Tautan-tautan Akses

Kekerasan Senjata Api Tak Hanya Soal Nyawa, Tapi Juga Ekonomi 


Sejumlah keluarga berkumpul di Willie de Leon Civic Center yang akan menawarkan konseling duka kepada warga setelah penembakan massal di sebuah sekolah dasar di Uvalde, Texas, 24 Mei 2022. (Foto: Allison Dinner/AFP)
Sejumlah keluarga berkumpul di Willie de Leon Civic Center yang akan menawarkan konseling duka kepada warga setelah penembakan massal di sebuah sekolah dasar di Uvalde, Texas, 24 Mei 2022. (Foto: Allison Dinner/AFP)

Laporan yang diterbitkan Journal of American Medical Association pada Jumat (27/5) lalu menunjukkan aksi kekerasan senjata api telah merugikan warga Amerika Serikat (AS) jauh lebih besar dan tidak saja terkait nyawa yang hilang dalam insiden penembakan.

Penembakan massal menyebabkan bekas luka yang tidak dapat disembuhkan.

Menurut laporan itu, dalam penembakan dengan 10 orang atau lebih korban, setiap satu orang yang tewas, ada sekitar enam orang yang luka parah. Cedera yang umumnya dilaporkan adalah patah tulang, trauma otak dan berbagai cedera non-fatal lainnya.

Sekitar seperempat korban luka tembak yang tidak fatal, membutuhkan pembedahan. Sementara sekitar 44 persen di antara korban memiliki tingkat cacat fisik ketika keluar dari rumah sakit. Sebanyak 13 persen lainnya membutuhkan perawatan jangka panjang.

Laporan itu juga menunjukkan bahwa rata-rata biaya perawatan untuk setiap orang yang menderita luka-luka dalam insiden penembakan adalah sekitar $65 ribu (sekitar Rp 944,31 juta)

Menurut data statistik di Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Center for Disease Control and Prevention/CDC), AS menderita kerugian puluhan miliar dolar setiap tahun karena tekanan medis dan kerugian produktivitas.

Laporan itu menunjukkan bahwa kerugian akibat kekerasan senjata api bukan hanya masyarakat sipil.

Ditambahkan bahwa kekerasan senjata api tidak saja merusak kesehatan fisik pada korban selama sisa hidup mereka, tetapi juga menimbulkan trauma mental yang parah, yang menghantui keluarga korban dan masyarakat, bahkan bertahun-tahun setelah insiden itu terjadi.

Laporan itu disampaikan ketika memuncaknya kemarahan warga AS dengan insiden penembakan massal di sebuah sekolah dasar di Uvalde, Texas, pada 24 Mei lalu. Dua puluh satu orang, termasuk 19 anak sekolah dasar, tewas dalam insiden itu. Tujuh belas orang lainnya luka-luka.

Terlepas dari peristiwa tragis itu, Asosiasi Senjata Api Nasional Amerika tetap melangsungkan konvensi nasional tahunannya di Houston, Texas, pada Jumat (27/5). Konvensi itu dibuka hanya tiga hari setelah penembakan di Uvalde itu. Lebih dari 1.000 orang berkumpul di luar tempat sidang itu guna mengecam kebijakan pengendalian kepemilikan senjata api. [em/jm]

XS
SM
MD
LG