Tautan-tautan Akses

Konferensi Keamanan Moskow Ungkap Ketegangan Antara Rusia dan Barat


Menlu Rusia Sergey Lavrov saat memberikan sambutan pada Konferensi Keamanan Internasional (MCIS) di Moskow, Rusia, 26 April 2017.
Menlu Rusia Sergey Lavrov saat memberikan sambutan pada Konferensi Keamanan Internasional (MCIS) di Moskow, Rusia, 26 April 2017.

Ketegangan antara Rusia dan Barat mengenai keamanan di Eropa, Timur Tengah dan Asia, mengemuka pada konferensi keamanan tahunan di Moskow (Moscow Conference for International Security in Moscow/ MCIS). Fokus pertikaian mencakup situasi di Suriah dan perluasan NATO.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov melontarkan peringatan mencolok mengenai ancaman terorisme yang meluas dan konflik global.

"Situasi di dunia menjadi semakin tidak stabil dan sulit diprediksi. Kita menyaksikan sendiri meningkatnya ketegangan baik di tingkat global maupun regional,” kata Lavrov.

Seolah menegaskan peringatan itu, misil-misil Israel menghantam apa yang diduga gudang senjata Iran di Damaskus, hanya beberapa jam setelah Lavrov dan menteri pertahanan Israel bertemu pada Konferensi Keamanan Internasional tahunan di Moskow.

Menurut Alexey Malashenko dari Dialogue Civilizations Institute, serangan udara itu mencerminkan rumitnya hubungan Rusia-Israel.

“Rusia melakukan permainan yang sulit antara Israel dan Iran. Ini menimbulkan sejumlah masalah. Namun saya kira, situasi yang sama akan terus berlanjut. Rusia akan mempertahankan hubungan yang normal dengan kedua negara,” kata Malashenko.

Rusia mengatakan, negara itu menginginkan aliansi global dalam memerangi teroris, termasuk dalam usahanya memerangi teroris di Suriah, seperti yang selama ini dilakukan aliansi Barat pimpinan AS.

Namun, sementara Barat dan negara-negara Arab menyalahkan Presiden Suriah Bashar al-Assad atas serangan kimia terhadap warga sipil, Rusia malah membelanya. Moskow dan Damaskus menuding pemberontak Suriah bertanggung jawab atas insiden itu.

Aliansi Barat menginginkan Assad tidak lagi berkuasa, namun Kremlin khawatir kehilangan sekutunya di Damaskus akan berarti kehilangan pengaruh regionalnya.

“Mungkin masalah kepresidenan Bashar al-Assad adalah masalah yang paling mengkhawatirkan Kremlin. Tidak diragukan, Kremlin dan Putin memahami bahwa Assad harus diganti. Namun persoalannya adalah siapa yang mungkin menggantikannya? Ini merupakan masalah,” kata Malashenko.

Presiden Vladimir Putin (kanan) dan PM Shinzo Abe (kiri) saat menggelar konferensi pers bersama di Moskow (Foto: dok).
Presiden Vladimir Putin (kanan) dan PM Shinzo Abe (kiri) saat menggelar konferensi pers bersama di Moskow (Foto: dok).

Masalah lain yang mengkhawatirakn Rusia adalah perluasan NATO secara bertahap ke Eropa timur.

"NATO adalah sebuah blok militer dan politik, danbukan sebuah kelompok pengoleksi perangko. Kelompok itu memperluas kekuasaannya dan menarik semakin banyak negara,” kata Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu.

Mengenai Asia Timur, Presiden Vladimir Putin dan PM Shinzo Abe membahas program nuklir Korea Utara. Rusia setuju untuk menekan Pyongyang agar menghentikan ambisi nuklirnya, tapi harus melalui Dewan Keamanan PBB. [ab/lt]

XS
SM
MD
LG