Tautan-tautan Akses

Kolaborasi Bareng Produsernya Chris Brown, Afgan Rilis “Say I’m Sorry”


Afgansyah Reza (dok: EMPIRE/Trinity Optima Production)
Afgansyah Reza (dok: EMPIRE/Trinity Optima Production)

Penyanyi Afgan merilis lagu, "Say I'm Sorry," single internasional perdananya di bawah label EMPIRE yang berpusat di San Francisco. Berkolaborasi dengan duo produser yang pernah bekerja sama dengan Chris Brown dan Kanye West, rencananya Afgan akan rilis album di Indonesia dan AS April mendatang.

Setelah dua tahun vakum, Afgan membuat kejutan dengan merilis single terbarunya yang berbahasa Inggris, berjudul, “Say I’m Sorry.” Ini adalah single internasional perdana Afgan dalam sepanjang 13 tahun kariernya di dunia musik, yang berada di bawah label musik Empire, yang berpusat di San Francisco, Amerika Serikat.

Empire adalah salah satu label musik ternama di Amerika Serikat, yang menaungi artis-artis papan atas seperti Adam Lambert, Busta Rhymes, Iggy Azalea, Snoop Dogg, Tyga, dan Robin Thicke

“Aku tuh memang udah pengen banget bikin album bahasa Inggris. Bikin album di luar negeri,” cerita Afgan kepada VOA melalui wawancara Skype belum lama ini.

Kegigihan dan usaha Afgan untuk bisa mencapai cita-citanya menembus kancah internasional ternyata tidak sia-sia. Ia berusaha mencari tahu sendiri, hingga akhirnya ia bertemu langsung dengan pendiri perusahaan label musik Empire, Ghazi Shami, di Singapura. Afgan mengaku langsung cocok saat bertemu Ghazi.

“Dia very open minded. Vibe-nya enak banget. Aku ngerasa, kayaknya aku kalau kerja sama, sama orang seperti ini bisa cocok,” kata penyanyi yang memiliki nama lengkap Afgansyah Reza ini.

Dikontrak Perusahaan Label Musik AS

Pertemuan tersebut membuahkan hasil yang memuaskan berupa kontrak rekaman album. Jalan menuju impiannya untuk bisa bermusik di luar negeri mulai terbuka.

“Aku dikontrak sama (Empire), which mereka predominantly tuh kayak hip hop music gitu,” ujar penyanyi kelahiran 1989 ini.

Afgan bersama produser dan musisi di AS saat menggarap album di studio EMPIRE (dok: EMPIRE/Trinity Optima Production)
Afgan bersama produser dan musisi di AS saat menggarap album di studio EMPIRE (dok: EMPIRE/Trinity Optima Production)

Empire dan label musik Afgan di Indonesia, yaitu Trinity Optima Production memutuskan untuk berkolaborasi, dan memberangkatkan Afgan ke Amerika Serikat, September 2019 lalu.

Melalui surat rilis yang diterima oleh VOA Indonesia, Managing Director dari Trinity Optima Production, Yonathan Nugrhono mengatakan sangat mendukung dan bangga dengan perjalanan karier Afgan.

“Mimpinya untuk berkarya ke tingkat yang lebih tinggi menjadi kenyataan, dan kami harap Afgan bisa membawa nama baik Indonesia ke panggung internasional. Fans pasti menyukai musik Afgan yang baru, begitu juga sosoknya,” katanya dalam surat rilis tersebut.

Keraguan untuk melangkah sempat melandanya. Namun, dengan tekad bulat, Afgan pun keluar dari zona kenyamanannya untuk mengejar kesempatan yang sudah menjadi impiannya sejak dulu.

“Aku memang tujuannya untuk membuat album ini ingin keluar dari comfort zone aku. Aku ingin kayak new challenge (red.tantangan baru). Aku pengin belajar banyak hal baru dan mencoba berkreasi di environment yang baru,” ucapnya.

