Tautan-tautan Akses

Kemitraan Global Janjikan $4 Miliar untuk Pendidikan yang Terdampak Pandemi 


Para pelajar belajar di lapangan terbuka di atas gunung karena pandemi virus corona di Doodhpathri, wilayah Kashmir yang dikuasai India, 28 Juli 2020. (Foto: Tauseef Mustafa/AFP)
Para pelajar belajar di lapangan terbuka di atas gunung karena pandemi virus corona di Doodhpathri, wilayah Kashmir yang dikuasai India, 28 Juli 2020. (Foto: Tauseef Mustafa/AFP)

Kamis (29/7) menandai hari kedua dan terakhir konferensi tingkat tinggi (KTT) Pendidikan Global di London, yang diselenggarakan oleh Kenya dan Inggris.

Pemerintah internasional dan perusahaan besar berjanji menyumbangkan $4 miliar bagi Kemitraan Global untuk Pendidikan. Kemitraan ini menyediakan akses yang adil pada pendidikan publik di 90 negara dan wilayah yang mencakup 80 persen anak putus sekolah.

KTT itu menekankan pentingnya akses yang adil pada pendidikan di tengah peringatan bahwa COVID-19 telah memperburuk program pendidikan publik yang sudah kekurangan sumber daya di negara-negara yang secara ekonomi kurang berkembang. Para ahli memperingatkan organisasi itu bahwa kecil kemungkinannya mereka yang terpaksa putus sekolah karena pandemi akan kembali menempuh pendidikan.

Julia Gillard, mantan perdana menteri Australia dan ketua kemitraan itu, mengatakan pandemi mempengaruhi akses pada pendidikan di semua negara tetapi paling berdampak parah pada negara-negara miskin di mana keluarga mungkin kekurangan koneksi internet atau listrik.

Gillard mengatakan janji ini memungkinkan kemitraan mengupayakan target dana $5 miliar selama lima tahun.

Duta Besar Raychelle Omamo, sekretaris Kabinet Kenya untuk urusan luar negeri, memperingatkan dampak buruk pandemi terhadap pendidikan global, dengan mengatakan “pendidikan adalah jalan, untuk maju.”

Malala Yousafzai, seorang pemenang Hadiah Nobel Perdamaian dari Pakistan dan aktivis untuk pendidikan wanita, berbicara kepada para pemimpin KTT dan menekankan pentingnya pendidikan yang bisa diakses remaja putri yang sering didiskriminasi. Malala memperingatkan bahwa 130 juta anak perempuan tidak bisa bersekolah karena pandemi dan mengatakan “masa depan mereka layak untuk diperjuangkan.”

Berbicara pada konferensi dengan Presiden Kenya Uhuru Kenyatta, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan komitmen pemerintahnya untuk pendidikan anak perempuan dan tujuannya untuk mendaftarkan 40 juta lebih anak perempuan di sekolah pada 2026.

“Memungkinkan mereka untuk belajar dan mencapai potensi penuhnya adalah satu-satunya hal terbesar yang bisa kita lakukan untuk pulih dari krisis ini,” kata Johnson.

Johnson menghadapi kritik karena mengadvokasi pendidikan anak perempuan sementara ia memotong anggaran bantuan luar negeri Inggris. Perdana menteri itu menjanjikan $602 juta untuk Kemitraan Global untuk Pendidikan, sementara memangkas $5,6 miliar dari tunjangan pembangunan internasional Inggris.

Pejabat Inggris mengatakan pemotongan anggaran itu bersifat sementara dan merupakan tindakan yang diperlukan karena tekanan ekonomi dari pemulihan pandemi.

Kemitraan Global untuk Pendidikan juga mendapat kecaman karena melanjutkan pendanaan ke negara-negara mitra yang secara terbuka mendiskriminasi siswa. Penyelidikan Human Rights Watch telah mengungkap pelajar hamil di Tanzania dan anak-anak pengungsi Rohingya di Bangladesh secara terbuka dikucilkan. [my/ft]

Sebagian informasi laporan ini berasal dari Associated Press.

XS
SM
MD
LG