Tautan-tautan Akses

Jepang Mungkin Harus Membuang Air Fukushima ke Laut


Tangki-tangki penyimpanan air radioaktif tampak di pembangkit listrik tenaga nuklir milik Tokyo Electric Power Co yang rusak diterjang tsunami di Kota Okuma, Prefektur, Jepang, 18 Februari 2019.
Tangki-tangki penyimpanan air radioaktif tampak di pembangkit listrik tenaga nuklir milik Tokyo Electric Power Co yang rusak diterjang tsunami di Kota Okuma, Prefektur, Jepang, 18 Februari 2019.

Puluhan ribu ton air yang terkontaminasi dari pabrik nuklir Fukushima mungkin harus dilepaskan ke Samudra Pasifik, kata Menteri Lingkungan Jepang, Selasa (10/9).

Air yang digunakan untuk mendinginkan bahan bakar inti yang rusak setelah pabrik itu rusak karena gempa bumi dan tsunami pada 2011, disimpan dalam tangki raksasa di lokasi. Tapi kapasitas penyimpanannya hampir penuh.

"Satu-satunya pilihan adalah mengalirkannya ke laut dan mencairkannya," kata Yoshiaki Harada pada penjelasan singkat di Tokyo. "Seluruh pemerintah akan membahas ini, tetapi saya ingin menyampaikan pendapat sederhana saya."

Tokyo Electric Power, yang mengoperasikan pembangkit nuklir itu sebelumnya mengatakan akan kehabisan kapasitas penyimpanan air itu pada 2022.

Selama delapan tahun terakhir sejak hancurnya tiga reaktor Fukushima, sekitar 200 ton air radioaktif dipompa keluar dari bangunan yang rusak itu setiap hari.

Pada pertemuan lainnya, Kepala Kabinet Menteri Jepang Yoshihide Suga mengatakan pemerintah belum memutuskan tindakan apa pun. Ia mengatakan pendapat Harada merupakan pendapatnya pribadi.

"Tidak ada bukti metode pembuangan air yang terkontaminasi telah diputuskan. Pemerintah ingin membuat keputusan setelah melakukan diskusi secara menyeluruh," katanya.

Industri perikanan Jepang yang luas, serta negara tetangganya Korea Selatan sangat menentang gagasan untuk membuang air yang terkontaminasi itu ke laut. [my/pp]

XS
SM
MD
LG