Dijambret di Hari Pertama

Setibanya di San Francisco, Amerika Serikat, Afgan sempat mengalami kejadian yang menyedihkan. Saat mampir untuk makan malam di sebuah restoran di daerah pecinan, mobil Afgan dibobol dan seluruh koper, paspor, serta uang yang sudah ia siapkan untuk hidupnya selama satu bulan di Amerika raup. “Gone in the first night,” kata Afgan. Padahal keesokan harinya ia harus langsung ke studio dan mulai bekerja.

“Aku tinggal semua koper sama barang-barang semua di mobil. Padahal sebelum berangkat udah dibilangin sama ibuku, ‘jangan tinggalin apa-apa di mobil ya,’ cuman aku enggak dengerin. Terus balik-balik udah di smashed down, semuanya ilang,” tambahnya.

Afgan saat di San Francisco, California (dok: EMPIRE/Trinity Optima Production)
Afgan saat di San Francisco, California (dok: EMPIRE/Trinity Optima Production)

Afgan pun sempat pergi ke kantor polisi untuk melaporkan kejadian tersebut, walau dikatakan memang tidak ada jaminan bahwa semuanya bisa ditemukan, mengingat kejadian seperti ini sering terjadi di kota itu.

“Akhirnya dibantuin sama KJRI (Konsulat Jenderal Republik Indonesia) di San Francisco. Terus dikasih paspor sementara. Sangat ngebantu banget. Dan waktu itu kan aku harus ke Atlanta. Jadi kalau pakai paspor temporary gini bisa atau enggak? Ternyata memang bisa dan Alhamdulillah, sih lancar,” kata pelantun lagu “Terima Kasih Cinta” ini.

Meskipun sempat ditimpa masalah, Afgan tetap semangat dalam menggapai mimpinya di Amerika.

“Mungkin ini adalah momen dimana aku harus start over. Ujung-ujungnya sih, it becomes a blessing in disguise (red.berkah dibalik kejadian) kayaknya. Jadi perjalanan aku selama di US itu mulus banget. Semenjak dari hari pertama itu enggak ada kendala sama sekali,” papar Afgan.

Kolaborasi Dengan “Tha Aristocrats”

Selama satu bulan di Amerika Serikat, Afgan digodok secara intens di studio Empire untuk menggarap album. Afgan bekerja sama dengan duo produser ternama, Tha Aristocrats, yang sudah pernah berkolaborasi dengan sederetan penyanyi dan musisi papan atas, seperti Kanye West, Chris Brown, Ashlee Simpson, juga kelompok K-Pop, EXO, P1Harmony, BoX, bahkan Agnez Mo.

Afgan berkolaborasi dengan produser dan musisi AS di studio EMPIRE di San Francisco, California (dok: EMPIRE/Trinity Optima Production)
Afgan berkolaborasi dengan produser dan musisi AS di studio EMPIRE di San Francisco, California (dok: EMPIRE/Trinity Optima Production)

Walau sempat ragu, Afgan pun disambut hangat, dan merasa nyaman berinteraksi dengan para personil Empire dan musisi di Amerika. Tidak ada yang memandangnya berbeda, meskipun berasal dari belahan dunia lain. Ia merasa sangat diapresiasi.

“Maksudnya sama aja kayak ngobrol sama orang (Indonesia) gitu,” ujar penyanyi yang sepanjang kariernya telah meraih sekitar 60 penghargaan ini.

Melalui surat rilis yang diterima oleh VOA Indonesia, wakil presiden A&R Empire, Tina Davis mengatakan bahwa Afgan adalah penyanyi yang berbakat, mencintai musik, sopan dan sangat terbuka dengan ide apa pun.

“Aku mendengar suaranya untuk pertama kali saat kami bertemu secara virtual. Tapi, ketika kami bertatap muka di studio dan aku mendengarnya bernyanyi di depan mataku, aku bisa melihat kemampuannya yang sebenarnya, terutama jangkauan vokalnya, dan etos kerjanya yang bagus,” kata Tina Davis dalam surat rilis tersebut.

