Tautan-tautan Akses

Malnutrisi jadi “Tantangan di Masa Kini”


ARSIP - Ibu-ibu membawa anak-anaknya yang menderita malnutrisi di sebuah klinik di Bogor, Jawa Barat, Indonesia, Selasa, 21 Juni 2005 (foto: AP Photo/Tjepti)
ARSIP - Ibu-ibu membawa anak-anaknya yang menderita malnutrisi di sebuah klinik di Bogor, Jawa Barat, Indonesia, Selasa, 21 Juni 2005 (foto: AP Photo/Tjepti)

Malnutrisi menjadi “tantangan di masa kini,” dengan penyakit yang terkait dengan pola makan yang menimbulkan kekhawatiran pada hampir semua negera di dunia, ujar para pemenang hadiah $250.000 yang setara dengan hadiah Nobel untuk bidang pertanian hari Senin.

David Nabarro dan Lawrence Haddad, yang menjadi pemenang bersama untuk World Food Prize tahun ini dianggap sebagai pihak yang berhasil menurunkan jumlah anak-anak yang mengalami masalah gizi kronis di dunia sebanyak 10 juta anak dengan mempengaruhi berbagai pemerintahan dan lembaga donor untuk perbaikan gizi.

Masalah gizi kronis disebabkan oleh malnutrisi saat bayi dan menghambat perkembangan kognitif dan fisik. Para pakar mengatakan efek dari malnutrisi ini kebanyakan tidak dapat disembuhkan dan anak-anak yang mengalami masalah gizi kronis umumnya tidak melanjutkan pendidikan hingga tuntas dan sebagai orang dewasa biasanya memiliki penghasilan mereka lebih rendah.

Anak-anak penderita malnutrisi cenderung menjadi ibu-ibu yang mengalami malnutrisi juga, memperpanjang siklusnya, ujar Haddad, yang mengepalai Global Alliance for Improved Nutrition (Aliansi Global untuk Perbaikan Gizi).

Tingkat obesitas, diabetes, dan hipertensi “melonjak tajam hampir dikatakan di seluruh negara … dan pusat dari keseluruhan fenomena ini adalah pola makan,” ujarnya.

“Orang tidak cukup mendapat cukup makanan bergizi karena harganya yang terlalu mahal atau tidak tersedia dan makanan yang seharusnya tidak mereka konsumsi dalam jumlah banyak, makanan yang tinggi kandungan gula, garam, dan lemak, harganya murah dan tersedia,” ujarnye kepada Reuters lewat telepon. “Ini adalah tantang besar di masa kita. Bukan masalah cara kita memberi makan kepada dunia. Masalahnya adalah bagaimana kita dapat mencukupi populasi di dunia ini dengan makanan bergizi.”

Haddad adalah salah satu pemenang penghargaan bersama-sama dengan Nabarro, seorang dokter Inggris dan mantan Wakil Khusus PBB untuk Ketahanan Pangan dan Gizi.

Mereka berdua telah berusaha untuk meyakinkan pemerintah di berbagai negara, lembaga donor, dan pihak-pihak lainnya untuk membuat kebijakan dan program yang dapat mengurangi jumlah anak-anak yang mengalami permasalahan gizi kronis di tingkat global menjadi 155 juta anak di tahun 2017 dari sebelumnya 165 juta anak di tahun 2012, demikian pernyataan dari panitia World Food Prize.

Nabarro menyatakan gizi yang baik pada 1.000 hari pertama sejak pembuahan hingga anak berusia dua tahun menjadi “kunci segalanya.”

“Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyebarkan pemahaman tentang pentingnya pola makan yang tepat,” ujarnya.

Sekitar 815 juta orang dari populasi dunia yang berjumlah 7,6 miliar orang mengalami kelaparan setiap hari sementara 2 miliar lainnya mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, menurut lembaga PBB, Food and Agriculture Organization.

Penghargaan kepada para pemenang diselenggarakan dalam sebuah upacara di Departmen Pertanian AS.

Penghargaan tahunan ini diawali oleh Pemenang Hadiah Nobel tahun 1986, Norman Bourlag, dan penerima penghargaan ini sebelumnya termasuk di antaranya John Kufuour, mantan presiden Ghana, dan pendiri Grameen Bank serta penerima hadiah Nobel, Muhammad Yunus asal Bangladesh. [ww]

XS
SM
MD
LG