Tautan-tautan Akses

Ketua APINDO: Harus Ada Sinergi Antara Pengusaha Besar dan Kecil


Pekerja industri rumah tangga terlihat sedang mengepak mie instan. Ketua Apindo Sofyan Wanandi mengatakan baru-baru ini, pengusaha besar dan kecil harus bersinergi (foto: dok).
Pekerja industri rumah tangga terlihat sedang mengepak mie instan. Ketua Apindo Sofyan Wanandi mengatakan baru-baru ini, pengusaha besar dan kecil harus bersinergi (foto: dok).

Agar ekonomi tumbuh dengan cepat dan merata, menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofyan Wanandi, pengusaha besar harus membantu pengusaha kecil. Jika tidak, ditegaskannya maka akan terjadi ketidakseimbangan ekonomi. Sementara itu, Chaerul Tanjung, Ketua Komite Ekonomi Nasional, mengatakan pemerintah harus memiliki strategi tepat untuk melindungi produk dalam negeri.

Usai menghadiri acara pembukaan Hari Koperasi Nasional di Jakarta, Selasa, Ketua Apindo Sofjan Wanandi berpendapat sudah saatnya sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia mendapat dukungan penuh seperti yang terjadi di negara-negara lain. Ia berharap bantuan untuk UKM baik yang dilakukan pemerintah maupun mitra kerja UKM tidak hanya sebatas wacana. Menurutnya, perekonomian akan tumbuh merata melalui UKM yang mayoritas operasionalnya berada di daerah, dan dengan demikian tidak lagi terjadi kesenjangan.

Sofjan Wanandi mengatakan, "Sebenarnya begitu banyak kelemahan-kelemahan mereka (pengusaha UKM). Kita perlu bantu mereka dengan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi, mulai dari segala perizinan yang kadang-kadang mereka masih sulit dan mahal, kekurangan modal, kekurangan pemasaran dan juga kekurangan teknologi."

Sebelumnya, menurut Ketua Komite Ekonomi Nasional, Chairul Tanjung, pemerintah harus punya strategi tepat untuk melindungi produk-produk dalam negeri termasuk yang dihasilkan UKM. Dengan demikian, sektor UKM akan terus bertahan dan mampu menciptakan lapangan kerja terutama bagi masyarakat daerah. Ia mengatakan, “Bea masuk impor dapat kita tingkatkan agar produk lokal bisa lebih bersaing. Begitu juga kalau memang kita tidak mampu (memproduksi sendiri), atau kita memerlukan barang tersebut, bea masuknya kalau perlu dinolkan."

Selama ini, semakin agresifnya perdagangan Tiongkok hampir keseluruh negara temasuk ke Indonesia menjadi kekhawatiran bagi perdagangan Indonesia, termasuk bagi UKM. Menurut pengamat dari Lembaga Kerjasama Ekonomi Indonesia dan Tiongkok, Sudrajad DP, kekhawatiran tersebut sebetulnya tidak perlu. Ia berpendapat yang terpenting adalah pemerintah Indonesia membuat terobosan untuk melindungi produk dalam negeri.

Lebih lanjut, Sudrajad menilai jika sistem perdagangan Indonesia masih rapuh, maka perdagangan dari negara manapun akan menerobos masuk menguasai pasar Indonesia. “Ekonomi kita terlalu liberal, jadi semua juga kita ikut tergantung kepada situasi ekonomi yang terjadi di dunia" ujar Sudrajad.

Menurut catatan Kementerian Koperasi dan UKM saat ini sekitar 51,3 juta unit UKM ada di Indonesia dengan investasi yang disalurkan berjumlah sekitar 640 trilyun rupiah. Usaha-usaha Kecil Menengah tersebut mampu menyumbang bagi cadangan devisa sekitar 184 triliun rupiah atau 20 persen dari total cadangan devisa Indonesia.

XS
SM
MD
LG