Tautan-tautan Akses

Le Sanctuaire, Toko Rempah Milik Diaspora Indonesia di San Francisco


Le Sanctuaire: Toko Rempah-Rempah Berkualitas Tinggi di San Francisco Milik Diaspora Indonesia
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:05 0:00

Le Sanctuaire: Toko Rempah-Rempah Berkualitas Tinggi di San Francisco Milik Diaspora Indonesia

Didirikan tahun 2003, Le Sanctuaire adalah toko toko rempah-rempah berkualitas tinggi milik keluarga Fany Setiyo, diaspora Indonesia asal Surabaya.

"Kenapa kita berbeda dengan orang lain, rempah-rempahnya? Sebab kita main di kualitas. Kalau chef-chef yang sudah kenal kita, (kualitas rempah) kita pasti disebut premium," kata Fany.

Selain kualitas, rempah-rempah yang Fany jual bernilai tinggi karena didapatkan dari berbagai belahan dunia. Contohnya adalah biji lada kubeb asal Jawa Tengah dan vanila dari Tahiti.

Le Sanctuaire juga membeli rempah-rempah langsung dari petani di berbagai negara tersebut.

Sejak tahun 2010, Le Sanctuaire pindah dari Santa Monica ke San Francisco dan kini juga menawarkan buku dan peralatan masak kelas tinggi.

"Kita mau toko kita menjadi tempat di mana chef mendapat inspirasi sesuatu yang menarik dan baru. Jadi kita mau chef ke tempat kita bukan tambah stress, tapi senang untuk menemukan barang-barang baru, alat-alat baru, piring baru, buku baru dan segala macam lainnya," ujar Fany.

Toko rempah-rempah ini juga mulai melebar ke pasar ritel dengan harga lebih terjangkau. Kisaran harganya 9 sampai 13 dolar AS, atau 120.000 sampai 400.000 rupiah.

Salah satu pelanggan Le Sanctuaire adalah Kirimachi Ramen, restoran ramen milik Leo Gondokusumo, yang juga adalah diaspora Indonesia di San Francisco.

"Menurut saya, (rempah-rempah Le Sanctuaire) adalah bahan terbagus yang kita bisa dapatkan. Jadinya, saya tidak main-main untuk bahan seperti itu. Kebetulan kita ketemu Fany dan dia juga produknya bagus-bagus. Kebetulan pas dengan sup kita, jadi kita pakai," kata Leo.

Untuk ke depannya, Fany ingin memperkenalkan lebih banyak lagi rempah dan bumbu asal Indonesia.

"Tentu ada banyak rasa yang dari Indonesia perlu dikenalkan ke dunia, tapi kita mau melakukan itu dengan benar," kata Fany menutup wawancara dengan VOA Indonesia. [np/dw]

XS
SM
MD
LG