Tautan-tautan Akses

KBRI di Iran Kirim Nota Diplomatik Terkait ABK Indonesia di Kapal Korsel


Kapal Hankuk Chemi yang disita dan dikawal ketat oleh dikawal oleh kapal Pengawal Revolusi Iran di Teluk Persia, 4 Januari 2021. (Tasnim News Agency via AP)
Kapal Hankuk Chemi yang disita dan dikawal ketat oleh dikawal oleh kapal Pengawal Revolusi Iran di Teluk Persia, 4 Januari 2021. (Tasnim News Agency via AP)

Kementerian Luar Negeri telah mengirim nota diplomatik ke Kementerian Luar Negeri Iran terkait keberadaan dua warga negara Indonesia yang menjadi anak buah kapal (ABK) di kapal tanker berbendera Korea Selatan yang disita Iran di perairan Teluk Persia.

Pelaksana tugas juru bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah. (Foto: Kementerian Luar Negeri)
Pelaksana tugas juru bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah. (Foto: Kementerian Luar Negeri)

“Sejak diperoleh informasi atas peristiwa tersebut, Ibu Menlu sudah menginstruksikan Dubes RI di Iran untuk membangun komunikasi dengan pihak-pihak terkait,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Teuku Faizasyah saat dihubungi melalui telepon Selasa malam (5/1). Ditambahkannya, “... sore tadi diperoleh informasi bahwa kedua ABK Indonesia dalam kondisi baik.”

Lebih jauh Faizasyah mengatakan pihak KBRI di Iran telah mengirim nota diplomatik ke Kementerian Luar Negeri Iran untuk memastikan kondisi dua warga negara Indonesia yang menjadi ABK di kapal tanker Korea Selatan itu.

“Perwakilan Kemlu Iran yang menemui ABK Indonesia di kapal tersebut mengatakan mereka dalam kondisi baik dan sedang diupayakan agar bisa berkomunikasi dengan pejabat KBRI.”

Belum ada kepastian kapan komunikasi itu akan dilakukan dan rincian identitas kedua WNI tersebut.

Diduga Mencemari Lingkungan, Kapal Korsel Disita Iran

Kantor berita Associated Press melaporkan pasukan bersenjata Iran menyerbu kapal tanker berbendera Korea Selatan MT Hankuk Chemi dan memaksa kapal itu mengubah haluan menuju ke Iran. Iran mengatakan terpaksa menghentikan kapal itu karena mencemari perairan Teluk Persia dan Selat Hormuz.

Jaringan Penyiaran Iran, IRINN, juga melaporkan bahwa kapal tanker itu disita karena melanggar pedoman lingkungan hidup dan kini berada di salah satu pelabuhan Iran untuk diselidiki. Kapal itu membawa 7.200 ton ethanol dari Jubail, Arab Saudi menuju Fujairah, Uni Emirat Arab, ketika pasukan Iran menghentikan kapal itu dan melakukan pemeriksaan.

Mengutip seorang pejabat urusan pelayaran dan pengiriman di Korea Selatan, Associated Press melaporkan awalnya pasukan Iran mengatakan ingin melakukan pemeriksaan yang tidak ditentukan di kapal itu. Namun ketika kapten kapal sedang berbicara dengan pejabat keamanan perusahaan di Korea Selatan, Pasukan Garda Revolusioner Iran menyerbu kapal tanker itu. Sebuah helikopter Iran juga terbang di atas kapal tersebut.

Pasukan Iran itu meminta kapten kapal mengubah haluan menuju ke perairan Iran untuk penyelidikan yang tidak ditentukan dan menolak menjelaskan lebih jauh. Perusahaan kapal tanker itu masih belum dapat menghubungi kapten kapal tersebut.

Rekaman CCTV kapal Hankuk Chemi menampilkan perahu Pengawal Revolusi Iran (dalam lingkaran merah) saat ditayangkan di layar perusahaan pemilik kapal tanker DM Shipping, di Busan, 4 Januari 2021. (Foto: YONHAP / AFP)
Rekaman CCTV kapal Hankuk Chemi menampilkan perahu Pengawal Revolusi Iran (dalam lingkaran merah) saat ditayangkan di layar perusahaan pemilik kapal tanker DM Shipping, di Busan, 4 Januari 2021. (Foto: YONHAP / AFP)

Kantor berita Iran lainnya, FARS dan Tasnim mengatakan awak yang ditangkap di kapal tanker yang disita itu adalah warga negara Korea Selatan, Indonesia, Myanmar dan Vietnam.

Armada Kelima Angkatan Laut Amerika yang berbasis di Timur Tengah berpatroli secara rutin di kawasan itu bersama koalisi pimpinan Amerika yang memantau Selat Hormuz, celah sempit di Teluk Persia yang dilintasi oleh 20 persen kapal pembawa pasokan minyak dunia. Upaya pemantauan serupa yang dipimpin Eropa juga beroperasi di kawasan itu.

Jubir Iran Bicara Blak-Blakan

Juru Bicara Pemerintah Iran Ali Rabiei, ketika ditanya tentang penyitaan itu pada hari Selasa (5/1), menyampaikan penjelasan yang sangat blak-blakan. “Jika ada yang akan disebut sebagai penyandera, ia adalah pemerintah Korea Selatan, yang telah menyandera kami senilai lebih dari tujuh miliar dolar dengan dalih sia-sia,” ujarnya.

Dalam beberapa bulan terakhir ini Iran telah berusaha meningkatkan tekanan terhadap Korea Selatan untuk mencairkan aset hasil penjualan minyak bernilai tujuh miliar dolar yang dibekukan pasca pemberlakukan sanksi ekonomi oleh pemerintah Trump.

Kementerian Luar Negeri Korea Selatan, Selasa (5/1) mengatakan berencana mengirim sebuah delegasi pejabat ke Iran untuk membahas pembebasan awak kapal tanker itu.

Sementara Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan pihaknya telah mengirim satuan anti-pembajakan dengan kapal perusak kelas 4.400 ton bersama sekitar 300 tentara, ke dekat Selat Hormuz.

Kantor kepresidenan Korea Selatan mengatakan penyitaan kapal Iran itu “sangat serius.”

Deplu AS Desak Iran Bebaskan Kapal Tanker Korsel

Mengikuti langkah Korea Selatan, Departemen Luar Negeri Amerika menyerukan pembebasan segera kapal tanker itu, menuduh Iran mengancam “hak navigasi dan kebebasan” di Teluk Persia untuk “menekan komunitas internasional agar mengurangi tekanan sanksi.”

Tahun lalu Iran juga menyita kapal tanker minyak berbendera Inggris dan menahannya selama berbulan-bulan setelah salah satu kapal tanker Iran ditahan di lepas pantai Gibraltar. [em/jm]

Recommended

XS
SM
MD
LG