Tautan-tautan Akses

Maaf Nggak Bisa Mudik: Maya Utomo dan Nana Tegal


Warga yang ingin mudik menjelang lebaran memadati stasiun kereta api di Pasar Senen, Jakarta (foto: dok).
Warga yang ingin mudik menjelang lebaran memadati stasiun kereta api di Pasar Senen, Jakarta (foto: dok).

Siapa sih yang tidak ingin mudik dan merayakan lebaran bersama keluarga dan orang-orang yang dikasihi di kampung halaman? Rasanya hampir semua orang ingin melakukannya setelah sekian lama mengadu nasib di negeri orang.

Namun, mahalnya harga tiket dan pertimbangan lain, membuat tidak setiap orang dapat mudik lebaran. Eva Mazrieva menemui dua diaspora Indonesia yang tahun ini kembali tidak bisa mudik.

“Sebenarnya kepingin yaa mudik. Apalagi sudah 2-3 tahun gak mudik. Tapi mudik khan gak murah! Dari sini ke sana harga tiket pesawatnya mahal, kita mesti nabung dulu. Terus di sana juga khan paling tidak satu bulan, karena kalau hanya satu minggu kan sayang.”

Maaf Nggak Bisa Mudik: Maya Utomo dan Nana Tegal
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:07:13 0:00

Demikian Maya Tahir Utomo, ibu satu anak yang sudah 25 tahun terakhir menetap di Maryland.

Harga tiket pesawat yang mencapai antara 1.500-2.000 dolar atau sekitar 21-28 juta rupiah per orang, membuatnya harus berpikir dua kali jika ingin mudik ke Gorontalo, Sulawesi Utara. Terlebih ia harus membeli tiga tiket, untuk dirinya, suami dan putra semata wayang mereka.

Hal senada disampaikan Nana Tegal, yang namanya di Amerika identik dengan makanan khas Jawa.

“Sudah beberapa tahun memang saya tidak mudik, terakhir tahun 2013 ketika ibu saya sakit. Tapi setelah itu kami sekeluarga tidak pernah mudik lagi karena di sini saya harus menjaga ibu mertua yang memang benar-benar harus dirawat dan sudah sepuh. Beliau sudah di sini bersama saya sejak 17 tahun terakhir ini," ujarnya.

Nana Tegal dan keluarga tahun ini kembali tidak mudik lebaran karena masih harus menabung, sementara memiliki tugas mulia lainnya yaitu merawat ibunda yang mulai sepuh. (Dok. pribadi)
Nana Tegal dan keluarga tahun ini kembali tidak mudik lebaran karena masih harus menabung, sementara memiliki tugas mulia lainnya yaitu merawat ibunda yang mulai sepuh. (Dok. pribadi)

"Kedua, juga alasan biaya Mbak. Jika pulang, kami harus membeli tiket untuk saya, suami dan tiga anak. Belum lagi kalau pulang masa’ gak bawa apa-apa. Paling tidak saya khan ini bawa cokelat, atau baju lebaran, atau oleh-oleh yang lain yang bikin mereka surprise dengan produk dari Amerika. Ini tentu butuh biaya juga,” tambah Nana.

Dengan suara lirih Nana mengungkapnya rasa rindunya pada kakak adiknya yang semuanya perempuan.

“Dulu waktu masih ada kedua orang tua saya dan harus saya datangi, jadi memang kangen. Tapi kini kedua orang tua saya sudah tiada, sementara di sini ada ibu mertua yang sudah jadi ibu saya sendiri dan bagi saya beliau lebih penting untuk saya rawat dan dijaga, jadi kekangenan pada kampung halaman ini terobati. Di Indonesia memang banyak saudara karena saya anak ketiga dari tujuh bersaudara, yang semuanya perempuan. Tentu saya kangen sekali sama mereka, tapi saya yakin nanti ada waktunya. Waktu yang akan menentukan,” ujar Nana.

Momen salat 'Id bersama keluarga besar adalah salah satu yang dinantikan para pemudik setiap mudik lebaran ke kampung halaman (foto: dok).
Momen salat 'Id bersama keluarga besar adalah salah satu yang dinantikan para pemudik setiap mudik lebaran ke kampung halaman (foto: dok).

FaceTime Mengobati Kerinduan

Nana bersyukur kini ada teknologi canggih yang memungkinkannya berkomunikasi langsung, seperti lewat FaceTime atau layanan live streaming lain, sehingga dapat saling bertegur sapa dan saling memberi informasi kondisi lebaran di daerah masing-masing.

Yang menarik, suasana politik yang masih hangat pasca pemilu serentak, ikut mempengaruhi dorongan untuk mudik lebaran ini.

Maya Tahir Utomo (Foto: dok. pribadi).
Maya Tahir Utomo (Foto: dok. pribadi).

Maya Utomo mengatakan lebih memilih menunda mudik hingga Idul Adha atau bahkan pada akhir tahun nanti ketika suasana pasca pemilu sudah lebih menyenangkan.

“Kemarin-kemarin sih sempat sudah semangat nabung karena membayangkan suasana lebaran kalau di Indonesia khan enak bener. Keluarga banyak, saudara-saudara kumpul, makanan enak. Tapi untuk kali ini saya mikir juga deh walau pun sudah nabung, soalnya suasana di Indonesia lagi gak aman, banyak demo, banyak ini itu. Pikir-pikir nanti aja deh setelah lebaran haji atau nanti-nanti setelah keadaan di Indonesia lebih enak. Sekarang ini kan karena pilihan politik, banyak tuu yang suka diem-dieman. Kan gak enak kalau mudik terus nanti malah gak ngobrol, belum lagi gak bisa kemana-mana karena jalanan ditutup akibat demo. Saya lihat di TV, sana sini ribut. Gimana nanti kalau kita lagi kena sial, terus kena imbasnya bagaimana? Jadi walaupun tabungan sudah cukup, saya jadi mikir dua tiga kali deh untuk mudik kali ini,” ungkapnya.

Meskipun demikian Maya Utomo ingin tetap menyapa sanak keluarganya di Gorontalo, Sulawesi Utara.

“Buat keluarga di kampung, di Gorontalo, di Ujung Pandang, Selamat Hari Raya Idul Fitri yaa.. Maaf tahun ini belum bisa mudik. Insya Allah nanti yaaa pas lebaran haji atau nanti saya bisa pulang. Tunggu keadaan aman, supaya enak bisa jalan-jalan.’’

Pesan yang sama disampaikan Nana Tegal.

“Untuk teman-teman dan saudara di Tegal, saya ingin mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri, semoga bisa membawa keberkahan bagi kita semua. Maafin saya belum bisa mudik tahun ini. Semoga semua tetap ingat saya yaaa.. Jangan lupakan saya. Selamat lebaran semua. Miss you!” [em]

XS
SM
MD
LG