Tautan-tautan Akses

Kawasan Hutan Tropis yang Hancur Selama 2018 Hampir Seluas Inggris


Foto yang diabadikan dengan menggunakan drone pada 12 Januari 2019 menunjukkan jagawana menggunakan kapal motor berpatroli di kawasan ekosistem Leuser dekat Suaq Balimbing, Provinsi Aceh.
Foto yang diabadikan dengan menggunakan drone pada 12 Januari 2019 menunjukkan jagawana menggunakan kapal motor berpatroli di kawasan ekosistem Leuser dekat Suaq Balimbing, Provinsi Aceh.

Tahun lalu, umat manusia menghancurkan kawasan hutan tropis yang luasnya hampir sama dengan luas wilayah Inggris. Hal itu menandai penurunan terbesar keempat sejak data satelit global ada pada 2001, menurut laporan para peneliti yang dilansir kantor berita AFP pekan lalu.​

Laju kerusakan hutan sangat mencengangkan. Setiap menitnya, kawasan hutan tropis seluas sama dengan 30 lapangan bola musnah pada 2018 atau total 120 ribu kilometer persegi.​

Hampir sepertiga dari kawasan tersebut atau sekitar 36 ribu kilometer persegi adalah hutan primer yang masih alami, menurut penilaian tahunan dari para ilmuwan di Globar Forest Watch yang berbasis di Universitas Maryland.​

“Untuk pertama kalinya, kami bisa membedakan hilangnya tutupan hutan dalam hutan hujan alami yang belum terjamah, yang berisi pohon-pohon yang mungkin usiannya sudah ratusan, bahkan ribuan tahun,” kata manajer tim, Mikaela Weisse, kepada AFP.​

Hutan hujan adalah tempat penyimpanan keanekaragaman hayati paling kaya di Bumi dan penyerap penting CO2 yang memanaskan Bumi.

Pemandangan dari udara Jalan Transamazonica (BR-230) dekat Medicilandia, negara Bagian Para di Brasil, yang membelah kawasan Amazon, 13 Maret 2019. Menurut data LSM Imazon, deforestasi di kawasan Amazon meningkat 54 persen pada Januari 2019. (Foto: AFP)
Pemandangan dari udara Jalan Transamazonica (BR-230) dekat Medicilandia, negara Bagian Para di Brasil, yang membelah kawasan Amazon, 13 Maret 2019. Menurut data LSM Imazon, deforestasi di kawasan Amazon meningkat 54 persen pada Januari 2019. (Foto: AFP)

Meski banyak langkah penyelamatan yang sudah dilakukan pada level nasional dan internasional, deforestasi masih terus melaju tak tertahankan sejak awal abad ini.

Deforestasi global memuncak pada 2016, sebagian disebabkan kondisi kering dari El Nino dan kebakaran hutan besar di Brasil dan Indonesia.

Penyebab utama kerusakan hutan adalah industri peternakan dan komoditas pertanian skala besar, seperti kelapa sawit di Asia dan Afrika, kacang kedelai dan tanaman-tanaman bahan baku pembuatan bahan bakar nabati (BBN) di Amerika Selatan.

Pertanian komersial skala kecil, misalnya kakao, bisa juga mengakibatkan deforestasi.​

Seperempat dari tutupan hutan tropis yang rusak pada 2018 terjadi di Brasil. Sedangkan Republik Demokratik Kongo dan Indonesia masing-masing menyumbang 10 persen deforestasi global.

Tingkat deforestasi di Malaysia dan Madagaskar pada 2018 juga tinggi.

Hampir sepertiga kehancuran hutan primer terjadi di Brasil (13.500 km²). Disusul oleh Republik Demokratik Kongo (4.800 km²), Indonesia (3.400 km²), Kolombia (1.800 km²) dan Bolivia (1.500 km²). Negara-negara tersebut adalah lima negara teratas penyumbang deforestasi.

Madagaskar kehilangan dua persen dari luas seluruh hutan hujannya pada 2018.

