Tautan-tautan Akses

Kaum Muda Gelar Aksi Bersih Sampah di Takengon, Aceh


Relawan FPLKDLT gelar aksi bersih sampah danau laut tawar dan bantaran sungai Takengon. (VOA/Budi Nahaba)
Relawan FPLKDLT gelar aksi bersih sampah danau laut tawar dan bantaran sungai Takengon. (VOA/Budi Nahaba)

Puluhan aktivis dari sejumlah organisasi hari Minggu (19/4) menggelar aksi bersih guna mengurangi sampah yang mencemari kawasan sekitar danau laut tawar, Kota Takengon.

Beberapa analis mengatakan, Aceh merupakan salah satu wilayah dengan resiko bencana dan krisis ekologi terbesar di Sumatera, selain meningkatnya berbagai kasus pencemaran sampah dan limbah perkotaan, ekosistem danau dan sungai-sungai di Aceh juga ikut terganggu, diduga karena rusaknya hutan oleh praktik pertambangan dan pembukaan perkebunan skala besar di provinsi itu.

Salah seorang koordinator aksi bersih sampah danau, Melda Mailida mengatakan hari Minggu (19/4) di Takengon, aksi bersih danau dari limbah dan sampah merupakan inisiasi sejumlah komunitas dan organisasi, yang bergabung dalam Forum Peduli Lingkungan dan Kelestarian Danau Laut Tawar (FPLKDLT) .

“Semakin banyak forum (relawan) yang mendukung, siapapun yang bergabung ya kita senang sekali, lebih banyak relawan seperti yang hari ini. Kan soal sampah bukan soal jenjang pendidikan seseorang, tetapi soal kesadaran, itu yang kita giatkan. Di sini kita kerjasama dengan pemuda dan kepala desa,” katanya.

Beberapa organisasi yang bergabung dalam forum, di antaranya Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia KAMMI, BEM Universitas Gajah Putih, BEM STAIN Gajah Putih, Forum Mahasiswa Gayo Lues (Formagalus), sektor swasta dan relawan Suara Danau Laut Tawar (SDLT) Aceh Tengah. Gotong royong relawan FPLKDLT Aceh Tengah dalam aksi bersih sampah danau berlangsung jam 09.00-12.00 WIB.

Dengan melibatkan lebih banyak relawan, tambah Melda, kegiatan bersih sampah di sungai dan danau laut tawar direncanakan lebih terjadwal dan akan berlangsung reguler, minimal dua pekan sekali.

Gerakan edukasi berbasis warga juga sedang dirintis, ke depan beberapa desa sekitar sungai dan danau akan dijadikan model desa “hijau”, desa yang warganya memiliki kesadaran dan kepedulian tinggi dalam menjaga ekosistem danau dan sungai di kabupaten Aceh Tengah.

“Kalau ada potensi bermitra dengan pemerintah, program mereka kita akan dukung, seperti program daur ulang sampah, membuat kerajinan dari sampah agar warga memiliki nilai tambah ekonomi,” tambah Melda.

Kepala Kampung (Gayo: Reje) Asir Asir Asia Takengon Syarif Tarigan memuji inisiasi kaum muda bersama warga setempat bergotong royong membersihkan sampah demi kelestarian danau dan sungai di wilayahnya.

Syarif mengatakan, “Kami cukup senang dan bangga, belum lama ini kami gotong royong juga dengan Camat, Kapolsek dan Danramil serta warga. Kesadaran warga mulai tumbuh, pemilik kerambah (sekitar danau) harus bersih kerambahnya.”

Beberapa jenis sampah yang menimbun di tepian danau dan bantaran sungai disekitarnya yang dikumpulkan Minggu (19/4), terdiri dari sampah plastik, botol air kemasan, kaleng dan besi bekas, potongan kayu, serta berbagai bahan pecah belah.

Seorang warga kampung Asirasir Asia, Cek Juanda (37) mengaku, kesadaran warga perlu lebih ditingkatkan, karena masih banyak warga yang buang sampah sembarangan di bantaran dan sekitar danau laut tawar.

Juanda menambahkan, ia cukup setuju kampungnya dijadikan desa model untuk kegiatan pelestarian danau. Juanda mengaku, kampung Asirasir Asia Takengon merupakan kampung pecinaan, mencapai 300 kepala keluarga berdarah Tionghoa menetap turun temurun di Takengon.

Juru bicara pemerintah Aceh Tengah Mustafa Kamal mengapresiasi upaya kolektif kaum muda dalam perlindungan dan kelestarian ekosistem danau dan sungai di Aceh Tengah.

“Karena masyarakat berperan aktifkan, semoga jadi contoh teladan, kalau pemerintah lebih ketindakan penyuluhan, sementara dinas kebersihan terkait juga melakukan kegiatan di sekitar sungai Peusangan, tepian danau dari sendimentasi tanah, enceng gondok dan sampah,” ujarnya.

Beberapa analis regional khawatir, wilayah-wilayah kawasan pegunungan tengah provinsi Aceh semakin rapuh dan berpotensi menghadapi ancaman bencana dan krisis ekologi yang lebih merugikan di masa depan, diduga kondisi hutan yang hancur karena pembalakan liar, industri perkebunan besar-besaran, perburuan satwa, serta rusaknya sumber air danau dan sungai karena pencemaran sampah dan limbah.

Relawan FPLKDLT gelar aksi bersih sampah danau laut tawar dan bantaran sungai Takengon. (VOA/Budi Nahaba)
Relawan FPLKDLT gelar aksi bersih sampah danau laut tawar dan bantaran sungai Takengon. (VOA/Budi Nahaba)

Aktivis lingkungan mendesak, agar konsorsium global dan mitranya perlu lebih cepat mewujudkan program-program konservasi dan mitigasi kebencanaan di Indonesia, baik sektor kehutanan maupun kelautan, utamanya mewujudkan kemitran yang lebih adil, lebih menyentuh rakyat dan otoritas lokal, demi mewujudkan pembangunan berkelanjutan, selaras dengan upaya-upaya penyelamatan ekosistem global dan iklim bumi.

Pakar mengatakan, kawasan ekosistem danau Laut Tawar, salah satu kawasan yang cukup diminati masa Hindia Belanda, dirintis jadi kawasan perkebunan kopi masa itu. Danau Laut Tawar menjadi sumber kehidupan warga Gayo, salah satu entitas dengan kebudayaan tertua di Aceh, mayoritas rakyatnya kini berprofesi sebagai petani kopi, sayur-sayuran dan buah-buahan.

Data otoritas lokal menyebut, Danau Laut Tawar mengaliri Lebih 17 sungai kecil dan besar yang bermuarake seluruh wilayah Aceh, sungai-sungai itu menjadi tempat bergantungnya lebih empat juta warga di kawasan pesisir Aceh, tempat hidup berbagai satwa, harimau, badak, orangutan dan gajah serta berbagai spesies langka lainnya. Sebagai salah satu objek wisata destinasi unggulan nasional, wilayah Danau Laut Tawar dan sekitar merupakan bagian dari ekosistem Leuser kawasan tutupan hutan hujan tropis dunia yang tak tergantikan.​

Recommended

XS
SM
MD
LG