Tautan-tautan Akses

Kota-kota Australia Terkena Krisis, Gelombang PHK


Tambang bijih besi Fortescue Solomon di Valley of the Kings, Australia Barat.
Tambang bijih besi Fortescue Solomon di Valley of the Kings, Australia Barat.

Jatuhnya harga sumber daya seperti batu bara dan pertambangan membuat banyak orang kehilangan pekerjaan dan industri terkait seperti real estate terpukul.

Ketika Probo Junio mendapatkan visa ke Australia, ia berpikir ia telah memenangkan tiket menuju kehidupan yang lebih baik.

Pada 2013, pembuat ketel uap itu meninggalkan kota asalnya di Cebu, Filipina, di mana ia dibayar US$10 per hari, untuk bekerja di Karratha di Australia Barat untuk upah $30 per jam. Bayaran itu cukup untuk membiayai saudara-saudaranya dan membangun hidup baru di Australia.

Yang tidak dikira oleh Junio adalah bahwa ledakan industri sumber daya Australia akan meredup kurang dari dua tahun kemudian, mengambil pekerjaannya, dan membuatnya hanya punya waktu 60 hari untuk menemukan pekerjaan lain tau pulang kampung.

Di seluruh negeri, orang-orang seperti Junio menjadi korban perampingan. Pekerjaan, yang tadinya banyak tersedia dengan bayaran tinggi, sangat jarang ditemukan sekarang. Harga real estate di kota-kota tersebut merosot dan bahkan harga kopi yang tinggi di kota pertambangan Perth mencapai harga di bawah $4.

Harga-harga bijih besi dan batu bara, dua sumber pendapatan ekspor terbesar negara tersebut, telah jatuh dalam dua tahun terakhir di tengah turunnya permintaan dari China, akibat perlambatan ekonominya.

Hanya beberapa tahun yang lalu, pekerja asing membanjiri Australia, tertarik dengan bayaran tinggi karena industri sumber daya perlu tenaga kerja. Pengendara truk dan tukang masak dibayar $100.000 per tahun, membuatnya jadi bahan berita di luar negeri.

Namun para pekerja tersebut, seperti Junio, sekarang kesulitan mencari pekerjaan, terutama jika mereka memiliki visa sementara. Bahkan warga permanen pun harus mengambil gaji yang lebih rendah.

Ekspektasi gaji telah turun 10 persen sampai 25 persen.

Jalanan Sepi

Papan tanda "Disewakan" ada di mana-mana di Perth Barat, pusat banyak perusahaan tambang, minyak dan gas.

"Anda bisa menembakkan meriam ke jalanan. Tidak ada siapa-siapa di sana," ujar analis sumber daya Peter Strachan.

Tingkat kekosongan properti komersial di kota tersebut hampir mencapai nilai tertinggi pada 20 tahun terakhir dengan 15 persen perusahaan-perusahaan sumber daya melakukan perampingan atau penutupan, ujar Joe Lenzo dai Dewan Properti Australia.

Pasar real estate juga terpukul di daerah batu bara di Queensland.

"Pemilik akan mendapat mobil baru. Pilih saja warna favorit Anda," tulis sebuah iklan perumahan di kota tambang batu bara Moranbah.

Penarik semacam itu tidak ada dua tahun lalu, ketika investor berebut properti. Namun situasi berubah setelah harga batu bara jatuh.

"Jika Anda membeli properti seharga $1 juta, Anda akan beruntung jika mendapat harga jual $400.000," ujar John Wood dari Moranbah Real Estate. "Orang-orang banyak yang pindah."

Dan tidak hanya properti, dampak krisis ini ada di seluruh bidang.

Perusahaan teknik sipil milik Dawson Wilkie di kota pantai Townsville telah bersiap mendapat $300.000 sampai $400.000 dari proyek bandara Townsville senilai $40 juta, namun proyek itu dibatalkan. Wilkie hanya memiliki lima kontraktor saat ini, turun dari 20 pada masa jaya.

Namun banyak pihak masih berharap situasi akan membaik.

XS
SM
MD
LG