Tautan-tautan Akses

FAO Tawarkan Solusi Kurangi Arus Pengungsi Somalia


Wanita dan anak-anak mengantri untuk menerima bantuan makanan yang dibagikan di Mogadishu.
Wanita dan anak-anak mengantri untuk menerima bantuan makanan yang dibagikan di Mogadishu.

Ribuan orang dari daerah yang dilanda kelaparan di Somalia meninggalkan pertanian mereka guna mencari bantuan. Wakil Badan Pangan dan Pertanian PBB atau FAO untuk Kenya dan Somalia mengingatkan pergerakan masa ini beresiko besar terhadap bantuan besar-besaran internasional. Pejabat senior PBB mengatakan FAO berusaha menerapkan langkah-langkah untuk mencegah warga meninggalkan lahan mereka.

Situasi kekeringan dan kelaparan di Somalia terus memburuk. Luca Alinovi menandai lima wilayah di Somalia tengah dan selatan secara resmi telah dinyatakan sebagai zona kelaparan, dan ia memperkirakan bencana kelaparan akan menyebar ke wilayah-wilayah lainnya.

Ia mengatakan semakin banyak petani yang kekurangan makanan, meninggalkan lahan pertanian mereka dan pindah ke kamp pengungsi yang sudah padat di Eithopia dan Kenya. Ribuan lainnya mengungsi ke ibukota Somalia, Mogadishu. Alinovi mengingatkan apabila pergerakan masa ini terus terjadi, situasi ini bisa tak terkendali dalam minggu-minggu mendatang.

Alinovi mengatakan, “Kami melihat kamp-kamp terus bertambah di Mogadishu dan orang-orang bergerak ke Afghoyee dalam tahap yang dramatis. Sulit meramalkan jumlahnya karena ada kemungkinan semua yang tinggal diwilayah itu pindah, dan ini akan menjadi bencana.”

Alinovi mengatakan yang menjadi keprihatinan utama adalah ketika orang meninggalkan pertanian mereka, mereka tidak akan bisa kembali karena orang lain akan mengambil alih pertanian itu. Menurut Alinovi, musim tanam berikutnya pada bulan Oktober mendatang, tinggal dua bulan lagi dari sekarang dan penting sekali bagi petani untuk bertahan dilahan mereka agar mereka bisa produktif.

Kepada VOA, Alinovi mengatakan bahwa FAO memiliki strategi untuk itu. Dikatakannya bahwa satu-satunya cara untuk mencegah orang keluar dari pertanian itu adalah mendorong mereka bekerja untuk program cash-for-work. Ini akan membantu mereka mendapat uang untuk membantu sistim irigasi, mendapat akses ke pasar dan bekerja di ladang mereka sendiri.

“Dan bulan September, paling lambat awal Oktober, sediakan benih bagi mereka, peralatan dan dukungan lainnya yang dibutuhkan untuk kembali bertani. Karena kebanyakan orang-orang ini telah kehilangan aset mereka, yang membuat mereka tidak bisa memperoleh benih, pupuk yang baik dan kemungkinan untuk berproduksi," ujar Alinovi. "Sehingga apabila mereka tahu bahwa paketnya termasuk uang kas tunai bagi mereka dan pada saat yang sama, adanya kemungkinan untuk memiliki akses terhadap bahan-bahan yang diperlukan diawal musim, akan memungkinkan mereka untuk terus bertani.”

Alinovi mengatakan uang kas tunai harus diberikan kepada orang-orang yang terlalu lemah untuk bertani sehingga mereka juga akan bertahan di lahan mereka. Ketika mereka semakin kuat dan mampu bekerja, ia mengatakan orang-orang itu juga harus diberi kesempatan untuk menjadi bagian dari program cash-for-work.

Pejabat FAO mengatakan tujuan rencananya adalah untuk membuat orang-orang percaya bahwa mereka bisa melanjutkan kehidupan mereka ditempat sendiri. Jika bantuan internasional hanya menargetkan wilayah tertentu, menurutnya, orang-orang terpaksa akan pindah kewilayah-wilayah itu.

Alinovi mengatakan FAO telah menerima hingga 70 persen janji dukungan bagi permintaan bantuan dananya sebesar 70 juta dolar. Ia mengatakan FAO bisa mempengaruhi banyak penduduk Somalia untuk bertahan di pertanian mereka apabila janji bantuan itu telah diterima dalam bentuk uang.

XS
SM
MD
LG