Tautan-tautan Akses

Konflik Kashmir: Seorang Anak Tewas Mainkan Bom yang Dikira Mainan


Seorang kerabat memperlihatkan foto Mohammad Ayan Ali, 4 tahun, yang menurut keluarganya, tewas setelah memainkan alat yang mirip mainan dan meledak di tangannya di rumahnya, Desa Jabri, Lembah Neelum, wilayah Kashmir yang dikontrol Pakistan, 9 Agustus 2019. (Foto: Reuters)
Seorang kerabat memperlihatkan foto Mohammad Ayan Ali, 4 tahun, yang menurut keluarganya, tewas setelah memainkan alat yang mirip mainan dan meledak di tangannya di rumahnya, Desa Jabri, Lembah Neelum, wilayah Kashmir yang dikontrol Pakistan, 9 Agustus 2019. (Foto: Reuters)

Jauh di pedalaman Lembah Neelum, di mana sebuah sungai mengalir memisahkan wilayah Kashmir milik India dan Pakistan, ada sebuah desa kecil bernama Jabri. Biasanya, desa ini jauh dari jangkauan baku tembak militer kedua negara tersebut.

Semua berubah ketika akhir bulan lalu, sejumlah proyektil artileri milik pasukan India menerjang desa dan sebuah proyektil yang belum meledak ditemukan oleh seorang anak berumur empat tahun, Ayan Ali.

“Ia menemukan sebuah bom yang terlihat seperti mainan dan membawanya ke sini,” kata paman Ali, Abdul Qayyum, sambil menunjuk ke arah rumah mereka, Reuters melaporkan, Minggu (11/8/2019).

Ali memperlihatkan “mainan” tersebut kepada saudara-saudaranya saat keluarga itu sedang berkumpul untuk sarapan. “Mainan” tersebut pun meledak, menewaskan Ali dan melukai delapan saudara, ibu, dan sepupu kecilnya.

“Mereka berusaha untuk merebut alat itu darinya dan ledakan terjadi. Ia tewas seketika,” terang Qayyum. Ia menambahkan bahwa saat ini dua saudara Ali kritis di rumah sakit.

Sungai Neelum tampak dari Desa Jabri, Lembah Neelum, di wilayah Kasmir yang dikuasai Pakistan, 9 Agustus 2019. (Foto: Reuters)
Sungai Neelum tampak dari Desa Jabri, Lembah Neelum, di wilayah Kasmir yang dikuasai Pakistan, 9 Agustus 2019. (Foto: Reuters)

Militer Pakistan menyebut alat tersebut bom curah, sebuah senjata yang melepaskan banyak proyektil yang lebih kecil dan dapat membunuh ataupun melukai orang-orang dalam jangkauan yang lebih luas. Senjata tersebut dilarang penggunaannya di bawah Konvensi Jenewa yang mengatur hukum perang internasional.

Pemerintah dan Militer India membantah tuduhan tersebut. Dua pejabat militer menyatakan kepada Reuters bahwa penembakan yang terjadi di perbatasan sudah disesuaikan dan sebagai balasan terhadap tembakan Pakistan.

Saat mengunjungi Jabri pada Jumat (9/8) pekan lalu, wartawan Reuters tidak dapat memverifikasi secara independen jenis senjata yang membunuh Ali, meski ada tanda-tanda kerusakan di dalam rumahnya.

Sebuah lubang kecil pada lantai yang keras dan padat menandai di mana Ali berdiri saat proyektil tersebut meledak.

“Anak-anak kecil sedang bermain dan tiba-tiba terdengar suara yang keras. Asap di mana-mana, saya tak dapat melihat apapun,” tutur Sadaf Siddiq, kakak perempuan Ali.

Proyektil lain menerjang rumah lain yang berdekatan dan menghasilkan lubang besar yang menganga pada atapnya. Pemilik rumah, Muhammad Hanif (37) mengatakan tak ada yang terluka dari insiden tersebut.

Seorang anak laki-laki menunjukkan lubang di lantai rumahnya yang disebabkan oleh alat yang menurut keluarga seperti mainan dan kemudian meledak di tangan seorang anak, di Desa Jabri, di Lembah Neelum, wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan, 9 Agustus 2019. (Foto: Reuters)
Seorang anak laki-laki menunjukkan lubang di lantai rumahnya yang disebabkan oleh alat yang menurut keluarga seperti mainan dan kemudian meledak di tangan seorang anak, di Desa Jabri, di Lembah Neelum, wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan, 9 Agustus 2019. (Foto: Reuters)

Militer Pakistan menyatakan telah membersihkan area tersebut dari sejumlah proyektil yang belum meledak. Seorang pejabat militer juga menunjukkan sebuah proyektil sebesar mainan yang dikatakannya sebagai bagian dari bom curah. Reuters tidak dapat memverifikasi kebenarannya secara independen.

Baku tembak di perbatasan India dan Pakistan semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Kedua negara pun saling tuduh melanggar perjanjian pelucutan senjata secara rutin di sepanjang 740 km Garis Kendali (LoC) yang merupakan garis batas de facto wilayah sengketa Kashmir.

Ketegangan pun meningkat pekan ini setelah India mengesahkan kebijakan untuk mencabut status otonomi Jammu dan Kashmir, menangkap ratusan aktivis dan pemimpin politik, dan memutuskan jaringan komunikasi dari Kashmir India.

Baik India maupun Pakistan saling mengklaim wilayah Kashmir dan telah bertempur dalam dua dari tiga perang agar bisa mendapatkan wilayah yang membentang di pegunungan Himalaya tersebut. Keduanya pun telah bersengketa sejak pemisahan diri dan kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Inggris pada 1947 silam. [ga/ft]

XS
SM
MD
LG