Afgan di studio EMPIRE, San Francisco, California (dok: EMPIRE/Trinity Optima Production)
Afgan di studio EMPIRE, San Francisco, California (dok: EMPIRE/Trinity Optima Production)

Afgan yang baru pertama kali menggarap album di Amerika merasa takjub dengan perbedaan cara kerja para musisinya, yang menurutnya sangat cepat. Jika biasanya di Indonesia Afgan masuk ke studio sekitar dua tahun sekali untuk menggarap album, ia melihat para produser dan musisi ini kerap berada di studio untuk terus mengasah kemampuan mereka dalam membuat lagu.

“Aku inspire banget sih, mereka kayak terus keep going, walau pun lagunya mau jadi enggak dipakailah. Mereka berada di sana untuk mendapatkan pengalaman dan belajar," ujar pengagum Brian McKnight, Stevie Wonder, dan Whitney Houston ini.

Dalam satu hari ia bisa menghasilkan 3-4 lagu bersama para produser dan penulis lagu yang berbeda-beda, yang khusus didatangkan dari kota lain, seperti Los Angeles.

“Mereka punya stok (beat) banyak banget, kayak ratusan gitu. Aku tinggal pilih nih, yang aku paling suka yang mana beat-nya,” jelasnya.

Afgan saat berada di studio EMPIRE, San Francisco, California (dok: EMPIRE/Trinity Optima Production)
Afgan saat berada di studio EMPIRE, San Francisco, California (dok: EMPIRE/Trinity Optima Production)

Sebagai persiapan dalam menulis lagu, Afgan pun pergi ke kota Atlanta di Amerika Serikat.

“Atlanta itu predominantly kan black community ya, Jadi aku disitu kayak, ‘Hi, I’m Asian, mau bikin lagu R&B,’ kata Afgan sambil tertawa.

Ia pun berusaha meleburkan dirinya ke dalam budaya warga kulit hitam untuk lebih mendalami musik R&B, yang pertama kali dipopulerkan oleh warga keturunan Afrika Amerika pada tahun 1940an.

“Diajak ke underground hip hop club gitu, ‘lu harus kenal dulu nih culture-nya, baru lu bisa mungkin lebih inspire untuk nulis lagunya,’” ceritanya.

Selama satu bulan di Amerika Serikat, Afgan mengaku sangat menikmati hari-harinya, bahkan tidak merasa rindu kampung alias homesick. Ia pun merasa bisa hidup lebih santai.

“Mungkin di (Indonesia) kan banyak yang kenal,” katanya sambil bercanda.

“Jadi kalau di (Amerika), aku bisa lebih santai aja,” tambahnya,

Sempat ‘Jiper’ Disuruh ‘Freestyle ‘

Saat berada di studio, Afgan mengaku sempat ‘jiper’ dan kaget ketika ia diminta untuk masuk ke dalam studio dan diminta menyanyikan lagu secara bebas atau freestyle. Ditambah lagi Afgan tidak terbiasa menggarap lagu yang berbahasa Inggris, “yang jadi limitasi juga awalnya.”

Saat menggarap album di AS, Afgan bekerja sama dengan duo produser Tha Aristocrats (dok: EMPIRE/Trinity Optima Production)
Saat menggarap album di AS, Afgan bekerja sama dengan duo produser Tha Aristocrats (dok: EMPIRE/Trinity Optima Production)

“’Freestyle aja mau ngomong apa. Just be you.’ Tapi di dalam studio itu yang dengerin ada kayak 10 orang gitu. Ada songwriters yang lain, yang jago-jago banget,” kenangnya.

“Kalau misalnya di (Amerika) ya masuk vocal booth udah, direkam, and then that’s it. Kalau di (Indonesia) kan, aku ngerasa kayak mesti dibikin demo-nya dulu, baru dibikin versi official-nya. Kalau di sana udah langsung jadi,” tambahnya.

Pengalaman Pribadi di “Say I’m Sorry”

Lagu “Say I’m Sorry” yang berdurasi hampir 3 menit ini menggemakan sensasi “slow-burning R&B” yang menggugah hati, dengan sentuhan synthesizer yang mendominasi di dalamnya. Tentunya tetap menampilkan suara Afgan yang sudah khas terdengar di telinga para penggemarya.

