Tautan-tautan Akses

Kampus AS Jajaki Kemungkinan Wajibkan Mahasiswa Divaksinasi COVID


Mahasiswa kedokteran tahun keempat Anna Roesler sedangan menggunakan vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19 di Indiana University Health, Methodist Hospital di Indianapolis, Indiana, AS, 16 Desember 2020. (Foto: REUTERS/Bryan Woolston)
Mahasiswa kedokteran tahun keempat Anna Roesler sedangan menggunakan vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19 di Indiana University Health, Methodist Hospital di Indianapolis, Indiana, AS, 16 Desember 2020. (Foto: REUTERS/Bryan Woolston)

Perguruan tinggi di Amerika Serikat berharap dapat kembali ke kampus pada musim gugur tahun ini. Mereka sedang mempertimbangkan sejauh mana mereka bisa mendesak mahasiswa untuk divaksinasi COVID-19. Apakah mereka sebaiknya mewajibkannya dan apakah secara hukum hal itu diperbolehkan?

Universitas Rutgers, Brown, Cornell dan Northeastern baru-baru ini memberitahu para mahasiswa untuk divaksinasi sebelum kembali ke kampus pada musim gugur mendatang. Mereka berharap terbentuk kekebalan kelompok di kampus supaya mereka bisa melonggarkan pembatasan jarak fisik dalam kelas maupun di asrama.

Tetapi sebagian perguruan tinggi menyerahkan keputusan itu kepada mahasiswa, dan sebagian lainnya percaya bahwa secara hukum sekolah tidak bisa mewajibkan vaksinasi. Di Virginia Tech, pejabat sekolah memutuskan bahwa mereka tidak bisa mewajibkan vaksinasi karena Badan Administrasi Pangan dan Obat Amerika (FDA) hanya menyetujui penggunaan darurat vaksin-vaksin itu dan belum memberikan persetujuan penuh.

Pertanyaan itu menjadi simpang siur karena banyak perguruan tinggi beralih dari belajar secara daring ke pembelajaran tatap muka. Banyak sekolah telah meluncurkan kampanye vaksinasi agar siswa divaksinasi sebelum libur musim panas. Di beberapa sekolah, persyaratan tambahan itu untuk membangun kepercayaan bahwa aman bagi mahasiswa dan dosen untuk kembali ke kampus.

Mahasiswa Kent State University mendapatkan vaksinasi COVID-19 di Kent, Ohio, Kamis, 8 April 2021. (Foto: AP/Phil Long)
Mahasiswa Kent State University mendapatkan vaksinasi COVID-19 di Kent, Ohio, Kamis, 8 April 2021. (Foto: AP/Phil Long)

Rektor Universitas Northeastern di Boston, Kenneth Henderson, mengatakan ini menghilangkan ambiguitas tentang apakah setiap individu harus divaksinasi dan juga memberi keyakinan kepada seluruh komunitas bahwa kami mengambil semua tindakan yang sesuai.

Northeastern dan perguruan tinggi lainnya mewajibkan mahasiswa mendapatkan vaksin karena mereka memiliki dasar hukum yang kuat. Bukan hal yang aneh bagi universitas mewajibkan para mahasiswa untuk divaksinasi supaya mereka terlindung dari penyakit lainnya. Pengadilan di California menegakkan persyaratan vaksinasi flu tahun lalu untuk semua perguruan tinggi di bawah University of California.

Tetapi para ahli hukum mengatakan status penggunaan darurat vaksin COVID-19 memungkinkan isu itu dituntut ke pengadilan. Beberapa perguruan tinggi mungkin mengambil pendekatan yang berhati-hati guna menghindari tuntutan hukum.

Profesor hukum pada Harvard University, Glenn Cohen, yang mengajar undang-undang kesehatan dan bioetika, mengatakan tidak ada dasar hukum bahwa perguruan tinggi tidak diizinkan mewajibkan vaksinasi COVID-19. Tidak ada bedanya bahwa vaksin itu belum mendapatkan persetujuan penuh, mengingat banyak perguruan tinggi sudah mewajibkan mahasiswanya untuk tes virus corona yang telah disetujui FDA berdasarkan kondisi darurat. Tetapi juga tidak ada pedoman dari federal yang secara eksplisit memberi mandat vaksinasi. Cohen menambahkan, tantangan terbesar bisa terjadi di negara-negara bagian yang mengambil sikap menolak persyaratan vaksinasi.

Ada pula perdebatan tentang apakah dosen dan staf diwajibkan vaksinasi. Masalah ini dihadapi pengusaha di seluruh negeri. Universitas Notre Dame adalah perguruan tinggi terbaru yang mewajibkan vaksinasi bagi mahasiswanya, tetapi pilihan bagi pegawai. Northeastern masih mempertimbangkan apakah akan memberi mandat vaksinasi kepada para karyawan.

