Tautan-tautan Akses

COVID-19 di India: Kremasi Tidak Berhenti, Oksigen Langka


Orang-orang mengantre untuk mengkremasi korban meninggal akibat COVID-19, di tempat krematorium di New Delhi. India mencatat rekor jumlah harian kasus COVID-19 tertinggi di dunia (Foto: REUTERS / Danish Siddiqui).
Orang-orang mengantre untuk mengkremasi korban meninggal akibat COVID-19, di tempat krematorium di New Delhi. India mencatat rekor jumlah harian kasus COVID-19 tertinggi di dunia (Foto: REUTERS / Danish Siddiqui).

India terus dilanda gelombang besar infeksi virus corona dan kematian akibat COVID-19. Warga putus asa karena langkanya pasokan oksigen, sementara api dari pembakaran jenazah terus berkobar.

Angka terbaru COVID-19 yang dilaporkan India termasuk 349.691 kasus baru yang terkonfirmasi selama satu hari terakhir, sehingga total kasus di negara itu menjadi lebih dari 16,9 juta – menjadikannya negara dengan total kasus kedua terbesar di dunia setelah Amerika.

Kementerian Kesehatan India melaporkan 2.767 kematian lainnya dalam 24 jam terakhir, menambah kematian akibat COVID-19 di India menjadi 192.311.

Para ahli mengatakan jumlah kematian mungkin banyak yang tidak terhitung, karena tidak termasuk kasus yang dicuriga, dan banyak kematian akibat infeksi tersebut dikaitkan dengan penyakit yang sebelumnya diderita.

Seorang warga berduka atas kematian kerabatnya akibat COVID-19 di luar sebuah krematorium di New Delhi, India.
Seorang warga berduka atas kematian kerabatnya akibat COVID-19 di luar sebuah krematorium di New Delhi, India.

Video dari kantor penyiaran Inggris Sky News menunjukkan penduduk New Delhi yang putus asa, mengantre untuk mendapat tabung oksigen guna membantu warga lain yang menderita COVID.

Seorang penduduk New Delhi yang mengantre bersama warga lainnya bahkan bersedia membayar berapa pun untuk mendapat oksigen.

"Berapa pun yang diminta petugas, saya akan membayarnya. Saya tidak tahu berapa yang akan diminta petugas. Kalau nomor antrean saya dipanggil berapa pun diminta, saya akan membayarnya,"

Petugas kesehatan yang menggunakan APD berjalan melewati korban COVID-19 saat kremasi massal.
Petugas kesehatan yang menggunakan APD berjalan melewati korban COVID-19 saat kremasi massal.

Krisis yang terjadi di India tampak jelas pada gambar-gambar di kuburan dan krematorium di negara itu, dan gambar pasien yang terengah-engah dan sekarat dalam perjalanan ke rumah sakit karena kekurangan oksigen.

Arvind Kejriwal, Menteri Utama di New Delhi mengatakan, "Situasinya sangat mengkhawatirkan, semua orang bekerja sama secara kolektif, saya berharap kita akan segera terbebas dari malapetaka ini."

Krematorium Darurat Tersebar di India di tengah Lonjakan COVID-19
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:07 0:00

Rekaman dari laporan Sky News menunjukkan kompleks olahraga di New Delhi yang diubah untuk membantu kekurangan rumah sakit dan dikatakan memiliki 900 tempat tidur. Namun, fasilitas itu ditutup hanya beberapa hari setelah dibuka.

Sekarang di luar rumah sakit ada tanda bertuliskan: "Tempat tidur yang dilengkapi oksigen tidak tersedia."

Suasana krematorium luar ruangan di New Delhi, India.
Suasana krematorium luar ruangan di New Delhi, India.

Tanah pemakaman di ibu kota India, New Delhi, hampir kehabisan ruang dan api dari tumpukan kayu pembakaran mayat menerangi langit malam di kota-kota lain yang terkena dampak parah.

Pekerja di krematorium terbuka bekerja terus-menerus untuk mengatasi jumlah jenazah yang datang, sementara yang lain mendisinfeksi jenazah di ambulans yang menunggu untuk dibakar.

Pemandangan baru-baru ini sangat kontras bagi India yang perdana menterinya bulan Januari lalu menyatakan kemenangan atas COVID-19, dan membanggakan diri sebagai "apotek dunia" – produsen vaksin global dan model bagi negara berkembang lainnya.

Sementara itu, CEO Pfizer Albert Bourla Jumat (23/4) mengatakan perusahaannya memantau varian baru COVID-19 yang berasal dari India.

"Saya merasa optimis kita akan mampu mengatasinya, namun yang membuat saya merasa lebih lega adalah kami sudah mengembangkan proses yang jika ada varian yang menjadi varian mengkhawatirkan, kita bisa membuat vaksin dalam waktu 100 hari," ujarnya.

Pemerintah India yang terkejut dengan lonjakan kematian terbaru, telah meminta pihak industri untuk meningkatkan produksi oksigen dan obat-obatan penting lainnya yang kekurangan pasokan. [my/lt]

Recommended

XS
SM
MD
LG