Tautan-tautan Akses

Kubis Dapat Lindungi Pasien Kanker dari Efek Samping Radiasi


In a second night of violence following a grand jury's decision not to indict a white police officer in the shooting death of a black teenager, protesters attack and turn over a police car outside Ferguson City Hall, in Ferguson, Missouri, Nov. 25, 2014.
In a second night of violence following a grand jury's decision not to indict a white police officer in the shooting death of a black teenager, protesters attack and turn over a police car outside Ferguson City Hall, in Ferguson, Missouri, Nov. 25, 2014.

Diindolylmethane yang ditemukan pada sayuran jenis Cruciferae dapat melindungi jaringan normal selama terapi radiasi untuk pengobatan kanker.

Peneliti dari Georgetown University Medical Center menemukan bahwa sebuah senyawa dari sayurang seperti kubis, kembang kol dan brokoli melindungi tikus di laboratorium dari dosis radiasi yang mematikan.

Dalam studi yang diterbitkan hari ini di Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS), para peneliti mengatakan bahwa DIM (Diindolylmethane) dapat melindungi jaringan normal selama terapi radiasi untuk pengobatan kanker dan mencegah atau mengurangi rasa mual yang disebabkan akibat paparan radiasi.

Senyawa ini disebut oleh para ahli sebagai "antioksidan super" yang membantu mengurangi peradangan dalam tubuh. Beberapa ahli juga mengklaim bahwa DIM membantu mencegah sejumlah bentuk kanker, meskipun berbagai temuan dari penelitian tentang hal ini belum konklusif.

"DIM telah dipelajari sebagai agen pencegahan kanker selama bertahun-tahun, tapi ini merupakan indikasi pertama bahwa DIM juga dapat bertindak sebagai pelindung dari radiasi," ujar penulis studi tersebut, Eliot Rosen, MD, PhD, dari Georgetown Lombardi Comprehensive Cancer Center .

Dalam percobaan mereka, para peneliti memberikan radiasi sinar gamma dalam dosis mematikan kepada para tikus.

​Sebagian tikus disuntuk dengan dosis DIM 10 menit setelah radiasi dan diberi dosis tambahan setiap harinya selama dua minggu. Tikus lainnya dalam eksperimen ini tidak diberi DIM.

Hasilnya, menurut Rosen, "mencengangkan." "Semua tikus yang tidak diberi DIM mati, tapi lebih dari 50 persen dari tikus yang disuntik DIM bertahan hidup 30 hari setelah paparan radiasi," ujarnya.

Tidak ada perbedaan nyata apakah suntikan pertama diberikan sehari sebelum atau setelah para tikus diberi sinar radiasi.

Tim Georgetown juga menemukan bahwa tikus yang disuntik DIM tidak kehilangan sel darah merah, putih dan trombosit sebanyak tikus yang tidak dirawat dengan DIM. Pengurangan sel darah dan trombosit merupakan efek samping yang umum dari terapi radiasi bagi penderita kanker.

Para peneliti mengatakan bahwa temuan mereka mengungkapkan dua penggunaan potensi senyawa ini. "DIM dapat melindungi jaringan normal pada pasien yang menerima terapi radiasi untuk kanker, tetapi juga dapat melindungi individu dari konsekuensi mematikan bencana nuklir," kata Rosen.
XS
SM
MD
LG