Bahkan di sekolah-sekolah yang mewajibkan mahasiswanya divaksinasi, tetap ada pengecualian. Undang-undang federal mewajibkan perguruan tinggi untuk membolehkan mahasiswa yang menolak divaksinasi dengan alasan medis, dan sebagian besar sekolah juga memberi pengecualian karena alasan agama.

Di Universitas Brown, siswa yang menolak divaksinasi tanpa alasan yang bisa dibenarkan, harus mengajukan petisi untuk belajar secara daring atau mengambil cuti kuliah untuk musim gugur mendatang, kata presiden Universitas Brown, Christina Paxson, dalam suratnya kepada mahasiswa.

Namun menegakkan mandat vaksin akan membawa tantangan sendiri. Universitas Cornell dan Northeastern mengatakan siswa akan diminta menunjukkan kartu vaksinasi, tetapi tidak ada bukti vaksinasi yang bisa diterima secara luas. Cornell mengumumkan bahwa mahasiswa bisa memberikan kartu vaksinasi yang dikeluarkan dari tempat vaksinasi, tetapi format kartu bervarisasi dan tampaknya mudah dipalsukan.

Rachel Arden menginstruksikan seorang siswa tentang cara mengelola sendiri tes COVID-19 cepat di Weber State University di Ogden, Utah, 11 November 2020. (Foto: AP)
Rachel Arden menginstruksikan seorang siswa tentang cara mengelola sendiri tes COVID-19 cepat di Weber State University di Ogden, Utah, 11 November 2020. (Foto: AP)

Di Northeastern, pejabat-pejabat masih mempertimbangkan apakah siswa harus memberi bukti catatan medis yang menunjukkan bahwa mereka telah divaksinasi, atau apakah mereka akan percaya begitu saja ketika mahasiswa mengaku telah divaksinasi.

“Kami berharap mahasiswa jujur dan berterus terang dalam pernyataan yang mereka sampaikan kepada universitas,” kata Herdenson lagi.

Salah seorang mahasiswa Northeastern, Tyler Lee, mengatakan mewajibkan vaksinasi adalah langkah yang tepat karena bisa membantu menghentikan penyebaran virus dan melindungi komunitas di sekitar kampus di pusat kota Boston. Ada penolakan dari orangtua, tetapi tidak banyak dari mahasiswa.

“Itu keputusan Northeastern,” kata Lee, mahasiswa tingkat akhir yang sudah divaksinasi. “Jika saya tidak menyetujuinya, saya akan pindah. Dan itu yang dirasakan oleh sebagian besar para siswa.”

Ariana Palomo, mahasiswi baru Brown University, mengatakan mandat universitas mengirim pesan bahwa universitas serius menjaga kesehatan siswa. Dia merasa bahagia dan lega mendengar pernyataan itu.

“Saya tahu bahwa saya akan merasa jauh lebih aman di kampus,” kata Palomo, usia 18 tahun. Ini adalah langkah yang tepat untuk melindungi satu sama lain dan mencegah lebih banyak kematian.

Sekolah juga memperkirakan penolakan. Kelompok mahasiswa Partai Republik di beberapa kampus menentang mandat, dan mengatakan itu seharusnya menjadi pilihan.

Mahasiswa New York University mengantri untuk tes COVID-19 sebelum sekolah dibuka pada 18 Agustus 2020 di New York. (Foto: AFP/Bryan R. Smith)
Mahasiswa New York University mengantri untuk tes COVID-19 sebelum sekolah dibuka pada 18 Agustus 2020 di New York. (Foto: AFP/Bryan R. Smith)

Perguruan-perguruan tinggi juga siap menghadapi masalah dengan mahasiswa internasional yang mungkin tidak mempunyai akses ke vaksin di negara asalnya atau mendapat vaksin yang tidak digunakan di AS. Beberapa perguruan tinggi mengatakan mereka berencana memvaksinasi mahasiswa internasional yang baru tiba ke AS.

Perguruan tinggi lain menggunakan cara yang lebih halus dalam mempromosikan vaksinasi, termasuk Dickinson State University di North Dakota. Perguruan tinggi itu membebaskan mahasiswa untuk tidak memakai masker setelah dua minggu divaksinasi penuh.

Banyak perguruan tinggi lainnya berharap kata-kata penyemangat akan cukup. Pejabat kampus Bowdoin college di Maine mengatakan adalah harapan mereka agar semua mahasiswa divaksinasi. Pejabat Universitas Harvard “sangat menganjurkan” agar mahasiwa divaksinasi tetapi tidak mewajibkannya.[ew/ka]

XS
SM
MD
LG