“Awalnya kayak hesitant gitu mau nyanyi lagu ini. Kok kayaknya enggak gue banget ya? Ini kayaknya beda banget. Orang-orang bisa nerima enggak ya? Cuman pas aku udah coba nyanyiin ya, ternyata it feels right,” kata penyanyi yang memiliki total 17 juta pengikut di media sosial ini.

Afgansyah Reza (dok: EMPIRE/Trinity Optima Production)
Afgansyah Reza (dok: EMPIRE/Trinity Optima Production)

Lagu ini bercerita mengenai putus cinta dan penyesalan, dimana kita tidak bisa memberikan penghargaan yang seharusnya kepada orang yang kita cintai, karena sudah terbiasa dengan keberadaannya.

“Iya, pengalaman pribadi dong,” kata Afgan.

Regret (red.penyesalan) itu ada untuk mengajarkan kita satu hal. (Jadi kita bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi di kemudian hari),” pesan Afgan.

Saat menulis lagu “Say I’m Sorry,” di studio Empire, Afgan ditantang untuk membuka diri di lingkungan yang memang sangat terbuka.

“Sama produser-produsernya dan juga songwriters yang lain tuh kayak bisa ngobrol aja, 'yang lagi pengin lu omongin apa sih?"' Terus, aku kayak langsung aja cerita dan jadilah lagu ini,” tambahnya.

Sempat Terdampak Pandemi

Proses penggarapan albumnya ini sempat tertunda karena pandemi. Seharusnya Afgan harus kembali lagi ke Amerika Serikat untuk menyelesaikan proses pasca produksi albumnya ini. Namun, akhirnya semuanya diselesaikan secara jarak jauh, yang menurutnya cukup menantang.

“Karena respon orang jarak jauh kan enggak bisa ‘tek-tok-an’ secara cepat. Jadi ya, project ini ke hold selama satu tahun kemarin. Makanya aku ngerasa tahun 2021 ini, I cannot hold it any longer. I just have to put it out,” tegasnya.

Afgan berkolaborasi dengan produser dan musisi AS di studio EMPIRE di San Francisco, California (dok: EMPIRE/Trinity Optima Production)
Afgan berkolaborasi dengan produser dan musisi AS di studio EMPIRE di San Francisco, California (dok: EMPIRE/Trinity Optima Production)

Tidak hanya albumnya yang tertunda, jadwal manggungnya pun juga berkurang sejak tahun lalu. Seluruh kegiatan seperti syuting, membuat lagu atau acara virtual juga dilakukan dari rumah. Afgan memilih untuk lebih banyak di rumah dan meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa pandemi belum berakhir.

“Aku juga enggak mau yang kayak pergi-pergi, terus kayak posting di social media. Jadi aku ingin mendorong yang lain. Ya udah, stay in walaupun bosan ya, tetap harus dijalani” ujarnya.

Rencananya, Afgan akan segera merilis single baru lagi bulan Maret, sebelum album terbarunya ini dirilis bulan April mendatang di Indonesia dan Amerika Serikat. Album ini akan berisi 13 lagu. Ia pun bersemangat untuk terus berkarya.

“Jadi ya mungkin abis album, aku tetap rilis lagi, rilis lagi. Pokoknya aku pengin non-stop rilis musik aja. Benar-benar non-stop, karena kemarin udah dua tahun break, kelamaan. Jadi aku pengin udah productive aja rilis terus,” kata Afgan.

Afgan di studio EMPIRE, San Francisco, California (dok: EMPIRE/Trinity Optima Production)
Afgan di studio EMPIRE, San Francisco, California (dok: EMPIRE/Trinity Optima Production)

Afgan menyadari berbagai tantangan yang dihadapi oleh semua orang di tengah pandemi ini. Tetapi, Afgan berpesan agar tidak lupa untuk tetap mengejar inspirasi yang bisa datang dari berbagai sumber.

“Kamu bisa baca buku, nonton film atau semuanya itu bisa dijadiin inspirasi jadi jangan sampai let your spirit being broken aja, dengan kamu being alone,” pungkasnya.[di/aa]

XS
SM
MD
LG