Seorang petani rakyat kelapa sawit (kanan) dan konsultan dari Wild Asia membahas pertanian berkelanjutan di sebuah perkebunan kelapa sawit dekat Johor, Malaysia, 22 Maret 2018.
Seorang petani rakyat kelapa sawit (kanan) dan konsultan dari Wild Asia membahas pertanian berkelanjutan di sebuah perkebunan kelapa sawit dekat Johor, Malaysia, 22 Maret 2018.

Indonesia, Pusat Perhatian

“Hutan dunia sekarang berada di ruang gawat darurat,” kata Frances Seymour, seorang pakar terkemuka dari World Resources Institute, sebuah lembaga kebijakan lingkungan hidup yang berbasis di Washington DC.​

“Kesehatan planet dipertaruhkan dan solusi-solusi sementara tidak cukup,” kata Seymour menambahkan.​

“Dengan setiap hektare hutan yang hilang, kita makin mendekati skenario perubahan iklim yang mengerikan.”

Secara global, hutan menyerap 30 persen emisi gas rumah kaca yang dibuat manusia sebesar lebih sedikit dari 11 miliar ton CO2 setiap tahun.

Samudera juga “penyerap penting” dengan menyerap tambahan 23 persen.

Membakar dan menebang hutan tropis yang luas tidak saja melepaskan karbon ke udara, tapi juga mengurangi luasan spons yang menyerap CO2.​

Dalam laporan tersebut, Indonesia menjadi sorotan. Deforestasi hutan primer di Indonesia mencapai 3.400km² pada 2018 atau turun 63 persen dibanding 2016.​

Pada 2015, kebakaran hutan besar yang melanda Sumatra, Kalimantan dan beberapa pulau di Indonesia menghancurkan kawasan hutan seluas 20.000 km². Asap dari kebakaran hutan itu juga menyebabkan polusi yang membahayakan kesehatan hingga sebagian besar kawasan Asia Tenggara.​

Para wisatawan berjalan melewati para aktivis Greenpeace yang sedang menggantungkan spanduk besar pada pembatas Kota Tua Yerusalem dengan pesan mengenai hutan Amazon untuk Presiden Brasil yang sedang berkunjung ke Yerusalem, 1 April 2019. (Foto: AFP)
Para wisatawan berjalan melewati para aktivis Greenpeace yang sedang menggantungkan spanduk besar pada pembatas Kota Tua Yerusalem dengan pesan mengenai hutan Amazon untuk Presiden Brasil yang sedang berkunjung ke Yerusalem, 1 April 2019. (Foto: AFP)

Namun di Brasil, trennya menuju arah yang salah.​

“Data kami menunjukkan kenaikan tajam kerusakan hutan pada 2016 dan 2017 akibat kebakaran yang dibuat oleh manusia,” kata Weisse merujuk pada Brasil.

“Secara mengejutkan, kami juga menyaksikan invasi ke tanah-tanah adat yang sebelumnya tak terjamah deforestasi selama bertahun-tahun.”​

Presiden Brasil Jair Bolsonaro, yang menjabat mulai Januari tahun ini, telah bertekad untuk membatasi peraturan-peraturan lingkungan hidup. Dia juga akan memperbolehkan pertanian dan pertambangan komersial di tanah-tanah adat yang menyumbang 10 persen dari luas wilayah Brasil.​

Para peneliti menekankan bahwa Bolsonaro belum menjabat cukup lama untuk melakukan penilaian terhadap dampak dari kebijakannya terhadap deforestasi.

Menanggapi laporan tersebut, Kementerian Luar Negeri Brasil mengatakan kepada AFP bahwa negara Amerika Latin itu “berkomitmen kuat untuk memadukan produksi pertanian dan perlindungan lingkungan.”

Di Afrika Barat, sekitar 70 persen kerusakan hutan primer di Ghana dan Pantai Gading terjadi di kawasan-kawasan terlindungi. Hal itu mengindikasikan pentingnya penegakan hukum yang lebih tegas. [ft/ww]

XS
SM
MD
LG