Tautan-tautan Akses

Koki Italia Sajikan Makanan Gratis untuk Tunawisma


Koki bintang Michelin, Massimo Bottura di restoran miliknya, Refettorio Ambrosiano di Milan, 18 Desember 2017.
Koki bintang Michelin, Massimo Bottura di restoran miliknya, Refettorio Ambrosiano di Milan, 18 Desember 2017.

Koki Italia pemenang bintang Michelin, Massimo Bottura, berencana membuka dua restoran, di Paris dan di Napoli, tahun depan.

Tapi tamu-tamu kelas atas tidak diperbolehkan bersantap di restoran Massimo yang baru. Restoran-restoran itu akan menyajikan makanan gratis yang dimasak dari bahan-bahan makanan yang tersisa atau tidak terjual dari supermarket dan disajikan hanya untuk kaum papa.

Pengunjung harus membayar 250 euro untuk bersantap di restoran prestisius milik Bottura, Modena, di utara Italia. Namun Refettorio Ambrosiano, restoran Bottura di Milan, menyajikan makanan untuk warga miskin, yang kebanyakan tunawisma. Sekarang, dia berencana mengembangkan eksperimen kegiatan amalnya lebih jauh.

Bertempat di sebuah gedung teater tua di pinggiran kota, Refettorio memasak makanan gratis dari sisa-sisa toko, dengan menggunakan resep-resep kreasi Bottura dan para koki terkenal lainnya.

“Saya tidak pernah menganggap bahan-bahan ini adalah sampah,” Bottura mengatakan kepada kantor berita Reuters.

“Saya selalu berpikiran remah-remah roti, tomat-tomat yang sudah terlalu matang, pisang-pisang berwarna kecoklatan adalah kesempatan bagi kita. Kesempatan untuk menunjukkan apa yang bisa kita buat dengan kreativitas kita.”

Massimo Bottura berbincang dengan karyawannya di restoran Refettorio Ambrosiano di Milan, 18 Desember 2017.
Massimo Bottura berbincang dengan karyawannya di restoran Refettorio Ambrosiano di Milan, 18 Desember 2017.

Bottura memulai proyek menggunakan kembali sisa-sisa bahan dari tempat-tempat makan di Milan International Expo. Dengan bantuan yayasan gereja, Caritas Ambrosiana, inisiatif ini menjadi proyek tetap.

Tidak seperti layaknya dapur-dapur umum amal, para tamu tidak perlu antre.

“Saya menyebutnya restoran, bukan dapur umum,” kata Bottura. Jumlah tamu dibatasi hanya 96 orang per hari. Namun Bottura dan Caritas mengatakan makan di restoran seperti itu, membantu para tunawisma menaikan kepercayaan diri dan menguasai kembali kehidupan mereka.

“Kuantitas tidak menentukan kesuksesan,” kata kepala Caritas, Luciano Gualzetti.

“Kuncinya adalah cara anda menawarkan bantuan dan yang lebih penting bantuan seperti apa yang bisa memicu diri mereka.”

Sekitar sepertiga dari total makanan yang diproduksi di dunia, atau sekitar 1,3 miliar ton, terbuang atau hilang, menurut Badan Pangan dan Pertanian PBB, FAO. [fw/au]

XS
SM
MD
LG