itu.

Terkait perkembangan dari Operasi TInombala 2016, Kabid Humas Polda Sulawesi Tengah AKBP Hari Suprapto mengkonfirmasi pada Sabtu pagi (18/6), bahwa Satgas Operasi TInombala 2016 telah berhasil menangkap satu lagi DPO anggota kelompok Santoso bernama Muhammad Unul Usman alias Samil alias Nunung berusia 22 tahun. Anggota kelompok Santoso itu ditangkap setelah keberadaannya terdeteksi di rumahnya di dusun Tamanjeka, Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir pada Kamis sore (16/6).

“Proses penangkapan tidak ada kekerasan, tidak ada perlawanan dan tidak ada kontak fisik yang terlalu berlebihan, sementara yang bersangkutan juga tidak membawa senjata. Jadi, berkat doa seluruh masyarakat, tahap demi tahap sekarang, untuk DPO sekarang tinggal 21, kemudian dari hasil keseluruhan baik yang masih hidup maupun meninggal dunia itu ada 22,” imbuhnya.

Samil alias Nunung yang diketahui telah bergabung dengan kelompok Santoso dalam dua tahun terakhir itu hingga Sabtu ini (18/6) masih diperiksa di Markas Kepolisian Resort Poso. Dengan penangkapan itu, jumlah anggota kelompok Santoso tersisa 21 orang yang masih diburu oleh Satuan tugas Operasi Tinombala 2016. Jumlah itu jauh berkurang dari jumlah awal kelompok itu yang disebut berjumlah 41 orang saat dimulainya operasi TInombala 2016 pada 10 Januari yang lalu. [yl/gp]

Recommended

XS
SM
MD
LG